Ya Allah...
Ketika ku katakan : Hamba disakiti
Engkau menjawab : "... janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah" (QS 39:53)
... Ketika ku katakan : Tak ada yang mengerti kegalauan hati hamba
Engkau menjawab : "Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS 13:28)
Ketika ku katakan : Begitu banyak orang yang menyakiti hamba
Engkau menjawab : "Karena itu ma'afkanlah m...ereka, mohonkanlah ampun bagi mereka..." (QS. 3:159)
Ketika ku katakan : Hamba sangat kesepian
Engkau menjawab : "Kami lebih kepadanya daripada urat lehernya." (QS. 50:16)
Ketika ku katakan : Dosa hamba melimpah
Engkau menjawab : "...dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah." (QS. 3:135)
Ketika ku katakan : Jangan tinggalkan hamba
Engkau menjawab : "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu" (QS. 2:152)
Ketika ku katakan : Masalah hamba sangat banyak
Engkau menjawab : "Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar." (QS. 65:2)
Ketika ku katakan : Impian hamba banyak yang tidak menjadi nyata
Engkau menjawab : Berdo'alah kepada-Ku,niscaya akan Ku-perkenankan bagimu" (QS. 40:60)
Ya, Allah...
Bagaimana mungkin hamba-Mu yang hina ini tidak mencintai-Mu sepenuh jiwa dan raga?
MUHAMMAD MUZAYYIN RUKHAN lahir di Kediri 2 April l950 kakek dari empat cucu, fasa, sifa, hanum dan nisa’. pensiunan pelatih motivator program keluarga berenca nasional sekarang aktif dalam kegiatan pelayanan umat, seorang khatib masjid jamik Mambaul Ulum, menyisakan umurnya untuk menuntun umat meniti dan kembali kejalan Allah
Cari Blog Ini
Rabu, 11 April 2012
Kamis, 05 April 2012
SIKAP MANUSIA DALAM BERQUR'AN
oleh Cinta Qur'an ( CQ ) pada 15 Januari 2010 pukul 10:02 ·
Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat ma`siat? (QS. 38:28)
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (QS. 38:29)
1. Manusia ada yang tidak mau memperhatikan Al Qur’an
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ataukah hati mereka terkunci? (QS.47:24)
2. Manusia ada yang menganggap remeh terhadap Al Qur’an
Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. (QS.56:75)
Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui, (QS.56:76)
sesungguhnya Al Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, (QS.56:77)
pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), (QS.56:78)
tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. (QS.56:79)
Diturunkan dari Tuhan semesta alam. (QS.56:80)
Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al Qur'an ini?, (QS.56:81)
3. Manusia ada yang mengacuhkan terhadap Al Qur’an
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan". (QS. 25:30)
4. Manusia ada yang menyombongkan diri terhadap Al Qur’an
Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang, (QS. 23:66)
dengan menyombongkan diri terhadap Al Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. (QS. 23:67)
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah". Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS.6:93)
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. 7:36)
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lobang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS. 7:40)
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (QS. 31:6)
Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. (QS. 31:7)
5. Manusia ada yang menyombongkan diri terhadap Al Qur’an dan dijadikan bahan olok-olokkan
Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, (QS.45:7)
dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. (QS.45:8)
Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan. (QS.45:9)
6. Manusia ada yang menganggap terhadap Al Qur’an sebagai sihir dan suatu kebohongan.
kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, (QS.74:23)
lalu dia berkata: "(Al Qur'an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), (QS.74:24)
ini tidak lain hanyalah perkataan manusia". (QS.74:25).
Alif Laam Raa. Inilah ayat-ayat Al Qur'an yang mengandung hikmah. " (QS.10:1)
Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka: "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka". Orang-orang kafir berkata: "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata." (QS.10:2)
dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Qur'an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya. (QS.17:46)
Kami lebih mengetahui dalam keadaan bagaimana mereka mendengarkan sewaktu mereka mendengarkan kamu, dan sewaktu mereka berbisik-bisik (yaitu) ketika orang-orang zalim itu berkata: "Kamu tidak lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir". (QS.17:47)
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang, mereka berkata: "Orang ini tiada lain hanyalah seorang laki-laki yang ingin menghalangi kamu dari apa yang disembah oleh bapak-bapakmu", dan mereka berkata: "(Al Qur'an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan saja". Dan orang-orang kafir berkata terhadap kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata". (QS. 34:43)
Dan tatkala kebenaran (Al Qur'an) itu datang kepada mereka, mereka berkata: "Ini adalah sihir dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingkarinya". (QS.43:30)
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang menjelaskan, berkatalah orang-orang yang mengingkari kebenaran ketika kebenaran itu datang kepada mereka: "Ini adalah sihir yang nyata". (QS.46:7)
kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, (QS.74:23)
lalu dia berkata: "(Al Qur'an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), (QS.74:24)
7. Manusia ada yang menganggap terhadap Al Qur’an sebagai dongengan orang-orang terdahulu dan melarang orang lain untuk tidak mempelajarinya.
Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan) mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. Dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: "Al Qur'an ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu". (QS.6:25)
Mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al Qur'an dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka tidak menyadari. (QS.6:26)
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Qur'an) ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang purbakala". (QS. 8:31)
Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. (QS.16:23)
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Apakah yang telah diturunkan Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Dongeng-dongengan orang-orang dahulu". (QS.16:24)
(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu. (QS.16:25)
Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "(Ini adalah) dongeng-dongengan orang-orang dahulu kala." (QS.68:15)
Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa, (QS.83:12)
yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu". (QS.83:13)
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (QS.83:14)
Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka. (QS.83:15)
8. Manusia ada yang beriman dengan mewujudkan ketaatannya pada Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri. (QS. 32:15)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (QS. 8:2)
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. 8:3)
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (ni`mat) yang mulia. (QS. 8:4)
9. kebanyakan Manusia tidak beriman terhadap Al Qur’an.
Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Qur'an). Dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar; akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya). (QS.13:1)
Dan orang-orang kafir berkata: "Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Qur'an ini dan tidak (pula) kepada Kitab yang sebelumnya". Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebahagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: "Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman". (QS. 34:31)
Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah: "Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa". (QS. 34:32)
Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: "(Tidak) sebenarnya tipu daya (mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya". Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS. 34:33)
Dan adapun orang-orang yang kafir (kepada mereka dikatakan): "Maka apakah belum ada ayat-ayat-Ku yang dibacakan kepadamu lalu kamu menyombongkan diri dan kamu jadi kaum yang berbuat dosa?" (QS.45:31)
PERTANYAAN - PERTANYAAN ALLAH UNTUK MANUSIA
Katakanlah: "Bagaimana pendapatmu jika (Al Qur'an) itu datang dari sisi Allah, kemudian kamu mengingkarinya. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh?" (QS.41:52)
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, bagaimanakah pendapatmu jika Al Qur'an itu datang dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang disebut dalam) Al Qur'an lalu dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (QS.46:10)
RESIKO MANUSIA YANG MENGINGKARI AL QUR’AN
Barangsiapa berpaling daripada Al Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat, (QS. 20:100)
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. 20:124)
Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" (QS. 20:125)
Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". (QS. 20:126)
Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. (QS. 20:127)
Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. ".(QS. 2:39)
Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (Al Qur'an) Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan bagi mereka azab yang pedih. (QS.16:104)
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur'an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (QS.43:36)
Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (QS.43:37)
HASIL AKHIR MANUSIA DALAM MENERIMA AL QUR’AN
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (QS. 35:32)
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (QS.62:5)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (QS. 8:2)
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. 8:3)
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (ni`mat) yang mulia. (QS. 8:4)
Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat ma`siat? (QS. 38:28)
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (QS. 38:29)
1. Manusia ada yang tidak mau memperhatikan Al Qur’an
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ataukah hati mereka terkunci? (QS.47:24)
2. Manusia ada yang menganggap remeh terhadap Al Qur’an
Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. (QS.56:75)
Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui, (QS.56:76)
sesungguhnya Al Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, (QS.56:77)
pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), (QS.56:78)
tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. (QS.56:79)
Diturunkan dari Tuhan semesta alam. (QS.56:80)
Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al Qur'an ini?, (QS.56:81)
3. Manusia ada yang mengacuhkan terhadap Al Qur’an
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan". (QS. 25:30)
4. Manusia ada yang menyombongkan diri terhadap Al Qur’an
Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang, (QS. 23:66)
dengan menyombongkan diri terhadap Al Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. (QS. 23:67)
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah". Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS.6:93)
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. 7:36)
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lobang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS. 7:40)
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (QS. 31:6)
Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. (QS. 31:7)
5. Manusia ada yang menyombongkan diri terhadap Al Qur’an dan dijadikan bahan olok-olokkan
Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, (QS.45:7)
dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. (QS.45:8)
Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan. (QS.45:9)
