Kepasrahan Jiwa
Riwayat dari Irman bin Hashin,bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda :
“Dari ummatku bakal masuk syurga tujuh puluh ribu orang tanpa hisab.” Mereka bertanya, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW bersabda, “Mereka itu adalah orang yang tidak pernah melakukan ruqyah, tidak pernah meramal, tidak pernah berbekam, dan mereka senantiasa tawakal kepada Allah.” (HR. Muslim)
Rasulullah SAW memposisikan “ramalan” diurutan kedua, setelah berupaya untuk tidak berobat yang merupakan derajat murni sejati, yang tergolong ahli fana’, dan mereka senantiasa dalam kehendak Allah SWT.
Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka. Namun betapa sedikit jumlah mereka dalam setiap periode. Karena derajat mereka adalah mewujudkan hakikat tawakal kepada Allah SWT. Kepasrahan total yang meliputi seluruh instrument sebab akibat dan kehendak. Merekalah kaum ‘arifin Billah yang sesungguhnya, semoga Allah meridhoi mereka.
Amboi, jika orang ‘alim itu terbagi dua “
1. Satu golongan yang membuatku terbatas dari keraguan.
2. Satu golongan yang menggunting-gunting diriku dari gunting mereka. Tak lebih dantak kurang mereka itu, dimataku.
Anak-anak sekalian… ketahuilah orang ‘arif kepada Allah SWT dengan ma’rifat yang benar, senantiasa terhanguskan hasratnya dibawah keceriaan dalam wahdaniyahNya. Dan tak ada keceriaan mulai dari Arasy sampai muka bumi yang lebih besar dibandingkan kegembiraan ma’rifat kepada Allah SWT.
Syurga seisinya itu disbanding isi kegembiraan mereka kepada Allah SWT nilainya sangat kecil, lebih kecil disbanding atom, ketika nereka tahu bahwa ma’rifat adalah kegembiraan paling agung dari segala kegembiraan manapun. Siapa yang bertemu Allah SWT, maka mana yang tak bisa ditemukan? Kesibukan apalagi yang akan dilakukan setelah bertemu denganNya? Bukankah melihat selain Allah itu tak lebih dari keliaran nafsu belaka? Hasrat yang rendah? Dan minimnya ma’rifat kepada Allah Ta’ala.
Allah SWT berfirman :
“Katakan, dengan karunia Allah dan dengan rahmatNya, maka dengan karunia dan rahmat itulah kalian semua bergembira…”
Dalam sebagian munajatnya Ibrahim bin Adham ra mengatakan :
“Ilahi, Engkau Maha Tahu syurga dan seisinya, rasanya tak melintas padaku walau sesayap nyamuk setelah Engkau beri aku ma’rifat kepadaMua,dan kemesraanku padaMu, dan Endkau telah membuatkan mencurah untuk tafakur atas keagunganMu, serta Engaku telah menjanjikan padaku utnuk memandang WajahMu.”
Memang, sesungguhnya derajat terendah kaum ‘arifin itu, manakala Allah memasukkannya kedalam neraka yang diliputi adzab, maka hatinya malah tambah cinta kepadaNya, semakin mesra sukacita padaNya, dan semakin rindu kepadaNya.
Ibnu Siirin ra berkata, “Jika aku harus memilih antara syurga dan sholat dua rekaat, aku memilih sgolat dua rekaat. Karena dalam dua rakaat ada ridhonya Allah SWT, taqarrub kepadaNya. Sedang dalam syurga yang ada kesenangan nafsu dan kesenangan manusia.”
Ketika Nabi Ibrahim as dilemparkan kedalam api, “Mereka mengatakan, bakarlah dia, dan mintalah pertolongan pada Tuhan kalian!” kata mereka. Nabi Ibrahim as menjawab, “Cukuplah bagiku Tuhanku dan Dialah sbaik-baik tempat berserah diri, sebaik-baik Tuhan dan sebaik-baik Penolong.”
Kemudian Allah SWT berfirman, “Wahai api jadilah dirimu dingin sejuk dan menyelamatkan atas ibrahim.”
Berserah diri.
Diriwayatkan, ketika Allah SWT berfirman kepada Nabi I(brahim as, “Wahai Ibrahim, engkaulah sahabat dekatku, dan Aku sahabat dekatmu. Maka jangan berpaling dariKu, yang menyebabkan putusnya hubungan kesahabatan antara diriKu dan dirimu, karena orang yang benar-benar mengaku sahabat dekatKu jika dibakar oleh api, hatinya sama sekali tidak bergeser dariKu, karena menghormati kebesaranKu.”
Allah SWT juga menyebutkan dalam Al Qur’an :
“Ketika Tuhannya berkata kepada Ibrahim, “Islamlah”! Ibrahim menjawab, “Aku Islam kepada Tuhannya Semesta Alam.”
Allah SWT mengetahui kepasrahan totalnya (Islam) sampai kemudian ia dilempar kedalam api.
Abu Abdullah bin Muqotil ra bermunajat :
“Ilahi, janganlah Engkau masukkan diriku kedalam neraka, karena api pun bisa menjadi dingin padaku karena cintaku kepadaMu.”
Abu Ayyub as-sikhtiyani ra berkata, “Neraka itu ditakuti, bagi mereka yang lupa akan Tuhannya. Lalu dikatakan pada mereka yang lupa itu : “Raakan semua atas kelalaianmu dalam pertemuan harimu ini…” dengan segenap balasan amalnya.”
Abu Hafsh ra menegaskan, “Saya sangat hawatir atas ma’rifat sebagian orang, yang sudah ditulis di jubah mereka, “Orang-orang merdekanya Allah setelah dikeluarkan dari neraka…”. Namun mereka memohon agar tanda tulisan itu dihapus dari mereka. Jika aku jadi mereka, aku sangat memohon agar tanda itu ditulis diseluruh anggota badanku, dan membuatku cukup bangga: “Akulah dari golongan orang yang dimerdekalan dari neraka…!”. Menurutku, apa yang diraih ahli syurga dalam syurganya adalah Robb Ta’ala, kedekatan padaNya, dan memandangNya serta mendengarkan kalamNya.
Ingat isteri Firaun ketika bermunajat :
“Tuhanku, bangunkan rumah bagiku di sisiMu dalam syurga.”
Sebagaimana disebutkan, “Tetangga dulu, baru rumah.”
Ibrahim bin Adham ra mengatakan, “AKu sangat alu jika tujuan ummatku adalah makhluk, padahal Allah SWT telah berfirman kepada sebagian nabiNya, “Siapa yang berkehendak pada kami, ia tak ingin selain diri kami…”
Sebagian Syekh Sufi mengatakan, “Aku pernah melihat seorang pemuda di Masjidil Haram sedang dalam kondisi menderita dan kelaparan, saya sangat kasihan padanya. Aku punya seraus dinar dalam kantong, lalu kudekati dia. “Hai anak muda, inibuat kebutuhan-kebutuhanmu…” Pemuda itu tidak menoleh sama sekali padaku, dan aku terus mendesaknya. Pemuda itu berkata, “Hai Syeikh, dinar ini sesuatu yang tak bisa aku jual dengan syurga dan seisinya. Syurga itu negeri keagungan, asal sumber keteguhan dan keabadian. Bagaimana aku menjualnya dengan harga yang hina?”
Abu Musa ad-Daylaby, -pelayan Abu Yazid- semoga Allah merehmati keduanya, berkata, “Aku pernah mendengar seorang Syeikh di Bistham mengatakan, “AKu bermimpi, sepertiya Allah SWT berfirman : “Kalian semua sedang mencari sesuatu dariKu – selain Abu Yazid – sesungguhnya dia mencariKu dan mendhendakiKu, dan Aku pun menghedakiNya.”
Abu Abdullah ra mengatakan, “Jadikan Allah itu sebagai majelis dan tempat kemesraan. Disiplinlah khidmah pada Tuhanmu. Maka dunia akan dating kepadamu dalam keadaan merana, dan kau diburu akhirat, dan akhirat begitu rindu…”
“Hai pemburu dunia, tinggalkan dunia, maka duniamemburumu”, lanjutnya.
Abu Said al-Kharraz ra mengatakan, “Suatu hari aku di tempat wuquf, lalu aku ingin memohon kepad Allah SWT sesuatu kebutuhan. Lantas muncul bisikan lembut tanpa suara kepadaku.” Di hadapanmu Allah, kamu masih mencari selain Allah?”
Ada seseorang menulis surat kepada saudaranya, “Amma Ba’du : “Tamparlah muka para penghasrat dunia dengan dunianya, tamparlah pencari akhirat pada wajah pemburunya. Bermesralah dengan Robbul ‘alamin. Wassalam.”
Abu Abdullah an-Nasaj ra mengatakan, “Janganlah menumpuk banyak syurga bagi orang beriman, karena Allah akan memberikan kelayakan yang lebih layak disbanding syurga, yaitu ma’rifat.”
Seseorang sholat jenazah dengan lima takbir. Ditanya kenapa sampai lima kali? “Empat takbiranku untuk si mayit. Dan satu utnuk dua rumah dunia-akhirat)…” katanya.
Kisah terjadi ketika ayat Al Qur’an dibacakan pada Abu Yazid, “Diantara kaian ada yang berharap dunia, dan diantara kalian ada yang berharap akhirat…” Lalu Abu Yazid berkata, “Mana yang berharap kepada Tuhan?”
Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib kwh, berkata kepada Abu Bakr ash-Shiddiq ra, “Wahai Khalifah Rasulullah SAW, bagaimana anda meraih posisi derajat ini hingga mendahului kami?”
Abu Bakr Shiddiq ra menjawab, “Dengan lima perkara.”
Pertama : Aku dapatkan manusia dua kelompok, pemburu dunia dan pemburu akhirat, sedangkan aku pemburu Tuhan.
Kedua : Sejak aku masuk Islam, aku tak pernah key\nyang dengan makanan dunia.
Ketiga : Aku tak pernah segar minum – minuman dunia.
Keempat : Jika muncul dihadapanku dua pilihan amaliah : amal dunia dan amal akhirat, aku pasti memilih amal akhirat.
Kelima : Aku berguru (bersahabat) pada Nabi SAW, dan aku senantiasa bersahabat yang sebaik-baiknya.
“Sengguh mulia bagimu waha Abu Bakr…” kata Sayyidina Ali khw.
Haalatu Ahlil Haqiqah Ma'Allah (Syekh Ahmad Ar-Rifa'y)
Alih Bahasa oleh : KH. Luqman Hakim MA.
SUMBER:http://rizkipra0204.blogspot.com/2010/02/kepasrahan-jiwa.html
MUHAMMAD MUZAYYIN RUKHAN lahir di Kediri 2 April l950 kakek dari empat cucu, fasa, sifa, hanum dan nisa’. pensiunan pelatih motivator program keluarga berenca nasional sekarang aktif dalam kegiatan pelayanan umat, seorang khatib masjid jamik Mambaul Ulum, menyisakan umurnya untuk menuntun umat meniti dan kembali kejalan Allah
Cari Blog Ini
Kamis, 21 Oktober 2010
mengapa harus berdzikir?
ZIKIR KEPADA ALLAH SWT.
Manusia adalah makhluk rentan dalam kehidupan.Sesekali atau berkali-kali dalam hidupnya selalu mengalami perubahan.Karena itu memang sudah fitrahnya.Tidak seperti halnya malaikat yang selalu konstan.Di karenakan di belakang kita ada zat yang selalu mengubah itu,yaitu yang di sebut dzat muqollibal quluub(Dzat yang membolak-balikan hati).Perubahan hati itu selalu di iringi dengan karakter perubahan pada hati tiap detiknya.Kondisi hati yang senantiasa berubah ini bukan karena tidak memiliki faktor-faktor tertentu.Ada juga hati berubah karena hati kita di sibukan oleh hal-hal selain Allah swt.Dan yang lebih ironisnya lagi ketika hati sudah melupakan Allah swt sama sekali.Oleh karena itu,untuk menjaga hati agar hati kita selalu hidup,maka ingatlah kepada Allah swt.Dalam salah satu hadis dikatakan,"Kalau hati tidak di isi dengan zikir,maka ia bagaikan bangkai".
Suatu ketika nabi pernah di tanaya tentang apa yang di sebut dengan qolbun salim ini,kemudian Nabi menjawab,"Itu keyakinan agama yang tidak di campuri dengan keragu-raguan hawa nafsu."Mungkin sulit untuk menggambarkan keyakinan itu.Tetapi ,ada penelitian yang mengatakan ,ada dua macam cara beragama,yaitu intrinsik dan ekstrinsik.Ada anggapan,makin bergama orang itu makin sehat jiwanya.Yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah tipe orang beragama itu.Kalau beragama di ukur dengan berapa banyak datang ke masjid ,maka keberagamaan tidak menjamin kesehatan jiwa.Karena sering kali orang datang ke masjid dalam penelitian ,bukan karena keyakinan tetapi karena hawa nafsu.Mungkin seseorang dateng ke masjid ingin memperoleh pasangan hidup,ingin mendapat pengakuan sosial,atau menjalin relasi bisnis.
Agama seringkali di pakai sebagai tempat pelarian.Orang lari kepada Agama untuk memperkokoh harga dirinya,ada yang karena frustasi akibat pergumulan hidup.Ia menemukan satu aliran agama yang menawarkan apa yang di carinya.Itu keberagamaan ekstrinsik.Bagaimana beragama yang intrinsik.Rosululloh saw menyebutnya:"Keyakinan yang tidak di masuki hawa nafsu".Beliau bersabda,Qolbun salim adalah keyakinan yang tidak di masuki keraguan dan hawa nafsu."Di sini orang beramal tanpa berkeinginan untuk pamer dan ingin di puji." Allah swt berfirman :"(yaitu) orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah.Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram".(QS 13:28).
Dalam ayat itu disebutkan bahwa cara memperoleh ketentraman hati adalah dengan berzikir kepada Allah,tetapi tidak semua zikir itu menentramkan hati.Karena itu syarat zikir yang dapat menentramkan hati adalah zikir orang yang beriman .Orang yang tidak beriman tidak bisa tentram dalam berzikir .Sebaliknya,orang yang beriman tidak akan tentram hatinya kecuali dengan zikir kepada Allah swt.
Karena itu,kalau anda beriman jangan mencari ketentraman pada kekayaan,kemashyuran,atau hal-hal duniawi lainnya.Tetapi ketentraman itu hanya diperoleh dengan zikir kepada Allah.
Ketentraman ada kaitannya dengan keimanan seperti di jelaskan dalam surat Al-fath ayat 4:"Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi[1394] dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana,"(QS 48:4).
Allah swt menurunkan ketentraman kepada hati orang yang beriman.Ketentraman hati itu tampak dari gejala fisik mereka.Ada orang yang bertingkah laku qur'ani dan adapula manusia yang bertingkah laku syaithoni.Orang yang tentram menunjukan prilaku qur'ani.
Manusia adalah makhluk rentan dalam kehidupan.Sesekali atau berkali-kali dalam hidupnya selalu mengalami perubahan.Karena itu memang sudah fitrahnya.Tidak seperti halnya malaikat yang selalu konstan.Di karenakan di belakang kita ada zat yang selalu mengubah itu,yaitu yang di sebut dzat muqollibal quluub(Dzat yang membolak-balikan hati).Perubahan hati itu selalu di iringi dengan karakter perubahan pada hati tiap detiknya.Kondisi hati yang senantiasa berubah ini bukan karena tidak memiliki faktor-faktor tertentu.Ada juga hati berubah karena hati kita di sibukan oleh hal-hal selain Allah swt.Dan yang lebih ironisnya lagi ketika hati sudah melupakan Allah swt sama sekali.Oleh karena itu,untuk menjaga hati agar hati kita selalu hidup,maka ingatlah kepada Allah swt.Dalam salah satu hadis dikatakan,"Kalau hati tidak di isi dengan zikir,maka ia bagaikan bangkai".
Suatu ketika nabi pernah di tanaya tentang apa yang di sebut dengan qolbun salim ini,kemudian Nabi menjawab,"Itu keyakinan agama yang tidak di campuri dengan keragu-raguan hawa nafsu."Mungkin sulit untuk menggambarkan keyakinan itu.Tetapi ,ada penelitian yang mengatakan ,ada dua macam cara beragama,yaitu intrinsik dan ekstrinsik.Ada anggapan,makin bergama orang itu makin sehat jiwanya.Yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah tipe orang beragama itu.Kalau beragama di ukur dengan berapa banyak datang ke masjid ,maka keberagamaan tidak menjamin kesehatan jiwa.Karena sering kali orang datang ke masjid dalam penelitian ,bukan karena keyakinan tetapi karena hawa nafsu.Mungkin seseorang dateng ke masjid ingin memperoleh pasangan hidup,ingin mendapat pengakuan sosial,atau menjalin relasi bisnis.
Agama seringkali di pakai sebagai tempat pelarian.Orang lari kepada Agama untuk memperkokoh harga dirinya,ada yang karena frustasi akibat pergumulan hidup.Ia menemukan satu aliran agama yang menawarkan apa yang di carinya.Itu keberagamaan ekstrinsik.Bagaimana beragama yang intrinsik.Rosululloh saw menyebutnya:"Keyakinan yang tidak di masuki hawa nafsu".Beliau bersabda,Qolbun salim adalah keyakinan yang tidak di masuki keraguan dan hawa nafsu."Di sini orang beramal tanpa berkeinginan untuk pamer dan ingin di puji." Allah swt berfirman :"(yaitu) orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah.Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram".(QS 13:28).
Dalam ayat itu disebutkan bahwa cara memperoleh ketentraman hati adalah dengan berzikir kepada Allah,tetapi tidak semua zikir itu menentramkan hati.Karena itu syarat zikir yang dapat menentramkan hati adalah zikir orang yang beriman .Orang yang tidak beriman tidak bisa tentram dalam berzikir .Sebaliknya,orang yang beriman tidak akan tentram hatinya kecuali dengan zikir kepada Allah swt.
Karena itu,kalau anda beriman jangan mencari ketentraman pada kekayaan,kemashyuran,atau hal-hal duniawi lainnya.Tetapi ketentraman itu hanya diperoleh dengan zikir kepada Allah.
Ketentraman ada kaitannya dengan keimanan seperti di jelaskan dalam surat Al-fath ayat 4:"Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi[1394] dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana,"(QS 48:4).