6. Manusia ada yang menganggap terhadap Al Qur’an sebagai sihir dan suatu kebohongan.
kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, (QS.74:23)
lalu dia berkata: "(Al Qur'an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), (QS.74:24)
ini tidak lain hanyalah perkataan manusia". (QS.74:25).
Alif Laam Raa. Inilah ayat-ayat Al Qur'an yang mengandung hikmah. " (QS.10:1)
Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka: "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka". Orang-orang kafir berkata: "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata." (QS.10:2)
dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Qur'an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya. (QS.17:46)
Kami lebih mengetahui dalam keadaan bagaimana mereka mendengarkan sewaktu mereka mendengarkan kamu, dan sewaktu mereka berbisik-bisik (yaitu) ketika orang-orang zalim itu berkata: "Kamu tidak lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir". (QS.17:47)
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang, mereka berkata: "Orang ini tiada lain hanyalah seorang laki-laki yang ingin menghalangi kamu dari apa yang disembah oleh bapak-bapakmu", dan mereka berkata: "(Al Qur'an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan saja". Dan orang-orang kafir berkata terhadap kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata". (QS. 34:43)
Dan tatkala kebenaran (Al Qur'an) itu datang kepada mereka, mereka berkata: "Ini adalah sihir dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingkarinya". (QS.43:30)
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang menjelaskan, berkatalah orang-orang yang mengingkari kebenaran ketika kebenaran itu datang kepada mereka: "Ini adalah sihir yang nyata". (QS.46:7)
kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, (QS.74:23)
lalu dia berkata: "(Al Qur'an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), (QS.74:24)
7. Manusia ada yang menganggap terhadap Al Qur’an sebagai dongengan orang-orang terdahulu dan melarang orang lain untuk tidak mempelajarinya.
Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan) mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. Dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: "Al Qur'an ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu". (QS.6:25)
Mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al Qur'an dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka tidak menyadari. (QS.6:26)
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Qur'an) ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang purbakala". (QS. 8:31)
Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. (QS.16:23)
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Apakah yang telah diturunkan Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Dongeng-dongengan orang-orang dahulu". (QS.16:24)
(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu. (QS.16:25)
Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "(Ini adalah) dongeng-dongengan orang-orang dahulu kala." (QS.68:15)
Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa, (QS.83:12)
yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu". (QS.83:13)
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (QS.83:14)
Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka. (QS.83:15)
8. Manusia ada yang beriman dengan mewujudkan ketaatannya pada Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri. (QS. 32:15)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (QS. 8:2)
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. 8:3)
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (ni`mat) yang mulia. (QS. 8:4)
9. kebanyakan Manusia tidak beriman terhadap Al Qur’an.
Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Qur'an). Dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar; akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya). (QS.13:1)
Dan orang-orang kafir berkata: "Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Qur'an ini dan tidak (pula) kepada Kitab yang sebelumnya". Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebahagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: "Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman". (QS. 34:31)
Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah: "Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa". (QS. 34:32)
Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: "(Tidak) sebenarnya tipu daya (mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya". Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS. 34:33)
Dan adapun orang-orang yang kafir (kepada mereka dikatakan): "Maka apakah belum ada ayat-ayat-Ku yang dibacakan kepadamu lalu kamu menyombongkan diri dan kamu jadi kaum yang berbuat dosa?" (QS.45:31)
PERTANYAAN - PERTANYAAN ALLAH UNTUK MANUSIA
Katakanlah: "Bagaimana pendapatmu jika (Al Qur'an) itu datang dari sisi Allah, kemudian kamu mengingkarinya. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh?" (QS.41:52)
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, bagaimanakah pendapatmu jika Al Qur'an itu datang dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang disebut dalam) Al Qur'an lalu dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (QS.46:10)
RESIKO MANUSIA YANG MENGINGKARI AL QUR’AN
Barangsiapa berpaling daripada Al Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat, (QS. 20:100)
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. 20:124)
Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" (QS. 20:125)
Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". (QS. 20:126)
Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. (QS. 20:127)
Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. ".(QS. 2:39)
Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (Al Qur'an) Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan bagi mereka azab yang pedih. (QS.16:104)
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur'an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (QS.43:36)
Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (QS.43:37)
HASIL AKHIR MANUSIA DALAM MENERIMA AL QUR’AN
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (QS. 35:32)
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (QS.62:5)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (QS. 8:2)
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. 8:3)
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (ni`mat) yang mulia. (QS. 8:4)
Rabu, 04 April 2012
10 Langkah Mengendalikan Hawa Nafsu
March 27, 2012 Mutiara Hikmah
Bagi seseorang muslim yang menyadari hakikat kehidupannya, akan senantiasa menjaga hati dari tipuan hawa nafsu yang menjerumuskan.
Nafsu adalah kecenderungan tabiat yang dirasa cocok. Kecenderungan ini merupakan suatu bentuk ciptaan Allah yang ada dalam diri manusia, sebagai urgensi keberlangsungan hidupnya. Karenanyalah manusia memiliki keinginan untuk makan, minum, dan menikah.
Nafsu dapat mendorong kepada sesuatu yang dikehendakinya. Ia akan berada pada jalur yang benar manakala dikendalikan . Namun sebaliknya, ia akan menghancurkan manusia jika nafsu yang mengendalikannya. Celaan terhadap nafsu dating ketika berlebih-lebihan dalam dua sikap ini, yakni yang melebihi sikap mendatangkan manfaat dan menolak mudhorot. Orang yang menuruti nafsu, syahwat dan rasa benci biasanya tidak konsisten pada batasa yang bermanfaat baginy, jarang ada orang yang bisa bersikap adil dengannya.
Allah tidak pernah menyebutkan nafsu di dalam kitabNya melaikan mencelanya. Begitupula tidak ada sebutan nafsu dalam sunnah melainkan dalam keadaan tercela, kecuali yang memang ada pembatasan, seperti sabda Rasulullah saw: “Laa yu’minu ahadakum hatta yakuuna hawaahu taba’an lima ji’tu bihi.” (Tidaklah seseorang diantara kalian beriman sehingga nafsunya mengikuti apa yang kubawa.)
Orang yang sudah dewasa akan diuji dengan hawa nafsu. Setiap saat akan muncul kondisi yang menciptakan dua hakim pada dirinya, yaitu hakim akal dan hakim agama. Dia diperintahkan agar senantiasa melaporkan kasus-kasus nafsu kepada dua hakim ini dan patiuh terhadap keputusannya. Dia harus berusaha melatih diri menyingkirkan hawa nafsu yang tidak baik akibatnya, agar dikemudian hari tidak mendapat kesengsaraan.