Allah swt menurunkan ketentraman kepada hati orang yang beriman.Ketentraman hati itu tampak dari gejala fisik mereka.Ada orang yang bertingkah laku qur'ani dan adapula manusia yang bertingkah laku syaithoni.Orang yang tentram menunjukan prilaku qur'ani.
tuhan mengabulkan do'a kita
TUHAN MENGABULKAN DO’A KITA
Jika saya merenungi kembali doa-doa yang pernah saya panjatkan. Ternyata, begitu banyak doa yang dikabulkan oleh Tuhan dengan serta merta. Langsung Tuhan berikan tanpa harus menunggu lama. Terutama ketika doa itu berupa sesuatu yang tidak berhubungan dengan material duniawi seperti misalnya kesehatan dan ketenangan. Keberanian. Atau ketegaran hati. Ketika saya bilang; Tuhan, berikan saya kekuatan. Maka saya benar-benar merasa kuat. Tuhan, kumohon ketenangan hati; maka segera saja hati saya merasa tenang. Jujur saja, kadang saya lupa bahwa itu merupakan bentuk pengkabulan langsung dari Tuhan.
Jika kita berdoa biasanya kita mengharapkan doa itu segera dikabulkan, bukan begitu? Bahkan, kita sering berharap agar doa itu langsung dikabulkan tepat disaat kita selesai mengucapkannya. Seketika itu juga. Memang kadang kita ini tidak realistis, sih. Tapi, sebenarnya, berharap agar Tuhan segera mengabulkan doa kita tidaklah berlebihan. Dan memang kenyataannya begitu, kok. Tuhan mengabulkan begitu banyak permintaan kita, dengan segera. Coba saja anda renungkan; kapan terakhir kali anda berdoa dan doa itu langsung dikabulkan Tuhan?
Bukan itu saja, permintaan material pun tak jarang Tuhan segera kabulkan. Alhamdulillah , saya bukan orang yang berlimpah ruah dari sisi materi. Bukan orang kebanyakan uang. Sekedar cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup pada taraf yang wajar. (Jangan-jangan, ini merupakan terminologi lain dari kata pas pasan, haha.). Tetapi, saya merasa beruntung berada pada tingkatan status ekonomi yang biasa-biasa saja ini. Sebab, harus saya akui ketika kantong tebal ,sering kita lupa memnta kepada tuhan, Lain sekali ketika dompet sedang benar-benar lepet dan kepepet; dengan Tuhan saya merasa begitu lengket. Sehingga saya merasa berhak untuk meminta kepadaNya. Jadi, Tuhan, saya tidak keberatan jika Engkau terus menerus menempatkan diri saya pada posisi pas-pasan ini. Agar saya tidak terlalu sulit untuk agak lebih sering mendekat padaMu. Untuk meminta tambahan dari kekurang-kekurangan yang kadang-kadang menyesakkan dada. Mbah yayin
Jika saya merenungi kembali doa-doa yang pernah saya panjatkan. Ternyata, begitu banyak doa yang dikabulkan oleh Tuhan dengan serta merta. Langsung Tuhan berikan tanpa harus menunggu lama. Terutama ketika doa itu berupa sesuatu yang tidak berhubungan dengan material duniawi seperti misalnya kesehatan dan ketenangan. Keberanian. Atau ketegaran hati. Ketika saya bilang; Tuhan, berikan saya kekuatan. Maka saya benar-benar merasa kuat. Tuhan, kumohon ketenangan hati; maka segera saja hati saya merasa tenang. Jujur saja, kadang saya lupa bahwa itu merupakan bentuk pengkabulan langsung dari Tuhan.
Jika kita berdoa biasanya kita mengharapkan doa itu segera dikabulkan, bukan begitu? Bahkan, kita sering berharap agar doa itu langsung dikabulkan tepat disaat kita selesai mengucapkannya. Seketika itu juga. Memang kadang kita ini tidak realistis, sih. Tapi, sebenarnya, berharap agar Tuhan segera mengabulkan doa kita tidaklah berlebihan. Dan memang kenyataannya begitu, kok. Tuhan mengabulkan begitu banyak permintaan kita, dengan segera. Coba saja anda renungkan; kapan terakhir kali anda berdoa dan doa itu langsung dikabulkan Tuhan?
Bukan itu saja, permintaan material pun tak jarang Tuhan segera kabulkan. Alhamdulillah , saya bukan orang yang berlimpah ruah dari sisi materi. Bukan orang kebanyakan uang. Sekedar cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup pada taraf yang wajar. (Jangan-jangan, ini merupakan terminologi lain dari kata pas pasan, haha.). Tetapi, saya merasa beruntung berada pada tingkatan status ekonomi yang biasa-biasa saja ini. Sebab, harus saya akui ketika kantong tebal ,sering kita lupa memnta kepada tuhan, Lain sekali ketika dompet sedang benar-benar lepet dan kepepet; dengan Tuhan saya merasa begitu lengket. Sehingga saya merasa berhak untuk meminta kepadaNya. Jadi, Tuhan, saya tidak keberatan jika Engkau terus menerus menempatkan diri saya pada posisi pas-pasan ini. Agar saya tidak terlalu sulit untuk agak lebih sering mendekat padaMu. Untuk meminta tambahan dari kekurang-kekurangan yang kadang-kadang menyesakkan dada. Mbah yayin
Rabu, 20 Oktober 2010
inovasi tiada henti
hidup beristiqomah inovasi tiada henti
Dalam rentang panjang perjalanan hidup yang kita lewati tentu kita pernah tersandung kepada kegagalan kegagalan serta masalah masalah pelik dan sering juga kita hampir hampir tak berdaya menghadapinya, terasa keberuntugan telah menjauh dari diri kita, keterpurukan yang kita derita itu, sering juga mendera kita dan membuat jera memulai dan dapat bangkit kembali , inilah satnya kita bangkit untuk mencari solusi yang konstruktif. Kalau mengalami kegagalan, kita bangkit untuk terus mengerahkan segenap potensi kemampuan yans masih kitamiliki. Saat patah hati, kita bangkit dari kesedihan lalu meneruskan hal yang kita perjuangkan. Jika dihadapkan kepada persaingan bisnis yang semakin keras, kita bangkit untuk terus gigih.
Kita juga perlu bangkit dengan cara mengurangi perilaku buruk untuk kemudian memperbanyak tindakan-tindakan yang lebih bermartabat. Sebagai individu, kalau kita baik kemarin tapi sekarang dan besok buruk, maka kita termasuk menderita su’ul khatimah akhir yang jelek. Kondisi seperti itu sangat membahayakan. Sebab dalam keadaan seperti itu, sangat sulit bagi kita untuk menutup hidup dalam keadaan ’sedang baik’. Makanya, kebangkitan itu mesti terjadi terus menerus. Jika kita jatuh, bangkit lagi. Jatuh lagi, ya bangkit lagi. Jatuh lagi, ya bangkit saja lagi. Itulah yang sering kita sebut sebagai persistensi. Yaitu sikap pantang menyerah untuk melakukan sesuatu yang positif dan konstruktif. Sikap seperti itu disebut istiqamah. Seorang pribadi yang istiqamah tidak berarti selalu benar, tapi segera menyadari kesalahannya lalu kembali ke jalur yang benar. Mereka yang istiqamah juga bukanlah orang-orang yang selalu berhasil, karena tidak ada bentuk kehidupan yang hanya terdiri dari keberhasilan dan benar saja. Mereka yang istiqamah itu adalah orang-orang yang gigih untuk terus berjuang sampai bisa mewujudkan keberhasilan.perobahan pada dirinya.dari kurang baik menjadi baik,dari yang baik menjadi lebih baik lagi
Oleh karena itu, orang-orang yang terjebak kisah nostalgis dimasa lalu akan susah dapat bangkit kembali . Apalagi mereka yang menyalahkan keadaan. Atau menimpakan penyebab segala kesialan,kegagalan,ketrpurukan kepada orang lain. Mereka yang gemar melakukan kecurangan juga bukan pribadi yang mampu mengadakan perobahan Ciri bangkitnya seorang pribadi adalah mampu mendaya gunakan modal potensi yang telah Tuhan berikan dalam proses penciptaan dirinya. Apa sajakah modal itu? Pertama, Tuhan telah meniupkan ruh yang condong kepada kebaikan. Jadi, ciri pribadi yang bangkit pastilah cenderung kepada kebaikan dan selalu berusaha menghindari perilaku buruk. Mengapa? Karena perilaku buruk itu karakter syetan. Bukan piranti lunak manusia.
Kedua, Tuhan telah menciptakan kita dengan keunikan masing-masing. Jadi, pribadi yang terbangkitkan juga dicirikan oleh keberaniannya untuk mengeksplorasi potensi dirinya. Kita tahu bahwa sesuatu yang unik itu bernilai tinggi. Makanya toko-toko yang menjual pernak pernik unik selalu diserbu oleh konsumen. Penyedia jasa yang memiliki keunikan layanan selalu dicintai pelanggan. Anehnya, kita sering ragu jika keunikan diri yang kita miliki ini akan laku di pasaran. Kita takut menampilkan keunikan yang kita miliki dalam menjalani aktivitas keseharian. Sebagai gantinya, kita lebih suka meniru-niru perilaku orang lain. Kita mengira dengan meniru orang lain bisa berhasil seperti mereka. Bangkitlah sekarang juga, dengan segala potensi diri dan keunikan diri kta sendiri,be your self, karena berobah perlu dan itu akan banyak faedahnya .mbah yayin.
Dalam rentang panjang perjalanan hidup yang kita lewati tentu kita pernah tersandung kepada kegagalan kegagalan serta masalah masalah pelik dan sering juga kita hampir hampir tak berdaya menghadapinya, terasa keberuntugan telah menjauh dari diri kita, keterpurukan yang kita derita itu, sering juga mendera kita dan membuat jera memulai dan dapat bangkit kembali , inilah satnya kita bangkit untuk mencari solusi yang konstruktif. Kalau mengalami kegagalan, kita bangkit untuk terus mengerahkan segenap potensi kemampuan yans masih kitamiliki. Saat patah hati, kita bangkit dari kesedihan lalu meneruskan hal yang kita perjuangkan. Jika dihadapkan kepada persaingan bisnis yang semakin keras, kita bangkit untuk terus gigih.
Kita juga perlu bangkit dengan cara mengurangi perilaku buruk untuk kemudian memperbanyak tindakan-tindakan yang lebih bermartabat. Sebagai individu, kalau kita baik kemarin tapi sekarang dan besok buruk, maka kita termasuk menderita su’ul khatimah akhir yang jelek. Kondisi seperti itu sangat membahayakan. Sebab dalam keadaan seperti itu, sangat sulit bagi kita untuk menutup hidup dalam keadaan ’sedang baik’. Makanya, kebangkitan itu mesti terjadi terus menerus. Jika kita jatuh, bangkit lagi. Jatuh lagi, ya bangkit lagi. Jatuh lagi, ya bangkit saja lagi. Itulah yang sering kita sebut sebagai persistensi. Yaitu sikap pantang menyerah untuk melakukan sesuatu yang positif dan konstruktif. Sikap seperti itu disebut istiqamah. Seorang pribadi yang istiqamah tidak berarti selalu benar, tapi segera menyadari kesalahannya lalu kembali ke jalur yang benar. Mereka yang istiqamah juga bukanlah orang-orang yang selalu berhasil, karena tidak ada bentuk kehidupan yang hanya terdiri dari keberhasilan dan benar saja. Mereka yang istiqamah itu adalah orang-orang yang gigih untuk terus berjuang sampai bisa mewujudkan keberhasilan.perobahan pada dirinya.dari kurang baik menjadi baik,dari yang baik menjadi lebih baik lagi
Oleh karena itu, orang-orang yang terjebak kisah nostalgis dimasa lalu akan susah dapat bangkit kembali . Apalagi mereka yang menyalahkan keadaan. Atau menimpakan penyebab segala kesialan,kegagalan,ketrpurukan kepada orang lain. Mereka yang gemar melakukan kecurangan juga bukan pribadi yang mampu mengadakan perobahan Ciri bangkitnya seorang pribadi adalah mampu mendaya gunakan modal potensi yang telah Tuhan berikan dalam proses penciptaan dirinya. Apa sajakah modal itu? Pertama, Tuhan telah meniupkan ruh yang condong kepada kebaikan. Jadi, ciri pribadi yang bangkit pastilah cenderung kepada kebaikan dan selalu berusaha menghindari perilaku buruk. Mengapa? Karena perilaku buruk itu karakter syetan. Bukan piranti lunak manusia.
Kedua, Tuhan telah menciptakan kita dengan keunikan masing-masing. Jadi, pribadi yang terbangkitkan juga dicirikan oleh keberaniannya untuk mengeksplorasi potensi dirinya. Kita tahu bahwa sesuatu yang unik itu bernilai tinggi. Makanya toko-toko yang menjual pernak pernik unik selalu diserbu oleh konsumen. Penyedia jasa yang memiliki keunikan layanan selalu dicintai pelanggan. Anehnya, kita sering ragu jika keunikan diri yang kita miliki ini akan laku di pasaran. Kita takut menampilkan keunikan yang kita miliki dalam menjalani aktivitas keseharian. Sebagai gantinya, kita lebih suka meniru-niru perilaku orang lain. Kita mengira dengan meniru orang lain bisa berhasil seperti mereka. Bangkitlah sekarang juga, dengan segala potensi diri dan keunikan diri kta sendiri,be your self, karena berobah perlu dan itu akan banyak faedahnya .mbah yayin.
Selasa, 19 Oktober 2010
KATA HATI
Mengapa kita bisa kehilangan kata hati ?
Masihkah kita ingat peristiwa peristiwa penting yang tersisa di benak kita semasa kecil pada saat kita dewasa kini?bagaimana kita tergagu ketika kita akan berbohong contohnya atau berkata tidak ketika seharusnnya iya atau ya, apalagi berbuat tidak baik, terasa badan bergetar tak tahan kita,, menaggalkan kebaikan yang sudah mulai tertanam dihati kecil kita ,namun setelah berulang kita lakukan yang demikian tersa kita mulai terbiasa memereteli sedikit demisedikit sifat baik kita ketika kita berda pada situasi yang harus berbuat itu, mengapa ternyata sifat baik yang pernah kita miliki bisa berceceran . Karena, setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Itulah sebabnya, sewaktu masih kecil; kita semua adalah manusia-manusia yang berhati tulus. Berpandangan positif. Berpikiran jernih. Berniat baik. Namun, setelah beranjak dewasa kita sering bertingkah sebaliknya. Seolah kita tidak pernah memiliki sifat-sifat baik itu dimasa lalu. Padahal, seperti yang pernah saya dengar tausiah guru ngaji saya sewaktu kecil;”Tuhan telah mengilhamkan kepada setiap jiwa nilai-nilai kebaikan dan keburukan. Beruntunglah orang yang mensucikannya mbah yayin
Masihkah kita ingat peristiwa peristiwa penting yang tersisa di benak kita semasa kecil pada saat kita dewasa kini?bagaimana kita tergagu ketika kita akan berbohong contohnya atau berkata tidak ketika seharusnnya iya atau ya, apalagi berbuat tidak baik, terasa badan bergetar tak tahan kita,, menaggalkan kebaikan yang sudah mulai tertanam dihati kecil kita ,namun setelah berulang kita lakukan yang demikian tersa kita mulai terbiasa memereteli sedikit demisedikit sifat baik kita ketika kita berda pada situasi yang harus berbuat itu, mengapa ternyata sifat baik yang pernah kita miliki bisa berceceran . Karena, setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Itulah sebabnya, sewaktu masih kecil; kita semua adalah manusia-manusia yang berhati tulus. Berpandangan positif. Berpikiran jernih. Berniat baik. Namun, setelah beranjak dewasa kita sering bertingkah sebaliknya. Seolah kita tidak pernah memiliki sifat-sifat baik itu dimasa lalu. Padahal, seperti yang pernah saya dengar tausiah guru ngaji saya sewaktu kecil;”Tuhan telah mengilhamkan kepada setiap jiwa nilai-nilai kebaikan dan keburukan. Beruntunglah orang yang mensucikannya mbah yayin
Senin, 18 Oktober 2010
khutbah jumat disampaiakan jumat legi pada bulan zulhijjah
Khutbah tentang keutamaa amalan di bulan dzul hijjah
KHUTBAH PERTAMA
الْحَمْدُ للهِ القَوِيِّ المَتِينِ، سُبْحَانَهُ خَلَقَ الإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ، وَهَدَاهُ لِلْمَنْهَجِ القَوِيمِ، وَسَنَّ شَرَائِعَ فِيهَا القُوَّةُ وَالتَّمكِينُ، بِحِكْمَتِهِ نُؤْمِنُ، وَبِقُدْرَتِهِ نُوقِنُ، عَلَيْهِ نَتَوَكَّلُ، وَإِيَّاهُ نَستَعِينُ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى بِمَا هُوَ لَهُ أَهْلٌ مِنَ الْحَمْدِ وَأُثْنِي عَلَيْهِ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيَّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، لَمْ يَزَلْ مُتَوَكِّلاً عَلَى رَبِّهِ، وَاثِقًا بِوَعدِهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَعَلَى كُلِّ مَنْ اقْتَفَى أَثَرَهُ وَتَرَسَّمَ خُطَاهُ إِلَى يَومِ الدِّينِ.
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ } [آل عمران: 102] .
{ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا } [النساء: 1] .
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا } [الأحزاب: 70، 71].
Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah SWT,
Segala puji hanyalah milik Allah. Maka tiada hal lain yang lebih pantas untuk kita ucapkan setalah menyadari nikmat-nikmatNya, kecuali memuji-Nya dengan segala pujian yang diajarkan-Nya kepada kita. Lalu hati kita juga khusyu’ mensyukuri nikmat-nikmat itu, seraya memimpin anggota bada kita untuk tunduk dan taat dalam menjalankan ibadah semata-mata kepada-Nya. Hanya dengan integrasi ketiga bentuk amal itulah syukur kita menemukan hakikatnya.
Ayyuhal muslimuun hafidzakumullah,
Kita saat ini tengah berada di penghujung bulan Dzulqa’dah. Kurang dari sepekan kita akan memasuki bulan Dzulhijjah 1430 H. Dengan demikian kita telah 2 bulan keluar dari madrasah Ramadhan, dan kini bersiap dengan tarbiyah Allah SWT yang lain, yakni madrasah Dzulhijjah.
Mengapa disebut madrasah Dzulhijjah? Karena pada bulan ini ada tiga ibadah besar yang sarat dengan nilai-nilai tarbiyah; haji, shalat idul adha dan qurban. Di samping ada pula ibadah sunnah muakkad bagi yang tidak menunaikan haji yakni puasa arafah.