Jika kita memperhatikan tujuh golongan orang-orang yang mendapatkan perlindungan arsy Allah pada hari yang tiada perlindungan selain perlindungan-Nya, maka kita mendapatkan bahwa itu adalah hadiah karena menentang hawa nafsunya. Pemimpin yang memegang tampuk kekuasaan tidak mungkin bias berbuat adil kecuali dengan menentang nafsunya. Pemuda yang mementingkan ibadah kepada Allah semasa mudanya tidak akan mampu andaikan ia tidak menentang nafsunya. Orang yang hatinya bergantung pada masjid-masjid, bisa seperti itu karena dia menentang nafsu yang hendak menyeretnya kepada berbagai macam kenikmatan. Orang yang mengeluarkan shodaqohnya, andaikan ia tidak menentang nafsunya tentu tidak akan mampu berbuat seperti itu. Orang yang diajak wanita yang cantik dan terpandang, lalu dia takut kepada Allah dan menentang nafsunya dan orang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian, hingga kedua matanya meneteskan airmata mampu berbuat seperti itu kecuali dia menentang hawa nafsunya. Mereka tidak mengenal panas, siksaan dan kesulitan pada hari kiamat.
Untuk selamat dari jeratan hawa nafsu, seorang hamba harus dengan sepenuh hati bersungguh-sungguh melawan hasrat buruknya. Dengan taufik Allah, ia akan selamat darinya seraya mencermati langkah-langkah pengendalian berikut:
Menyadari bahwa nafsu adalah dinding pagar yang mengitari jahannam. Barang siapa yang terseeret ke dalam nafsu, berarti dia terseret ke dalam neraka. Sabda nabi, “Syurga dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai dan neraka itu dikelilingi dengan berbagai syahwat.” Orang yang mengikuti nafsu dikhawatirkan akan lepas dari iman, sementara dia tidak menyadarinya. Mengikuti nafsu bias menutup pintu taufik bagi manusia dan membuka pintu penyesalan. Fudhail bin ‘Iyadh berkatam “Barangsiapa yang mengikuti nafsu dan menuruti syahwatnya maka terputuslah tali taufik dari dirinya.” Memanjakan nafsu berarti merusak akal dan fikirannya dan itu berarti mengkhianati Allah dalam hal penggunaana akal. Mengikuti nafsu membuat hamba tidak bias bangkit untuk mencapai syurga bersama-sama dengan orang yang berhasil mendapatkannya. Muhammad bin Abdul Warad berkata, “Sesungguhnya Allah mempunyai satu hari, siapa yang tunduk kepada nafsunya tidak akan bisa selamat dari siksaan-Nya. Di antara orang-orang yang jatuh dan tidak bisa bangkit pada hari kiamat ialah orang yang tunduk kepada nafsunya.”
Menyadari bahwa dengan menentang nafsu akan menghasilkan kekuatan tubuh, hati dan lidah manusia. Orang salaf berkata, “Orangyang mampu mengalahkan hawa nafsunya lebih kuat daripada orang yang mampu menaklukkan sebuah kota sendirian.” Orang yang paling ksatria adalah yang paling keras menentang hawa nafsunya. Muawiyah berkata, “Sifat ksatria ialah yang meninggalkan syahwat dan menentang hawa nafsu. Mengikuti hawa nafsu berarti mengurangi sifat ksatria.” Memerangi nafsu lebih hebat dan lebih berat daripada memerangi orang-orang kafir. Menentang nafsu bisa menyelamatkan penyakit hati dan badan sedangkan mengikutinya akan mendatangkan penyakit hati dan badan. Semua penyakit hati berasal dari mengikuti nafsu. Jika kita meneliti berbagai penyakit badan maka sebagian beasr berasal dari memperturutkan hawa nafsu.
Menyadari bahwa tidak ada satupun hari yang berlalu melainkan nafsu dan akan saling bergelut di dalam diri orang yang besangkutan. Mana yang dapat mengalahkan rivalnya, maka dia akan mengusirnya dan menguasainya. Abu Darda r.a. berkata, “Jika pada diri seseorang berkumpul nafsu dan amal, lalu amalnya mengikuti nafsunya, maka hari yang dilaluinya adalah hari yang buruk. Jika nafsunya mengikuti amalnya, maka harinya adalah hari yang baik.”
Menyadari bahwa dia diciptakan bukan untuk kepentingan nafsu, tetapi untuk sesuatu urusan yang besar yang tidak bias dicapai kecuali dengan menentangnya. Tidak boleh baginya memilih bahwa hewan lebih baik daripada dirinya. Dengan tabiatnya saja hewan bias membedakan mana yang membahayakan dan mana yang menyelamatkan, lalu ia memilih yang bermanfaat baginya dan meninggalkan yang berbahaya. Manusia diberi akal dalam masalah ini. Jika dia tidak bias membedakan mana yang dapat membahayakan dan mana yang bermanfaat baginya, atau mengetahui tapi justru memlih yang berbahaya, berarti keadaan hewan lebih baik dari keadaannya.
Sesungguhnya Allah menjadikan kesalahan dan mengikuti nafsu sebagai dua hal yang berdampingan dan menjadikan kebenaran dan menentang nafsu sebagai dua hal yang berdampingan sebagaimana dikatakan oleh sebagian salaf, “jika ada masalah yang rumit engkau pecahkan, engkau tidak tahu mana yang benar, maka tinggalkanlah yang lebih dekat kepada nafsumu, karena sesuatu yang dekat dengan kesalahan ialah yang mengikuti hawa nafsu.”
Memiliki hasrat yang kuat untuk melawan hawa nafsunya sehingga timbul kecemburuan yang amat sangat terhadap dirinya sendiri jika melakukan kemaksiatan. Membalutnya dengan kesabaran dalam menghadapi kepahitan yang akan dihadapi ketika melawan hawa nafsunya sendiri. Membekalinya dengan kekuatan jiwa yang bisa mendorongnya untuk mereguk kesabaran itu, sebab semua bentuk keberanian merupakan kesabaran sekalipun hanya sesaat dan sebaik-baik hidup adalah jika seseorang mengetahui hidup itu dengan kesabarannya.
Melibatkan hati dalam mempertimbangkan akibat nafsu, sehingga dia bisa mengetahui seberapa banyak nafsu itu meloloskan ketaatan dan berapa banyak nafsu itu mendatangkan kehinaan. Berapa banyak satu suapan yang menghalangi beberapa suapan. Berapa banyak sedikit kenikmatan yang menghilangkan beberapa kenikmatan. Berapa banyak sedikit syahwat yang menghancurkan kehormatan, menundukkan kepala, menciptakan kenangan yang buruk, mengakibatkan celaan dan aib yang tidak bisa dicuci dengan air sementara mata orang yang menuruti hawa nafsu adalah mata orang yang buta.
Memikirkan apa yang dituntut oleh jiwanya, lalu berkata kepada akal dan agamanya, yang nantinya akan mengabarkan bahwa apa yang dituntut itu tidak ada artinya apa-apa. Abdullan bin Mas’ud berkata, “Jika salah seorang diantara kalian tertarik kepada seorang wanita, maka hendaklah dia mengingat-ingat keburukannya.” Mempertimbangkan kelanjutan yang baik dan kesembuhan yang terjadi di kemudian hari dan sebaliknya mempertimbangkan penderitaan yang semakin menjadi-jadi sebagai akibat menuruti kenikmatan hawa nafsu yang semu.
Menghinakan diri sendiri ketika tunduk kepada hawa nafsu, sebab tidaklah seseorang menuruti hawa nafsunya melainkan pasti akan mendapatkan kehinaan pada dirinya. Jangan tertipu kehebatan dan kesombongan orang-orang yang mengikuti nafsunya, padahal dilihat dari batinnya, mereka adalah orang-orang yang paling hina dina. Orang seperti itu memadukan antara kesombongan dengan kehinaan.