Ayyuhal muslimuun rahimakumullah,
Karenanya, melalui mimbar Jum’at ini khatib mengajak diri sendiri dan kita semua untuk mempersiapkan diri menyongsong bulan Dzulhijjah ini. Sehingga saat ia datang menjumpai kita, kita telah siap dengan amal-amal di bulan ini sekaligus mengambil nilai-nilai tarbiyah yang ada di dalamnya.
Haji
Saat ini sebagian saudara-saudara kita yang menunaikan ibadah haji telah berada di tanah suci. Inilah rangkaian ibadah yang mengandung muatan tarbiyah historis yang luar biasa. Agar manusia mengambil pelajaran yang tak ternilai dari sana. Bukan hanya bagi mereka yang sudah dipanggil Allah dalam menunaikannya, tetapi juga bagi kita yang belum berkesempatan menjalankan rukun Islam yang kelima.
Diantara pelajaran yang begitu tampak dari ibadah haji adalah deklarasi persamaan derajat manusia di dalam Islam. Islam bukanlah agama yang mempertahankan atau mendukung diskriminasi atas dasar warna kulit dan suku bangsa. Allah tidak membedakan manusia dari segi hartanya, popularitas, maupun jabatan dan kekuasaannya. Karenanya berkumpullah jutaan orang di Masjidil Haram, 260 ribu diantaranya dari Indonesia; mereka setara! Semuanya berbaur menjadi satu sebagai hamba Allah; tak ada bedanya antara presiden dan rakyat biasa, tak ada bedanya antara direktur dan petani-petani desa. Bahkan saat ihram, sekaya dan setinggi apapun jabatan seseorang, mereka semua sama hanya berbalut kain ihram yang tidak berjahit.
Kita pun, yang tidak berada di Masjidil Haram, seharusnya sadar akan hakikat nilai manusia di hadapan Allah SWT. Mereka semua sama. Yang membedakan dan membuat seseorang lebih mulia daripada lainnya adalah ketaqwaannya.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ [الحجرات/13]
Sesungguhnya manusia yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa. (QS. Al-Hujurat : 13)
Hakikat ini seharusnya tertanam kuat dalam jiwa kita dan menjadi pemicu bagi kita untuk terus meningkatkan ketaqwaannya. Sementara banyak orang yang mengumpulkan bekal untuk kehidupan dunianya, Allah menunjukkan pula kepada kita untuk mempersiapkan sebaik-baik bekal, yakni taqwa.
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى [البقرة/197]
Dan berbekallah kalian. Sesungguhnya bekal yang terbaik adalah taqwa. (QS. Al-Baqarah : 197)
Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah SWT,
Selain nilai tarbiyah di atas, haji juga sarat dengan napak tilas sejarah Nabi Ibrahim dan keluarganya. Ka’bah merupakan tempat ibadah yang dibangun pertama kali oleh Nabi Ibrahim. Ia simbol ketauhidan, dan ke arahnya umat Islam berkiblat dalam shalat. Sai mengingatkan ikhtiar serius istri Nabi Ibrahim, Hajar, dalam upaya regenerasi ahli tauhid. Melontar jumrah juga merupakan simbol perlawanan kepada syaitan, yang telah dicontohkan Nabi Ibrahim, dan hingga kiamat nanti statusnya memang tidak pernah berubah; syaitan adalah musuh yang nyata bagi orang yang beriman.
Lebih dari itu, semua ibadah haji merupakan kepatuhan dan ketundukan total kepada Allah sebagai pembuat syariat. Bagaimana petunjuk Allah dalam beribadah, begitulah kita harus mengerjakannya. Bagaimana perintah Allah kepada orang beriman, begitulah ia harus sami’na wa atha’na. Dengan demikian ibadah haji menjadi ibadah yang sangat berat. Selain menyediakan biaya yang sangat besar dan membutuhkan fisik yang prima, kondisi ruhiyah juga harus terjaga selama ibadah ini ditunaikan. Maka, sebanding dengan beratnya kombinasi dari ibadah qalbiyah, ibadah badaniyah, dan ibadah maliyah ini, Allah telah menyediakan balasan yang luar biasa pula:
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
Haji yang mabrur, tidak ada balasannya kecuali surga. (HR. Bukhari dan Muslim)
Lalu bagaimana dengan kita yang di bulan Dzulhijjah 1430 H ini belum mampu menunaikan haji? Masih ada banyak kesempatan amal untuk kita kerjakan.
Memperbanyak ibadah dan amal shalih di sepuluh hari pertama Dzulhijjah
Bagi kita yang tidak berhaji pun, kesempatan emas terbuka untuk meraih banyak keutamaan di bulan Dzulhijjah. Memperbanyak ibadah pada tanggal 1 Dzulhijjah sampai dengan 10 Dzulhijjah merupakan pilihan yang cerdas, sebab banyak hadits yang menjelaskan keutamaannya. Ibadah itu bisa berupa memperbanyak shadaqah, berdzikir, tilawah, dan amal shalih lainnya.
Rasulullah SAW bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ فِيهِ أَفْضَلُ مِنْ عَشَرِ ذِي الْحِجَّةِ، قِيلَ: وَلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ قَالَ: وَلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ :« وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْجِعْ بِشَىْءٍ
“Tidak ada hari-hari di mana amal shalih lebih disukai oleh Allah Azza wa Jalla dari pada hari-hari ini, yakni hari pertama hingga kesepuluh Dzulhijjah.” Para shahabat pun bertanya, “Ya Rasulullah, meskipun dibandingkan dengan berjihad fi sabilillah?” Beliau menjawab, “Memang, meskipun dibandingkan dengan berjihad fi sabilillah, kecuali seorang yang pergi membawa nyawa dan hartanya, kemudian tidak satu pun diantara keduanya itu yang kembali (mati syahid).” (HR. Jamaah kecuali Muslim dan Nasai)
Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمَ عِنْدَ اللَّهِ وَلاَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنَ الْعَمَلِ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ
Tidak ada hari-ahri yang dianggap lebih agung oleh Allah SWT dan lebih disukai untuk digunakan sebagai tempat beramal sebagaimana hari pertama hingga kesepuluh Dzulhijjah ini. Karenanya, perbanyaklah pada hari-hari itu bacaan tahlil, takbir, dan tahmid. (HR. Ahmad)
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيهَا مِنْ عَشْرِ ذِى الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Tidak ada hari-hari yang lebih disukai Allah untuk digunakan beribadah sebagaimana halnya hari-hari sepuluh Dzulhijjah. Berpuasa pada siang harinya sama dengan berpuasa selama satu tahun dan shalat pada malam harinya sama nilainya dengan mengerjakan shalat pada malam lailatul qadar. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Baihaqi)
Puasa Arafah
Ayyuhal muslimuun hafidzakumullah,
Puasa ini disunnahkan bagi kita yang tidak sedang mengerjakan haji. Adapun bagi mereka para jamaah haji, mereka tidak diperbolehkan berpuasa. Saat itu mereka harus wukuf di Arafah. Dengan demikian, keutamaan hari Arafah bisa dinikmati oleh orang yang sedang berhaji maupun yang tidak sedang berhaji.
Keutamaan puasa Arafah ini diriwayatkan oleh Abu Qatadah r.a. :
سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ »
Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab, “Puasa itu menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya.” (HR. Muslim)
Subhaanallah, luar biasa. Mendengar keutamaan puasa Arafah ini, pantaslah bila pada hari Arafah itu banyak orang yang dibebaskan Allah SWT dari siksa neraka.
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ
Tidak ada satu hari yang pada hari itu Allah membebaskan para hamba dari api neraka yang lebih banyak dibandingkan hari Arafah. (HR. Muslim)
Shalat Idul Adha
Ikhwatal iman yahdikumullah,
Amal khusus di bulan Dzulhijjah berikutnya adalah Shalat Idul Adha. Jumhur ulama’ menjelaskan bahwa hukumnya sunnah muakkad, dan ada beberapa ulama’ yang berpendapat hukumnya wajib. Jika pada shalat idul fitri disunnahkan makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat, maka shalat idul adha adalah kebalikannya: disunnahkan makan setelah shalat id.
Berqurban
Ayyuhal muslimuun rahimakumullah,
Amal lainnya yang sangat istimewa dan khusus di bulan Dzulhijjah ini adalah qurban. Ibadah qurban ini juga sarat dengan nilai tarbiyah. Bahkan sejarah disyariatkannya qurban pada masa Nabi Ibrahim adalah sejarah pengorbanan, ketaatan, serta proses taurits di dalam keluarga muslim. Kita sekarang tidak diperintahkan untuk menyembelih Ismail-ismail kita, tetapi menyembelih kambing, domba, sapi, atau unta sebagai bentuk ketaatan dan pengorbanan kita kepada Allah SWT.
Keutamaan qurban sebagaimana yang disebutkan dalam hadits:
مَا عَمِلَ آدَمِىٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنَ الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
Tidak ada amalan yang diperbuat manusia pada Hari Raya Kurban yang lebih dicintai oleh Allah selain menyembelih hewan. Sesungguhnya hewan kurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulu, dan kuku kukunya. Sesungguhnya sebelum darah kurban itu mengalir ke tanah, pahalanya telah diterima Allah. Maka tenangkanlah jiwa dengan berkurban. (HR. Tirmidzi)
Demikianlah amal-amal khusus selama bulan Dzulhijjah. Semoga Dzulhijjah 1430 ini semakin mendekatkan kita kepada Allah SWT sehingga kita memperoleh ridha, rahmat, dan ampuan-Nya. Dengan demikian, kita bisa berharap bertemu Allah kelak di surga.