Kebanggan dapat menundukkan dan menaklukkan musuhnya. Allah suka jika hamba-Nya berani menghadapi musuhnya sebagaimana firman-nya, “Dan mereka tidak menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh melainkan dituliskan bagi mereka dengan demikian itu sebagai amal sholeh.” (At-Taubah: 120). Di antara tanda cinta yang tulus ialah melibas musuh kekasihnya dan mengalahkannya. Jika kita mencintai Allah maka kewajiban kita untuk mengalahkan musuh. Allah.
Maroji’: Rauah Al-Muhibbin wa Nuhzhah Al-Musytaqin, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, Darul Falah 1419 H
Sumber : Islamedia
Bagi seseorang muslim yang menyadari hakikat kehidupannya, akan senantiasa menjaga hati dari tipuan hawa nafsu yang menjerumuskan.
Nafsu adalah kecenderungan tabiat yang dirasa cocok. Kecenderungan ini merupakan suatu bentuk ciptaan Allah yang ada dalam diri manusia, sebagai urgensi keberlangsungan hidupnya. Karenanyalah manusia memiliki keinginan untuk makan, minum, dan menikah.
Nafsu dapat mendorong kepada sesuatu yang dikehendakinya. Ia akan berada pada jalur yang benar manakala dikendalikan . Namun sebaliknya, ia akan menghancurkan manusia jika nafsu yang mengendalikannya. Celaan terhadap nafsu dating ketika berlebih-lebihan dalam dua sikap ini, yakni yang melebihi sikap mendatangkan manfaat dan menolak mudhorot. Orang yang menuruti nafsu, syahwat dan rasa benci biasanya tidak konsisten pada batasa yang bermanfaat baginy, jarang ada orang yang bisa bersikap adil dengannya.
Allah tidak pernah menyebutkan nafsu di dalam kitabNya melaikan mencelanya. Begitupula tidak ada sebutan nafsu dalam sunnah melainkan dalam keadaan tercela, kecuali yang memang ada pembatasan, seperti sabda Rasulullah saw: “Laa yu’minu ahadakum hatta yakuuna hawaahu taba’an lima ji’tu bihi.” (Tidaklah seseorang diantara kalian beriman sehingga nafsunya mengikuti apa yang kubawa.)
Orang yang sudah dewasa akan diuji dengan hawa nafsu. Setiap saat akan muncul kondisi yang menciptakan dua hakim pada dirinya, yaitu hakim akal dan hakim agama. Dia diperintahkan agar senantiasa melaporkan kasus-kasus nafsu kepada dua hakim ini dan patiuh terhadap keputusannya. Dia harus berusaha melatih diri menyingkirkan hawa nafsu yang tidak baik akibatnya, agar dikemudian hari tidak mendapat kesengsaraan.
Jika kita memperhatikan tujuh golongan orang-orang yang mendapatkan perlindungan arsy Allah pada hari yang tiada perlindungan selain perlindungan-Nya, maka kita mendapatkan bahwa itu adalah hadiah karena menentang hawa nafsunya. Pemimpin yang memegang tampuk kekuasaan tidak mungkin bias berbuat adil kecuali dengan menentang nafsunya. Pemuda yang mementingkan ibadah kepada Allah semasa mudanya tidak akan mampu andaikan ia tidak menentang nafsunya. Orang yang hatinya bergantung pada masjid-masjid, bisa seperti itu karena dia menentang nafsu yang hendak menyeretnya kepada berbagai macam kenikmatan. Orang yang mengeluarkan shodaqohnya, andaikan ia tidak menentang nafsunya tentu tidak akan mampu berbuat seperti itu. Orang yang diajak wanita yang cantik dan terpandang, lalu dia takut kepada Allah dan menentang nafsunya dan orang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian, hingga kedua matanya meneteskan airmata mampu berbuat seperti itu kecuali dia menentang hawa nafsunya. Mereka tidak mengenal panas, siksaan dan kesulitan pada hari kiamat.
Untuk selamat dari jeratan hawa nafsu, seorang hamba harus dengan sepenuh hati bersungguh-sungguh melawan hasrat buruknya. Dengan taufik Allah, ia akan selamat darinya seraya mencermati langkah-langkah pengendalian berikut:
Menyadari bahwa nafsu adalah dinding pagar yang mengitari jahannam. Barang siapa yang terseeret ke dalam nafsu, berarti dia terseret ke dalam neraka. Sabda nabi, “Syurga dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai dan neraka itu dikelilingi dengan berbagai syahwat.” Orang yang mengikuti nafsu dikhawatirkan akan lepas dari iman, sementara dia tidak menyadarinya. Mengikuti nafsu bias menutup pintu taufik bagi manusia dan membuka pintu penyesalan. Fudhail bin ‘Iyadh berkatam “Barangsiapa yang mengikuti nafsu dan menuruti syahwatnya maka terputuslah tali taufik dari dirinya.” Memanjakan nafsu berarti merusak akal dan fikirannya dan itu berarti mengkhianati Allah dalam hal penggunaana akal. Mengikuti nafsu membuat hamba tidak bias bangkit untuk mencapai syurga bersama-sama dengan orang yang berhasil mendapatkannya. Muhammad bin Abdul Warad berkata, “Sesungguhnya Allah mempunyai satu hari, siapa yang tunduk kepada nafsunya tidak akan bisa selamat dari siksaan-Nya. Di antara orang-orang yang jatuh dan tidak bisa bangkit pada hari kiamat ialah orang yang tunduk kepada nafsunya.”
Menyadari bahwa dengan menentang nafsu akan menghasilkan kekuatan tubuh, hati dan lidah manusia. Orang salaf berkata, “Orangyang mampu mengalahkan hawa nafsunya lebih kuat daripada orang yang mampu menaklukkan sebuah kota sendirian.” Orang yang paling ksatria adalah yang paling keras menentang hawa nafsunya. Muawiyah berkata, “Sifat ksatria ialah yang meninggalkan syahwat dan menentang hawa nafsu. Mengikuti hawa nafsu berarti mengurangi sifat ksatria.” Memerangi nafsu lebih hebat dan lebih berat daripada memerangi orang-orang kafir. Menentang nafsu bisa menyelamatkan penyakit hati dan badan sedangkan mengikutinya akan mendatangkan penyakit hati dan badan. Semua penyakit hati berasal dari mengikuti nafsu. Jika kita meneliti berbagai penyakit badan maka sebagian beasr berasal dari memperturutkan hawa nafsu.
Menyadari bahwa tidak ada satupun hari yang berlalu melainkan nafsu dan akan saling bergelut di dalam diri orang yang besangkutan. Mana yang dapat mengalahkan rivalnya, maka dia akan mengusirnya dan menguasainya. Abu Darda r.a. berkata, “Jika pada diri seseorang berkumpul nafsu dan amal, lalu amalnya mengikuti nafsunya, maka hari yang dilaluinya adalah hari yang buruk. Jika nafsunya mengikuti amalnya, maka harinya adalah hari yang baik.”
Menyadari bahwa dia diciptakan bukan untuk kepentingan nafsu, tetapi untuk sesuatu urusan yang besar yang tidak bias dicapai kecuali dengan menentangnya. Tidak boleh baginya memilih bahwa hewan lebih baik daripada dirinya. Dengan tabiatnya saja hewan bias membedakan mana yang membahayakan dan mana yang menyelamatkan, lalu ia memilih yang bermanfaat baginya dan meninggalkan yang berbahaya. Manusia diberi akal dalam masalah ini. Jika dia tidak bias membedakan mana yang dapat membahayakan dan mana yang bermanfaat baginya, atau mengetahui tapi justru memlih yang berbahaya, berarti keadaan hewan lebih baik dari keadaannya.
Sesungguhnya Allah menjadikan kesalahan dan mengikuti nafsu sebagai dua hal yang berdampingan dan menjadikan kebenaran dan menentang nafsu sebagai dua hal yang berdampingan sebagaimana dikatakan oleh sebagian salaf, “jika ada masalah yang rumit engkau pecahkan, engkau tidak tahu mana yang benar, maka tinggalkanlah yang lebih dekat kepada nafsumu, karena sesuatu yang dekat dengan kesalahan ialah yang mengikuti hawa nafsu.”
Memiliki hasrat yang kuat untuk melawan hawa nafsunya sehingga timbul kecemburuan yang amat sangat terhadap dirinya sendiri jika melakukan kemaksiatan. Membalutnya dengan kesabaran dalam menghadapi kepahitan yang akan dihadapi ketika melawan hawa nafsunya sendiri. Membekalinya dengan kekuatan jiwa yang bisa mendorongnya untuk mereguk kesabaran itu, sebab semua bentuk keberanian merupakan kesabaran sekalipun hanya sesaat dan sebaik-baik hidup adalah jika seseorang mengetahui hidup itu dengan kesabarannya.
Melibatkan hati dalam mempertimbangkan akibat nafsu, sehingga dia bisa mengetahui seberapa banyak nafsu itu meloloskan ketaatan dan berapa banyak nafsu itu mendatangkan kehinaan. Berapa banyak satu suapan yang menghalangi beberapa suapan. Berapa banyak sedikit kenikmatan yang menghilangkan beberapa kenikmatan. Berapa banyak sedikit syahwat yang menghancurkan kehormatan, menundukkan kepala, menciptakan kenangan yang buruk, mengakibatkan celaan dan aib yang tidak bisa dicuci dengan air sementara mata orang yang menuruti hawa nafsu adalah mata orang yang buta.
Memikirkan apa yang dituntut oleh jiwanya, lalu berkata kepada akal dan agamanya, yang nantinya akan mengabarkan bahwa apa yang dituntut itu tidak ada artinya apa-apa. Abdullan bin Mas’ud berkata, “Jika salah seorang diantara kalian tertarik kepada seorang wanita, maka hendaklah dia mengingat-ingat keburukannya.” Mempertimbangkan kelanjutan yang baik dan kesembuhan yang terjadi di kemudian hari dan sebaliknya mempertimbangkan penderitaan yang semakin menjadi-jadi sebagai akibat menuruti kenikmatan hawa nafsu yang semu.
Menghinakan diri sendiri ketika tunduk kepada hawa nafsu, sebab tidaklah seseorang menuruti hawa nafsunya melainkan pasti akan mendapatkan kehinaan pada dirinya. Jangan tertipu kehebatan dan kesombongan orang-orang yang mengikuti nafsunya, padahal dilihat dari batinnya, mereka adalah orang-orang yang paling hina dina. Orang seperti itu memadukan antara kesombongan dengan kehinaan.
Kebanggan dapat menundukkan dan menaklukkan musuhnya. Allah suka jika hamba-Nya berani menghadapi musuhnya sebagaimana firman-nya, “Dan mereka tidak menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh melainkan dituliskan bagi mereka dengan demikian itu sebagai amal sholeh.” (At-Taubah: 120). Di antara tanda cinta yang tulus ialah melibas musuh kekasihnya dan mengalahkannya. Jika kita mencintai Allah maka kewajiban kita untuk mengalahkan musuh. Allah.
Maroji’: Rauah Al-Muhibbin wa Nuhzhah Al-Musytaqin, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, Darul Falah 1419 H
Sumber : Islamedia
Atur Pasrah Penganten Kakung
Pada saat Pahargyan Temanten selalu ada pidato penyerahan mempelai pria. Pidato ini disebut Atur Pasrah Penganten Kakung. Umumnya sebelum diijabkan atau sebelum Panggih mempelai pria diserahkan kepada pihak keluarga mempelai putri untuk dilangsungkannya upacara. Tetapi di daerah saya adatnya lain. Penyerahan itu dilakukan setelah ijab, setelah panggih, jadi bukan diserahkan untuk diupacarakan, melainkan diserahkan untuk menjadi anggota keluarga yang baru. Mungkin dulu-dulunya pidato pasrah ini merupakan gabungan Atur Pasrah Penganten Kakung dengan Tanggap Wacana Kulawarga Besan, karena itu lebih panjang dari Atur Pasrah Penganten Kakung yang ada di daerah lain. Berikut adalah contohnya.
Assalamu'alaikum wr.wb.
( ayat )
Panjenenganipun ingkang dhahat kinabekten, para pepundhen, para pinisepuh, saha para sesepuh ingkang tansah anggung mestuti dhumateng darmaning kautamen. Langkung-langkung panjenenganipun Almukarrom ..................................... ingkang tuhu kinurmatan. Panjenenganipun para ‘Alim, para 'Ulama, para Kyai, para Ustadz Ustadzah ingkang rinten pantaraning ratri tansah sumandhing pustaka suci minangka panuntun keblating panembah ingkang hambeg pepoyaning kautaman. Panjenenganipun para pangreh pangemban pangembating praja minangka pandam pandom pengayomaning para kawula dasih ingkang satuhu pantes tinulad lan tinuladha. Sanggya para rawuh, para lenggah kakung miwah putri, sumrambah para kadang wredha mudha, ingkang tansah winengku ing suka rahayu. Mirungganipun, panjenenganipun Bp/Ibu ............(pemangku gati)............ gotrah kulawarga, saha sanggyaning bebrayan agung ing ..................(kampung).............. ngriki ingkang luhur ing budi. Wilujeng siang/dalu, sugeng pepanggihan, lan sugeng lelenggahan.
Langkung rumiyin puja-puji syukur mugi konjuk dhumateng ngarsa dalem Allah SWT, karana sih wilasa miwah barokahipun ingkang sampun kaparingaken dhumateng panjenengan sedaya lan kula sahengga wonten ing menika wekdal kula panjenengan sedaya saged makempal wonten menika papan kanthi pinaringan karaharjan mboten manggih alangan setunggal menapa. Pramila saking menika kula ikroraken kanthi maos kalimah tahmid 'alhamdulillahirobbil'alamin.' Shalawat lan salam mugi tansah lumintu lumintir dhumateng titah linangkung ingkang dados panutan patuladhan kula panjenengan nenggih Sang Nabi Agung Muhammad SAW ingkang kula panjenengan antu-antu syafangatipun wonten yaumil qiyamah. Allahumma amin.
Kula pun ............................. ingkang piniji minangka sulih wicara panjenenganipun Bp/Ibu .................................. nuwun inggih tiyang sepuhipun putra temanten kakung ingkang pidalem ing ............................................., keparenga matur dhumateng panjenenganipun Bp/Ibu ......(pemangku gati)........... dalah gotrah kulawarga,
Ingkang sepisan, kula sarombongan saking ......................................... sowan dhumateng panjenenganipun Bp/Ibu ......(pemangku gati)........... sagung kulawarga, kanthi niat silaturrahmi.
Kaping kalihipun, ngaturaken salam taklimipun Bp/Ibu ..................................... gotrah kulawarga, katur dhumateng panjenenganipun Bp/Ibu ......(pemangku gati)........... sagung kulawarga dalasan bebrayan agung ing ........(kampung).......... ngriki, saha sanggyaning para rawuh para pilenggah, kula ikroraken kanthi atur “assalamu'alaikum wr.wb.”
Kaping tiganipun, Bp/Ibu ................................. sakulawarga ngaturaken ndherek suka bingah, dene panjenenganipun Bp ......(pemangku gati)........... sampun saged ngleksanani darmaning asepuh, hanenggih malakrameaken ingkang putra kanthi pinaringan berkah pangestu lan langkung-langkung sineksen dening para pinisepuh. Kepara malah sampun nampi kula sarombongan kanthi pakurmatan ingkang ngremenaken, pramila saking menika kula sarombongan ngaturaken agunging panuwun.