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ } [آل عمران: 102]
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا } [الأحزاب: 70، 71].
اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ.
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
KHUTBAH PERTAMA
الْحَمْدُ للهِ القَوِيِّ المَتِينِ، سُبْحَانَهُ خَلَقَ الإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ، وَهَدَاهُ لِلْمَنْهَجِ القَوِيمِ، وَسَنَّ شَرَائِعَ فِيهَا القُوَّةُ وَالتَّمكِينُ، بِحِكْمَتِهِ نُؤْمِنُ، وَبِقُدْرَتِهِ نُوقِنُ، عَلَيْهِ نَتَوَكَّلُ، وَإِيَّاهُ نَستَعِينُ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى بِمَا هُوَ لَهُ أَهْلٌ مِنَ الْحَمْدِ وَأُثْنِي عَلَيْهِ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيَّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، لَمْ يَزَلْ مُتَوَكِّلاً عَلَى رَبِّهِ، وَاثِقًا بِوَعدِهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَعَلَى كُلِّ مَنْ اقْتَفَى أَثَرَهُ وَتَرَسَّمَ خُطَاهُ إِلَى يَومِ الدِّينِ.
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ } [آل عمران: 102] .
{ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا } [النساء: 1] .
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا } [الأحزاب: 70، 71].
Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah SWT,
Segala puji hanyalah milik Allah. Maka tiada hal lain yang lebih pantas untuk kita ucapkan setalah menyadari nikmat-nikmatNya, kecuali memuji-Nya dengan segala pujian yang diajarkan-Nya kepada kita. Lalu hati kita juga khusyu’ mensyukuri nikmat-nikmat itu, seraya memimpin anggota bada kita untuk tunduk dan taat dalam menjalankan ibadah semata-mata kepada-Nya. Hanya dengan integrasi ketiga bentuk amal itulah syukur kita menemukan hakikatnya.
Ayyuhal muslimuun hafidzakumullah,
Kita saat ini tengah berada di penghujung bulan Dzulqa’dah. Kurang dari sepekan kita akan memasuki bulan Dzulhijjah 1430 H. Dengan demikian kita telah 2 bulan keluar dari madrasah Ramadhan, dan kini bersiap dengan tarbiyah Allah SWT yang lain, yakni madrasah Dzulhijjah.
Mengapa disebut madrasah Dzulhijjah? Karena pada bulan ini ada tiga ibadah besar yang sarat dengan nilai-nilai tarbiyah; haji, shalat idul adha dan qurban. Di samping ada pula ibadah sunnah muakkad bagi yang tidak menunaikan haji yakni puasa arafah.
Ayyuhal muslimuun rahimakumullah,
Karenanya, melalui mimbar Jum’at ini khatib mengajak diri sendiri dan kita semua untuk mempersiapkan diri menyongsong bulan Dzulhijjah ini. Sehingga saat ia datang menjumpai kita, kita telah siap dengan amal-amal di bulan ini sekaligus mengambil nilai-nilai tarbiyah yang ada di dalamnya.
Haji
Saat ini sebagian saudara-saudara kita yang menunaikan ibadah haji telah berada di tanah suci. Inilah rangkaian ibadah yang mengandung muatan tarbiyah historis yang luar biasa. Agar manusia mengambil pelajaran yang tak ternilai dari sana. Bukan hanya bagi mereka yang sudah dipanggil Allah dalam menunaikannya, tetapi juga bagi kita yang belum berkesempatan menjalankan rukun Islam yang kelima.
Diantara pelajaran yang begitu tampak dari ibadah haji adalah deklarasi persamaan derajat manusia di dalam Islam. Islam bukanlah agama yang mempertahankan atau mendukung diskriminasi atas dasar warna kulit dan suku bangsa. Allah tidak membedakan manusia dari segi hartanya, popularitas, maupun jabatan dan kekuasaannya. Karenanya berkumpullah jutaan orang di Masjidil Haram, 260 ribu diantaranya dari Indonesia; mereka setara! Semuanya berbaur menjadi satu sebagai hamba Allah; tak ada bedanya antara presiden dan rakyat biasa, tak ada bedanya antara direktur dan petani-petani desa. Bahkan saat ihram, sekaya dan setinggi apapun jabatan seseorang, mereka semua sama hanya berbalut kain ihram yang tidak berjahit.
Kita pun, yang tidak berada di Masjidil Haram, seharusnya sadar akan hakikat nilai manusia di hadapan Allah SWT. Mereka semua sama. Yang membedakan dan membuat seseorang lebih mulia daripada lainnya adalah ketaqwaannya.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ [الحجرات/13]
Sesungguhnya manusia yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa. (QS. Al-Hujurat : 13)
Hakikat ini seharusnya tertanam kuat dalam jiwa kita dan menjadi pemicu bagi kita untuk terus meningkatkan ketaqwaannya. Sementara banyak orang yang mengumpulkan bekal untuk kehidupan dunianya, Allah menunjukkan pula kepada kita untuk mempersiapkan sebaik-baik bekal, yakni taqwa.
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى [البقرة/197]
Dan berbekallah kalian. Sesungguhnya bekal yang terbaik adalah taqwa. (QS. Al-Baqarah : 197)
Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah SWT,
Selain nilai tarbiyah di atas, haji juga sarat dengan napak tilas sejarah Nabi Ibrahim dan keluarganya. Ka’bah merupakan tempat ibadah yang dibangun pertama kali oleh Nabi Ibrahim. Ia simbol ketauhidan, dan ke arahnya umat Islam berkiblat dalam shalat. Sai mengingatkan ikhtiar serius istri Nabi Ibrahim, Hajar, dalam upaya regenerasi ahli tauhid. Melontar jumrah juga merupakan simbol perlawanan kepada syaitan, yang telah dicontohkan Nabi Ibrahim, dan hingga kiamat nanti statusnya memang tidak pernah berubah; syaitan adalah musuh yang nyata bagi orang yang beriman.
Lebih dari itu, semua ibadah haji merupakan kepatuhan dan ketundukan total kepada Allah sebagai pembuat syariat. Bagaimana petunjuk Allah dalam beribadah, begitulah kita harus mengerjakannya. Bagaimana perintah Allah kepada orang beriman, begitulah ia harus sami’na wa atha’na. Dengan demikian ibadah haji menjadi ibadah yang sangat berat. Selain menyediakan biaya yang sangat besar dan membutuhkan fisik yang prima, kondisi ruhiyah juga harus terjaga selama ibadah ini ditunaikan. Maka, sebanding dengan beratnya kombinasi dari ibadah qalbiyah, ibadah badaniyah, dan ibadah maliyah ini, Allah telah menyediakan balasan yang luar biasa pula:
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
Haji yang mabrur, tidak ada balasannya kecuali surga. (HR. Bukhari dan Muslim)
Lalu bagaimana dengan kita yang di bulan Dzulhijjah 1430 H ini belum mampu menunaikan haji? Masih ada banyak kesempatan amal untuk kita kerjakan.
Memperbanyak ibadah dan amal shalih di sepuluh hari pertama Dzulhijjah
Bagi kita yang tidak berhaji pun, kesempatan emas terbuka untuk meraih banyak keutamaan di bulan Dzulhijjah. Memperbanyak ibadah pada tanggal 1 Dzulhijjah sampai dengan 10 Dzulhijjah merupakan pilihan yang cerdas, sebab banyak hadits yang menjelaskan keutamaannya. Ibadah itu bisa berupa memperbanyak shadaqah, berdzikir, tilawah, dan amal shalih lainnya.
Rasulullah SAW bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ فِيهِ أَفْضَلُ مِنْ عَشَرِ ذِي الْحِجَّةِ، قِيلَ: وَلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ قَالَ: وَلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ :« وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْجِعْ بِشَىْءٍ
“Tidak ada hari-hari di mana amal shalih lebih disukai oleh Allah Azza wa Jalla dari pada hari-hari ini, yakni hari pertama hingga kesepuluh Dzulhijjah.” Para shahabat pun bertanya, “Ya Rasulullah, meskipun dibandingkan dengan berjihad fi sabilillah?” Beliau menjawab, “Memang, meskipun dibandingkan dengan berjihad fi sabilillah, kecuali seorang yang pergi membawa nyawa dan hartanya, kemudian tidak satu pun diantara keduanya itu yang kembali (mati syahid).” (HR. Jamaah kecuali Muslim dan Nasai)
Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمَ عِنْدَ اللَّهِ وَلاَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنَ الْعَمَلِ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ
Tidak ada hari-ahri yang dianggap lebih agung oleh Allah SWT dan lebih disukai untuk digunakan sebagai tempat beramal sebagaimana hari pertama hingga kesepuluh Dzulhijjah ini. Karenanya, perbanyaklah pada hari-hari itu bacaan tahlil, takbir, dan tahmid. (HR. Ahmad)
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيهَا مِنْ عَشْرِ ذِى الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Tidak ada hari-hari yang lebih disukai Allah untuk digunakan beribadah sebagaimana halnya hari-hari sepuluh Dzulhijjah. Berpuasa pada siang harinya sama dengan berpuasa selama satu tahun dan shalat pada malam harinya sama nilainya dengan mengerjakan shalat pada malam lailatul qadar. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Baihaqi)
Puasa Arafah
Ayyuhal muslimuun hafidzakumullah,
Puasa ini disunnahkan bagi kita yang tidak sedang mengerjakan haji. Adapun bagi mereka para jamaah haji, mereka tidak diperbolehkan berpuasa. Saat itu mereka harus wukuf di Arafah. Dengan demikian, keutamaan hari Arafah bisa dinikmati oleh orang yang sedang berhaji maupun yang tidak sedang berhaji.