Panjenenganipun Bp/Ibu ......(pemangku gati)........... dalasan kulawarga ingkang minulyeng budi, Bp/Ibu ............................ gotrah kulawarga, lumantar kula ngaturaken agunging panuwun, awit putra temanten sampun kaijabaken lan sampun sah anut satataning agami lan negari, menapadene kadhaupaken anut satataning adat ingkang lumampah ing ngriki, kepara kanthi sineksenan lan pinaringan berkah pangestu para pinisepuh lan sesepuh, pramila saking menika, putra temanten kakung, nuwun inggih .........(penganten kakung)........., kula pasrahaken dhumateng Bp/Ibu ......(pemangku gati)........... dalasan kulawarga, kinanthenan pangajab, mugi lare menika karengkuha kadidene putra pribadhi, kagulawenthah saha pamardi, sahengga sageda netepi jejering priya ingkang tanggel jawab dhumateng garwa lan bale wisma, saha bekti dhateng sesami, lan tansah atul manembah mring Gusti.
Ugi mboten kesupen, panjenenganipun Bp/Ibu ................................... gotrah kulawarga, amasrahaken putra temanten wonten kukubaning bebrayan agung ing ngriki, mugi tinampia dados warganing bebrayan ingkang pikantuk pengayoman saha pambiyantu sak murwatipun.
Kejawi saking menika, inggih awit saking kiranging seserepan putra temanten ing samukawis, keparenga ugi paring pitedah-pitedah, ingkang tundhonipun saged migunani anggenipun sami nindakaken darmaning agesang ing bebrayan agung, jer menika lare, lare ndhusun ingkang taksih bodho, cubluk lan mbalilu, mila katambahana menawi kirang, lan kaemutna menawi supe lan lepat, sahengga tundhonipun saged dados kulawarga ingkang sae, ingkang sakinah, mawaddah, warohmah, ingkang mugi tansah pikantuk berkah, lan pinaringan momongan ingkang soleh solihah. Allahumma amin.
Para rawuh para pilenggah ingkang mahambeg ing tresna lan asih, kados kirang wicaksana bilih kalantur-lantur anggen kula matur, labet kados taksih kathah reroncening adicara ing titi kalenggahan menika. Dene saparipurnaning adicara ing mangke, kula sarombongan keparenga badhe nyuwun pamit lan nyuwun tambahing pangestu, mugi tansah pinaringan kawilujengan, nir-baya, nir-wikara, nir-ing-sambekala.
Mboten katalompen, kula ingkang tinanggenah minangka talanging atur, menapadene para kadang sarombongan, mbokbilih anggenipun matur saha sowan mboten andadosaken pirenaning penggalih keparenga diagung ing pangaksami.
Akhirul kalam, Billahittaufiq walhidayah. Wassalamu'alaikum wr.wb.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Assalamu'alaikum wr.wb.
( ayat )
Panjenenganipun ingkang dhahat kinabekten, para pepundhen, para pinisepuh, saha para sesepuh ingkang tansah anggung mestuti dhumateng darmaning kautamen. Langkung-langkung panjenenganipun Almukarrom ..................................... ingkang tuhu kinurmatan. Panjenenganipun para ‘Alim, para 'Ulama, para Kyai, para Ustadz Ustadzah ingkang rinten pantaraning ratri tansah sumandhing pustaka suci minangka panuntun keblating panembah ingkang hambeg pepoyaning kautaman. Panjenenganipun para pangreh pangemban pangembating praja minangka pandam pandom pengayomaning para kawula dasih ingkang satuhu pantes tinulad lan tinuladha. Sanggya para rawuh, para lenggah kakung miwah putri, sumrambah para kadang wredha mudha, ingkang tansah winengku ing suka rahayu. Mirungganipun, panjenenganipun Bp/Ibu ............(pemangku gati)............ gotrah kulawarga, saha sanggyaning bebrayan agung ing ..................(kampung).............. ngriki ingkang luhur ing budi. Wilujeng siang/dalu, sugeng pepanggihan, lan sugeng lelenggahan.
Langkung rumiyin puja-puji syukur mugi konjuk dhumateng ngarsa dalem Allah SWT, karana sih wilasa miwah barokahipun ingkang sampun kaparingaken dhumateng panjenengan sedaya lan kula sahengga wonten ing menika wekdal kula panjenengan sedaya saged makempal wonten menika papan kanthi pinaringan karaharjan mboten manggih alangan setunggal menapa. Pramila saking menika kula ikroraken kanthi maos kalimah tahmid 'alhamdulillahirobbil'alamin.' Shalawat lan salam mugi tansah lumintu lumintir dhumateng titah linangkung ingkang dados panutan patuladhan kula panjenengan nenggih Sang Nabi Agung Muhammad SAW ingkang kula panjenengan antu-antu syafangatipun wonten yaumil qiyamah. Allahumma amin.
Kula pun ............................. ingkang piniji minangka sulih wicara panjenenganipun Bp/Ibu .................................. nuwun inggih tiyang sepuhipun putra temanten kakung ingkang pidalem ing ............................................., keparenga matur dhumateng panjenenganipun Bp/Ibu ......(pemangku gati)........... dalah gotrah kulawarga,
Ingkang sepisan, kula sarombongan saking ......................................... sowan dhumateng panjenenganipun Bp/Ibu ......(pemangku gati)........... sagung kulawarga, kanthi niat silaturrahmi.
Kaping kalihipun, ngaturaken salam taklimipun Bp/Ibu ..................................... gotrah kulawarga, katur dhumateng panjenenganipun Bp/Ibu ......(pemangku gati)........... sagung kulawarga dalasan bebrayan agung ing ........(kampung).......... ngriki, saha sanggyaning para rawuh para pilenggah, kula ikroraken kanthi atur “assalamu'alaikum wr.wb.”
Kaping tiganipun, Bp/Ibu ................................. sakulawarga ngaturaken ndherek suka bingah, dene panjenenganipun Bp ......(pemangku gati)........... sampun saged ngleksanani darmaning asepuh, hanenggih malakrameaken ingkang putra kanthi pinaringan berkah pangestu lan langkung-langkung sineksen dening para pinisepuh. Kepara malah sampun nampi kula sarombongan kanthi pakurmatan ingkang ngremenaken, pramila saking menika kula sarombongan ngaturaken agunging panuwun.
Panjenenganipun Bp/Ibu ......(pemangku gati)........... dalasan kulawarga ingkang minulyeng budi, Bp/Ibu ............................ gotrah kulawarga, lumantar kula ngaturaken agunging panuwun, awit putra temanten sampun kaijabaken lan sampun sah anut satataning agami lan negari, menapadene kadhaupaken anut satataning adat ingkang lumampah ing ngriki, kepara kanthi sineksenan lan pinaringan berkah pangestu para pinisepuh lan sesepuh, pramila saking menika, putra temanten kakung, nuwun inggih .........(penganten kakung)........., kula pasrahaken dhumateng Bp/Ibu ......(pemangku gati)........... dalasan kulawarga, kinanthenan pangajab, mugi lare menika karengkuha kadidene putra pribadhi, kagulawenthah saha pamardi, sahengga sageda netepi jejering priya ingkang tanggel jawab dhumateng garwa lan bale wisma, saha bekti dhateng sesami, lan tansah atul manembah mring Gusti.
Ugi mboten kesupen, panjenenganipun Bp/Ibu ................................... gotrah kulawarga, amasrahaken putra temanten wonten kukubaning bebrayan agung ing ngriki, mugi tinampia dados warganing bebrayan ingkang pikantuk pengayoman saha pambiyantu sak murwatipun.
Kejawi saking menika, inggih awit saking kiranging seserepan putra temanten ing samukawis, keparenga ugi paring pitedah-pitedah, ingkang tundhonipun saged migunani anggenipun sami nindakaken darmaning agesang ing bebrayan agung, jer menika lare, lare ndhusun ingkang taksih bodho, cubluk lan mbalilu, mila katambahana menawi kirang, lan kaemutna menawi supe lan lepat, sahengga tundhonipun saged dados kulawarga ingkang sae, ingkang sakinah, mawaddah, warohmah, ingkang mugi tansah pikantuk berkah, lan pinaringan momongan ingkang soleh solihah. Allahumma amin.
Para rawuh para pilenggah ingkang mahambeg ing tresna lan asih, kados kirang wicaksana bilih kalantur-lantur anggen kula matur, labet kados taksih kathah reroncening adicara ing titi kalenggahan menika. Dene saparipurnaning adicara ing mangke, kula sarombongan keparenga badhe nyuwun pamit lan nyuwun tambahing pangestu, mugi tansah pinaringan kawilujengan, nir-baya, nir-wikara, nir-ing-sambekala.
Mboten katalompen, kula ingkang tinanggenah minangka talanging atur, menapadene para kadang sarombongan, mbokbilih anggenipun matur saha sowan mboten andadosaken pirenaning penggalih keparenga diagung ing pangaksami.
Akhirul kalam, Billahittaufiq walhidayah. Wassalamu'alaikum wr.wb.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Minggu, 01 April 2012
Hawa Nafsu dalam Quran dan Hadits
Diriwayatkan dari Imam Al-Baqir bahwa Rasulullah SAWW bersabda, Allah SWT berfirman: “Demi kemuliaan-Ku, kebesaran-Ku, keagungan-Ku, keperkasaan-Ku, nur-Ku, ketinggian-Ku dan ketinggian tempat-Ku, tak seorang hambapun yang mengutamakan keinginannya (nafsunya) di atas keinginan-Ku, melainkan Aku kacaukan urusannya, Aku kaburkan dunianya dan Aku sibukkan hatinya dengan dunia serta tidak Aku berikan diinia kecuali yang telah kutakar untuknya.
Demi kemulian-Ku, kebesaran-Ku, keagungan-Ku, keperkasaan-Ku, nur-Ku, ketinggian-Ku dan ketinggian tempat-Ku, tak seorang hambapun yang mengutamakan keinginan-Ku di atas keinginan (nafsu) dirinya melainkan Aku suruh malaikat untuk menjaganya, langit dan bumi menjamin rezekinya dan menguntungkan setiap perdagangan yang dilakukannya serta dunia akan datang dan selalu berpihak kepadanya”.
Hadis qudsi cliatas amat populer dan terdapat dalam beberapa kitab dari golongan Sunnah dan Syi’ah. Saya juga meriwayatkan hadis tersebut melalui beberapa jalur. Sebagiannya darinya saya anggap sahih. Saya mencoba menelaah hadis yang berharga ini pada tiga bagian:
Pertama, seputar definisi hawa nafsu (al-hawa), bagian-bagian aksidentalnya, metode terapi dan “penjinaan”-nya. Bagian ini dianggap sebagai pengantar kajian hadis tersebut. (Bagian ini kami bagi menjadi tiga bagian menjadi I. Hawa Nafsu clalam Al-Quran dan Hadis, II. Tugas Akal dalam Mengendalikan Hawa Nafsu, III. Telaah Kritis Bala Tentara Akal dan Kejahilan pen.)
Kedua, seputar orang yang mengutamakan hawa nafsunya atas perintah Allah. (Bagian ini kami bagi menjadi tiga bagian, menjadi : IV. Orang yang Mengutamakan Hawa Nafsunya, V. Perbandingan Dunia dan Akhirat, VI. Telaah Anali-tik tentang Dunia dan Akhirat pen.)
Ketiga, seputar orang yang mengutamakan keinginan Allah atas keinginan dirinya. (Bagian ini menjadi bagian ketujuh yaitu VII. Orang yang Mengutamakan Keinginan Allah.
Terminologi Hawa Nafsu dalam Alquran dan Sunnah
Hawa nafsu adalah istilah keislaman yang digunakan dalam Alquran dan Sunnah. la menjadi istilah dengan arti khas budaya keislaman. Sering kita menemukan kata hawa nafsu dalam Alquran dan Sunnah. Antara lain, Allah SWT berfirman: “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (Q.S. Al-Furqon 43.)
Dan firman Allah SWT: “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”(Q.S. An-Nazia’at 40- 41.)
Amirul Mukminm Ali as dalam Nahjul Balaghahnya berkata: “Sesungguhnya yang paling aku kuatirkan pada kalian adalah dua hal, yaitu taat hawa nafsu dan angan-angan panjang.”
Diriwayatkan melalui Imam Shâdiq bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Waspadalah terhadap hawa uafsu kalian sebagaimana kamu sekalian waspada terhadap musuh. Tiada yang lebih pantang bagi manusia daripada mengikuti hawa, nafsu dan ketergelinciran lidah yang tak bertulang.”
Imam Shâdiq as juga berkata: “Janganlah kalian biarkan jiwa bersanding bersama hawa nafsu. Karena, hawa nafsu pasti (meinbawa) kehinaan bagi jiwamu.”
Enam Sumber dalam Jiwa Manusia
Untuk mengenal posisi hawa nafsu dalam jiwa dan perannya dalam kehidupan manusia, saya perlu menegaskan bahwa Allah SWT telah memasang beberapa sumber gerak dan kesadaran manusia. Semua gerak -aktif ataupun reaktif- dan kesadaran manusia bermuara dari sumber-sumber ini. Tercatat ada enam sumber penting, yang terutamanya adalah hawa nafsu, sebagai berikut.
1. Fithrah, yang telah dilengkapi Allah dengan kecenderungan. hasrat dan gaya tarik menuju dan mengenal-Nya dan meraih keutamaan-keutamaan akhlak, seperti kesetiaan, ‘iffah (harga diri), belas kasih dan murah hati.
2. ‘Aql, adalah titik pembeda manusia.
3. Irâdah, adalah pusat keputusan dan yang menjamin kebebasan manusia (dalam mengambil keputusan) dan kemerdekaannya.
4. Dhamir, yang berfungsi sebagai mahkamah dalam jiwa. la bertugas mengadili, mengecam dan melakukan penekanan terhadap manusia demi menyeimbangkan prilakunya.
5. Qalb, fuad dan shadr, merupakan jendela lain bagi kesadaran dan pengetahuan, sebagaimana kita pahami melalui ayat-ayat Alquran, yang dapat menerima atau menampung pencerahan Ilahi.
6. Al-hawa, adalah kumpulan berbagai nafsu dan keinginan dalam jiwa manvisia yang menuntut pemenuhan secara intensif. Bila tuntutannya terpenuhi, iadapat memberi manusia kenikmatan tersendiri.
Inilah keenam sumber penting bagi gerak dan kesadaran jiwa manusia yang telah diberikan oleh Allah.
Dalam kesempatan ini, rasanya tidak tepat jika saya membahas sumber-sumber tersebut atau membentuk gambaran dan simpulan ilmiah melalui nash-nash keislaman. Karena, bidang psikologi keislaman ini memerlukan kajian, observasi dan penalaran yang mendalam. Semoga Allah memudahkan bagi mereka yang menelitinya melalui teks-teks keislaman. Bidang ini tergolong subur dan “perawan” (tak tergarap). Kesuburan dan “keperawanan” salah satu dari lahan-lahan budaya keislaman ini mestinya merangsang para ilmuwan dan peneliti untuk menggarapnya.
Tugas saya dalam kajian kali mi, hanya terbatas pada masalah definisi serta peran hawa nafsu dalam kehidupan manusia. Di samping itu. saya akan membahas keistimewaan, dampak, tujuan dan sarana-sarana pengekangannya serta beberapa masalah lain yang berkaitan.
Bersamaan dengan itu, dalam mengkaji hawa nafsu saya akan beberkan hadis-hadis yang berhubungan dengan “sumber-sumber” lain jiwa yang ikut andil dalam pergerakan dan kesadaran manusia. Penggunaan istilah hawa nafsu dalam kebudayaan Islami mangacu pada gabungan beberapa naluri yang bersemayam dalam jiwa, sedangkan manusia sebagai penyandangnya selalu dituntut agar memenuhi hasratnya. Berbagai naluri syahwati itu membentuk bagian terpenting dan berperan luar biasa dalam kepribadian manusia. la adalah faktoi- utama dalam menggerakkan dan mengatur diri manusia. Bahkan sebagai kunci yang paling efektif untuk mengatur aksi dan reaksinya.
Demi kemulian-Ku, kebesaran-Ku, keagungan-Ku, keperkasaan-Ku, nur-Ku, ketinggian-Ku dan ketinggian tempat-Ku, tak seorang hambapun yang mengutamakan keinginan-Ku di atas keinginan (nafsu) dirinya melainkan Aku suruh malaikat untuk menjaganya, langit dan bumi menjamin rezekinya dan menguntungkan setiap perdagangan yang dilakukannya serta dunia akan datang dan selalu berpihak kepadanya”.
Hadis qudsi cliatas amat populer dan terdapat dalam beberapa kitab dari golongan Sunnah dan Syi’ah. Saya juga meriwayatkan hadis tersebut melalui beberapa jalur. Sebagiannya darinya saya anggap sahih. Saya mencoba menelaah hadis yang berharga ini pada tiga bagian:
Pertama, seputar definisi hawa nafsu (al-hawa), bagian-bagian aksidentalnya, metode terapi dan “penjinaan”-nya. Bagian ini dianggap sebagai pengantar kajian hadis tersebut. (Bagian ini kami bagi menjadi tiga bagian menjadi I. Hawa Nafsu clalam Al-Quran dan Hadis, II. Tugas Akal dalam Mengendalikan Hawa Nafsu, III. Telaah Kritis Bala Tentara Akal dan Kejahilan pen.)
Kedua, seputar orang yang mengutamakan hawa nafsunya atas perintah Allah. (Bagian ini kami bagi menjadi tiga bagian, menjadi : IV. Orang yang Mengutamakan Hawa Nafsunya, V. Perbandingan Dunia dan Akhirat, VI. Telaah Anali-tik tentang Dunia dan Akhirat pen.)
Ketiga, seputar orang yang mengutamakan keinginan Allah atas keinginan dirinya. (Bagian ini menjadi bagian ketujuh yaitu VII. Orang yang Mengutamakan Keinginan Allah.
Terminologi Hawa Nafsu dalam Alquran dan Sunnah
Hawa nafsu adalah istilah keislaman yang digunakan dalam Alquran dan Sunnah. la menjadi istilah dengan arti khas budaya keislaman. Sering kita menemukan kata hawa nafsu dalam Alquran dan Sunnah. Antara lain, Allah SWT berfirman: “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (Q.S. Al-Furqon 43.)
Dan firman Allah SWT: “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”(Q.S. An-Nazia’at 40- 41.)
Amirul Mukminm Ali as dalam Nahjul Balaghahnya berkata: “Sesungguhnya yang paling aku kuatirkan pada kalian adalah dua hal, yaitu taat hawa nafsu dan angan-angan panjang.”
Diriwayatkan melalui Imam Shâdiq bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Waspadalah terhadap hawa uafsu kalian sebagaimana kamu sekalian waspada terhadap musuh. Tiada yang lebih pantang bagi manusia daripada mengikuti hawa, nafsu dan ketergelinciran lidah yang tak bertulang.”
Imam Shâdiq as juga berkata: “Janganlah kalian biarkan jiwa bersanding bersama hawa nafsu. Karena, hawa nafsu pasti (meinbawa) kehinaan bagi jiwamu.”
Enam Sumber dalam Jiwa Manusia
Untuk mengenal posisi hawa nafsu dalam jiwa dan perannya dalam kehidupan manusia, saya perlu menegaskan bahwa Allah SWT telah memasang beberapa sumber gerak dan kesadaran manusia. Semua gerak -aktif ataupun reaktif- dan kesadaran manusia bermuara dari sumber-sumber ini. Tercatat ada enam sumber penting, yang terutamanya adalah hawa nafsu, sebagai berikut.
1. Fithrah, yang telah dilengkapi Allah dengan kecenderungan. hasrat dan gaya tarik menuju dan mengenal-Nya dan meraih keutamaan-keutamaan akhlak, seperti kesetiaan, ‘iffah (harga diri), belas kasih dan murah hati.
2. ‘Aql, adalah titik pembeda manusia.
3. Irâdah, adalah pusat keputusan dan yang menjamin kebebasan manusia (dalam mengambil keputusan) dan kemerdekaannya.
4. Dhamir, yang berfungsi sebagai mahkamah dalam jiwa. la bertugas mengadili, mengecam dan melakukan penekanan terhadap manusia demi menyeimbangkan prilakunya.
5. Qalb, fuad dan shadr, merupakan jendela lain bagi kesadaran dan pengetahuan, sebagaimana kita pahami melalui ayat-ayat Alquran, yang dapat menerima atau menampung pencerahan Ilahi.
6. Al-hawa, adalah kumpulan berbagai nafsu dan keinginan dalam jiwa manvisia yang menuntut pemenuhan secara intensif. Bila tuntutannya terpenuhi, iadapat memberi manusia kenikmatan tersendiri.
Inilah keenam sumber penting bagi gerak dan kesadaran jiwa manusia yang telah diberikan oleh Allah.
Dalam kesempatan ini, rasanya tidak tepat jika saya membahas sumber-sumber tersebut atau membentuk gambaran dan simpulan ilmiah melalui nash-nash keislaman. Karena, bidang psikologi keislaman ini memerlukan kajian, observasi dan penalaran yang mendalam. Semoga Allah memudahkan bagi mereka yang menelitinya melalui teks-teks keislaman. Bidang ini tergolong subur dan “perawan” (tak tergarap). Kesuburan dan “keperawanan” salah satu dari lahan-lahan budaya keislaman ini mestinya merangsang para ilmuwan dan peneliti untuk menggarapnya.
Tugas saya dalam kajian kali mi, hanya terbatas pada masalah definisi serta peran hawa nafsu dalam kehidupan manusia. Di samping itu. saya akan membahas keistimewaan, dampak, tujuan dan sarana-sarana pengekangannya serta beberapa masalah lain yang berkaitan.
Bersamaan dengan itu, dalam mengkaji hawa nafsu saya akan beberkan hadis-hadis yang berhubungan dengan “sumber-sumber” lain jiwa yang ikut andil dalam pergerakan dan kesadaran manusia. Penggunaan istilah hawa nafsu dalam kebudayaan Islami mangacu pada gabungan beberapa naluri yang bersemayam dalam jiwa, sedangkan manusia sebagai penyandangnya selalu dituntut agar memenuhi hasratnya. Berbagai naluri syahwati itu membentuk bagian terpenting dan berperan luar biasa dalam kepribadian manusia. la adalah faktoi- utama dalam menggerakkan dan mengatur diri manusia. Bahkan sebagai kunci yang paling efektif untuk mengatur aksi dan reaksinya.
Langganan:
Komentar (Atom)