Keutamaan puasa Arafah ini diriwayatkan oleh Abu Qatadah r.a. :
سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ »
Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab, “Puasa itu menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya.” (HR. Muslim)
Subhaanallah, luar biasa. Mendengar keutamaan puasa Arafah ini, pantaslah bila pada hari Arafah itu banyak orang yang dibebaskan Allah SWT dari siksa neraka.
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ
Tidak ada satu hari yang pada hari itu Allah membebaskan para hamba dari api neraka yang lebih banyak dibandingkan hari Arafah. (HR. Muslim)
Shalat Idul Adha
Ikhwatal iman yahdikumullah,
Amal khusus di bulan Dzulhijjah berikutnya adalah Shalat Idul Adha. Jumhur ulama’ menjelaskan bahwa hukumnya sunnah muakkad, dan ada beberapa ulama’ yang berpendapat hukumnya wajib. Jika pada shalat idul fitri disunnahkan makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat, maka shalat idul adha adalah kebalikannya: disunnahkan makan setelah shalat id.
Berqurban
Ayyuhal muslimuun rahimakumullah,
Amal lainnya yang sangat istimewa dan khusus di bulan Dzulhijjah ini adalah qurban. Ibadah qurban ini juga sarat dengan nilai tarbiyah. Bahkan sejarah disyariatkannya qurban pada masa Nabi Ibrahim adalah sejarah pengorbanan, ketaatan, serta proses taurits di dalam keluarga muslim. Kita sekarang tidak diperintahkan untuk menyembelih Ismail-ismail kita, tetapi menyembelih kambing, domba, sapi, atau unta sebagai bentuk ketaatan dan pengorbanan kita kepada Allah SWT.
Keutamaan qurban sebagaimana yang disebutkan dalam hadits:
مَا عَمِلَ آدَمِىٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنَ الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
Tidak ada amalan yang diperbuat manusia pada Hari Raya Kurban yang lebih dicintai oleh Allah selain menyembelih hewan. Sesungguhnya hewan kurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulu, dan kuku kukunya. Sesungguhnya sebelum darah kurban itu mengalir ke tanah, pahalanya telah diterima Allah. Maka tenangkanlah jiwa dengan berkurban. (HR. Tirmidzi)
Demikianlah amal-amal khusus selama bulan Dzulhijjah. Semoga Dzulhijjah 1430 ini semakin mendekatkan kita kepada Allah SWT sehingga kita memperoleh ridha, rahmat, dan ampuan-Nya. Dengan demikian, kita bisa berharap bertemu Allah kelak di surga.
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ } [آل عمران: 102]
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا } [الأحزاب: 70، 71].
اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ.
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Minggu, 17 Oktober 2010
campur sari kata bijak
Kumpulan kata kata bijak
Setetes kebencian di dalam hati
Pasti akan membuahkan penderitaan
Tapi setetes cinta di dalam relung hati
akan membuahkan kebahagiaan sejati
Kalahkan Kemarahan dengan Cinta Kasih
Kalahkan Kejahatan dengan Kebajikan
Kalahkan kekikiran dengan Kemurahan Hati
Kalahkan Kesombongan dengan Kejujuran
Nafsu hanya akan memberikan kebahagiaan sesaat
tapi cinta yang tulus dan sejati akan memberikan
kebahagiaan selamanya
Jika kita mencintai seseorang
Berusahalan untuk tampil apa adanya
karena Cinta sejati selalu dapat
Menerima Kelebihan dan Kekurangan
Bahagialah bagi orang yang mengerti akan arti cinta,
Karena Cinta itu akan memberikan warna bagi kehidupannya
Cinta yang teramat besar kadang dapat membuat kita
tak bisa mencintai lagi
Luruhnya hati bukanlah suatu dosa, Maka Jangan Pernah
Takut untuk Jatuh Cinta
Setetes kebencian di dalam hati
Pasti akan membuahkan penderitaan
Tapi setetes cinta di dalam relung hati
akan membuahkan kebahagiaan sejati
Kalahkan Kemarahan dengan Cinta Kasih
Kalahkan Kejahatan dengan Kebajikan
Kalahkan kekikiran dengan Kemurahan Hati
Kalahkan Kesombongan dengan Kejujuran
Nafsu hanya akan memberikan kebahagiaan sesaat
tapi cinta yang tulus dan sejati akan memberikan
kebahagiaan selamanya
Jika kita mencintai seseorang
Berusahalan untuk tampil apa adanya
karena Cinta sejati selalu dapat
Menerima Kelebihan dan Kekurangan
Bahagialah bagi orang yang mengerti akan arti cinta,
Karena Cinta itu akan memberikan warna bagi kehidupannya
Cinta yang teramat besar kadang dapat membuat kita
tak bisa mencintai lagi
Luruhnya hati bukanlah suatu dosa, Maka Jangan Pernah
Takut untuk Jatuh Cinta
Cinta Tak Harus Saling Memiliki
Kadang Kala Mereka Harus Melepaskan Cinta Tersebut
Karena Cinta yang Sejati Selalu Ingin Membahagiakan
Orang Yang dicintai
Cinta itu seperti art yg indah dan agung,
berbahagialah yg pernah mendapatkannya meskipun tidak abadi
Cinta tidak membuat dunia berputar
Cinta inilah yang membuat perjalanan tersebut berharga
Cinta tidak berupa tatapan satu sama lain,
tetapi memandang ke luar bersama ke arah yang sama.
Bel bukanlah bel sebelum engkau membunyikannya
Lagu bukanlah lagu sebelum engkau menyanyikannya
Cinta di dalam hatimu tidak diletakkan untuk tinggal di sana
Cinta bukanlah cinta sebelum engkau memberikannya
Nafsu adalah emosi
Cinta adalah pilihan
Cara untuk mencintai sesuatu adalah dengan menyadari
Bahwa sesuatu itu mungkin hilang
Cinta adalah kunci induk yang membuka gerbang kebahagiaan
Kekasih yang bijaksana tidak menghargai hadiah dari kekasihnya
Sebesar cinta dari si pemberi
Jika anda ingin dicinta, mencintalah
dan jadilah orang yang pantas dicinta
Di antara mereka yang saya sukai atau kagumi,
saya tidak dapat menemukan suatu kesamaan
Tetapi di antara mereka yang saya kasihi,
saya dapat menemukannya: mereka semua membuat saya tertawa
Persahabatan sering berakhir dengan cinta
Tetapi cinta kadang berakhir bukan dengan persahabatan
Kita harus sedikit menyerupai satu sama lain
untuk mengerti satu sama lain
Tetapi kita harus sedikit berbeda
Untuk mencintai satu sama lain
Cinta yang belum matang berkata:
“Aku cinta kamu karena aku butuh kamu”
Cinta yang sudah matang berkata:
“Aku butuh kamu karena aku cinta kamu”
Cinta memasukkan kesenangan dalam kebersamaan
kesedihan dalam perpisahan harapan pada hari esok kegembiraan di dalam hati
Siapa pun yang mempunyai hati penuh cinta selalu mempunyai sesuatu untuk diberikan
Cinta sejati dimulai ketika tidak sesuatu pun diharapkan sebagai balasan
Segera sesudah kita belajar mencinta
Kita akan belajar untuk hidup
Cinta…
Jika anda memilikinya, anda tidak memerlukan sesuatu pun yang lain
Dan jika anda tidak memilikinya, apa pun yang lain yang anda miliki tidak banyak berarti
Cinta tidak dapat dipaksakan
Cinta tidak dapat dibujuk dan digoda
Cinta muncul dari Surga tanpa topeng dan tanpa dicari
Cobalah bernalar tentang cinta dan engkau pun
akan kehilangan nalarmu
Tiga sifat manusia yang merusak adalah : kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan. ~ Nabi Muhammad Saw
Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah. ~ Nabi Muhammad Saw
Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, seseorang tidak beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. ~ Nabi Muhammad SAW
Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar. ~ Nabi Muhammad SAW
Yang terbaik di antara kalian adalah mereka yang berakhlak paling mulia. ~ Nabi Muhammad SAW
Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian. ~ Nabi Muhammad SAW
Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal. ~ Imam Al Ghazali
Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar. ~ Khalifah ‘Umar
Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu, dan uangnya adalah pinjaman. Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, dan pinjaman itu haruslah dikembalikan. ~ Ibnu Mas’ud
Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak. ~ Khalifah ‘Ali
Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah. ~ Ibnu Mas’ud
Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah saksimu adalah juga hakimmu. ~ Khalifah ‘Ali
Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku. ~ Khalifah ‘Umar
Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk. ~ Imam An Nawawi
Sesungguhnya seorang hamba itu bila merasa ujub kerana suatu perhiasan dunia, niscaya Allah akan murka kepadanya hingga dia melepaskan perhiasan itu. ~ Sayidina Abu Bakar
Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah.Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar. ~ Sayidina Umar bin Khattab
Barangsiapa takut kepada Allah SWT nescaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki. ~ Sayidina Umar bin Khattab
Orang yang bakhil itu tidak akan terlepas daripada salah satu daripada 4 sifat yang membinasakan yaitu : Ia akan mati dan hartanya akan diambil oleh warisnya, lalu dibelanjakan bukan pada tempatnya atau; hartanya akan diambil secara paksa oleh penguasa yang zalim atau; hartanya menjadi rebutanorang-orang jahat dan akan dipergunakan untuk kejahatan pula atau; adakalanya harta itu akan dicuri dan dipergunakan secara berfoya-foya pada jalan yang tidak berguna. ~ Sayidina Abu Bakar
Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya. Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina. Orang yang mencintai akhirat, dunia pasti menyertainya.
Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga. ~ Sayidina Umar bin Khattab
Hendaklah kamu lebih memperhatikan tentang bagaimana amalan itu diterima daripada banyak beramal, kerana sesungguhnya terlalu sedikit amalan yang disertai takwa. ~ Sayidina Ali Karamallahu Wajhah
Janganlah seseorang hamba itu mengharap selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut selain kepada dosanya. ~ Sayidina Ali Karamallahu Wajhah
Tiada sholat yang sempurna tanpa jiwa yang khusyu’.
kebaikan mengambil teman tanpa saling sayang-menyayangi.
~ Sayidina Ali Karamallahu Wajhah
Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya. ~ Sayidina Ali Karamallahu Wajhah Tiada puasa yang sempurna tanpa mencegah diri daripada perbuatan yang sia-sia.
Tiada kebaikan bagi pembaca al-Qur’an tanpa mengambil pangajaran daripadanya.
Tiada kebaikan bagi orang yang berilmu tanpa memiliki sifat wara’.
Tiada
mat yang paling Nikbaik ialah nikmat yang kekal dimiliki.
Doa yang paling sempurna ialah doa yang dilandasi keikhlasan. Barangsiapa yang banyak bicara, maka banyak pula salahnya. Siapa yang banyak salahnya, maka hilanglah harga dirinya. Siapa yang hilang harga dirinya, bererti dia tidak wara’. Sedang orang yang tidak wara’ itu berarti hatinya telah mati. ~ Sayidina Ali Karamallahu Wajhah
Antara tanda-tanda orang yang bijaksana itu ialah :
1. Hatinya selalu berniat suci. Lidahnya selalu basah dengan zikrullah.
2. Kedua matanya menangis kerana penyesalan (terhadap dosa).
3. Segala perkara dihadapinya dengan sabar dan tabah.
4. Mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia.
~ Sayidina Utshman bin Affan
Tiada yang lebih baik dari dua kebaikan : Beriman pada Allah dan bermanfaat bagi manusia. Tiada yang lebih buruk dari dua kejahatan : Syirik pada Allah dan merugikan manusia.
Tiga tanda kesempurnaan iman : Kalau marah, marahnya tidak keluar dari kebenaran. Kalau senang, senangnya tidak membawanya pada kebatilan. Ketika mampu membalas, ia memaafkan.
Dengannya Allah kuburkan kedengkian, Dengannya Allah padamkan permusuhan; Melaluinya diikat persaudaraan; Yang hina dimulyakan. Yang tinggi direndahkan.
Jika orang dapat empat hal, ia dapat kebaikan dunia akhirat: Hati yang bersyukur, lidah yang berzikir, badan yang tabah pada cobaan, dan pasangan yang setia menjaga dirinya dan hartanya.
Nabi ditanya bermanfaatkah kebajikan setelah dosa? Ia menjawab: Taubat membersihkan dosa, kebaikan menghapuskan keburukan.
Manusia Paling baik adalah orang yang dermawan dan bersyukur dalam kelapangan, yang mendahulukan orang lain, bersabar dalam kesulitan.
Tiga manusia tidak akan dilawan kecuali oleh orang yang hina : orang yang berilmu yang mengamalkan ilmunya, orang cerdas cendikia dan imam yang adil.
Tiada musibah yang lebih besar daripada meremehkan dosa-odsamu dan merasa ridho dengan keadaan rohaniahmu sekarang ini.
Hati Adalah Ladang. Sesungguhnya setengah perkataan itu ada yang lebih keras dari batu, lebih tajam dari tusukan jarum, lebih pahit daripada jadam, dan lebih panas daripada bara. Sesungguhnya hati adalah ladang, maka tanamlah ia dengan perkataan yang baik, karna jika tidak tumbuh semuanya (perkataan yang tidak baik), niscaya tumbuh sebahagiannya.
————————————
Setetes kebencian di dalam hati
Pasti akan membuahkan penderitaan
Tapi setetes cinta di dalam relung hati
akan membuahkan kebahagiaan sejati
Kalahkan Kemarahan dengan Cinta Kasih
Kalahkan Kejahatan dengan Kebajikan
Kalahkan kekikiran dengan Kemurahan Hati
Kalahkan Kesombongan dengan Kejujuran
Nafsu hanya akan memberikan kebahagiaan sesaat
tapi cinta yang tulus dan sejati akan memberikan
kebahagiaan selamanya
Jika kita mencintai seseorang
Berusahalan untuk tampil apa adanya
karena Cinta sejati selalu dapat
Menerima Kelebihan dan Kekurangan
Bahagialah bagi orang yang mengerti akan arti cinta,
Karena Cinta itu akan memberikan warna bagi kehidupannya
Cinta yang teramat besar kadang dapat membuat kita
tak bisa mencintai lagi
Luruhnya hati bukanlah suatu dosa, Maka Jangan Pernah
Takut untuk Jatuh Cinta
Setetes kebencian di dalam hati
Pasti akan membuahkan penderitaan
Tapi setetes cinta di dalam relung hati
akan membuahkan kebahagiaan sejati
Kalahkan Kemarahan dengan Cinta Kasih
Kalahkan Kejahatan dengan Kebajikan
Kalahkan kekikiran dengan Kemurahan Hati
Kalahkan Kesombongan dengan Kejujuran
Nafsu hanya akan memberikan kebahagiaan sesaat
tapi cinta yang tulus dan sejati akan memberikan
kebahagiaan selamanya
Jika kita mencintai seseorang
Berusahalan untuk tampil apa adanya
karena Cinta sejati selalu dapat
Menerima Kelebihan dan Kekurangan
Bahagialah bagi orang yang mengerti akan arti cinta,
Karena Cinta itu akan memberikan warna bagi kehidupannya
Cinta yang teramat besar kadang dapat membuat kita
tak bisa mencintai lagi
Luruhnya hati bukanlah suatu dosa, Maka Jangan Pernah
Takut untuk Jatuh Cinta
Cinta Tak Harus Saling Memiliki
Kadang Kala Mereka Harus Melepaskan Cinta Tersebut
Karena Cinta yang Sejati Selalu Ingin Membahagiakan
Orang Yang dicintai
Cinta itu seperti art yg indah dan agung,
berbahagialah yg pernah mendapatkannya meskipun tidak abadi
Cinta tidak membuat dunia berputar
Cinta inilah yang membuat perjalanan tersebut berharga
Cinta tidak berupa tatapan satu sama lain,
tetapi memandang ke luar bersama ke arah yang sama.
Bel bukanlah bel sebelum engkau membunyikannya
Lagu bukanlah lagu sebelum engkau menyanyikannya
Cinta di dalam hatimu tidak diletakkan untuk tinggal di sana
Cinta bukanlah cinta sebelum engkau memberikannya
Nafsu adalah emosi
Cinta adalah pilihan
Cara untuk mencintai sesuatu adalah dengan menyadari
Bahwa sesuatu itu mungkin hilang
Cinta adalah kunci induk yang membuka gerbang kebahagiaan
Kekasih yang bijaksana tidak menghargai hadiah dari kekasihnya
Sebesar cinta dari si pemberi
Jika anda ingin dicinta, mencintalah
dan jadilah orang yang pantas dicinta
Di antara mereka yang saya sukai atau kagumi,
saya tidak dapat menemukan suatu kesamaan
Tetapi di antara mereka yang saya kasihi,
saya dapat menemukannya: mereka semua membuat saya tertawa
Persahabatan sering berakhir dengan cinta
Tetapi cinta kadang berakhir bukan dengan persahabatan
Kita harus sedikit menyerupai satu sama lain
untuk mengerti satu sama lain
Tetapi kita harus sedikit berbeda
Untuk mencintai satu sama lain
Cinta yang belum matang berkata:
“Aku cinta kamu karena aku butuh kamu”
Cinta yang sudah matang berkata:
“Aku butuh kamu karena aku cinta kamu”
Cinta memasukkan kesenangan dalam kebersamaan
kesedihan dalam perpisahan harapan pada hari esok kegembiraan di dalam hati
Siapa pun yang mempunyai hati penuh cinta selalu mempunyai sesuatu untuk diberikan
Cinta sejati dimulai ketika tidak sesuatu pun diharapkan sebagai balasan
Segera sesudah kita belajar mencinta
Kita akan belajar untuk hidup
Cinta…
Jika anda memilikinya, anda tidak memerlukan sesuatu pun yang lain
Dan jika anda tidak memilikinya, apa pun yang lain yang anda miliki tidak banyak berarti
Cinta tidak dapat dipaksakan
Cinta tidak dapat dibujuk dan digoda
Cinta muncul dari Surga tanpa topeng dan tanpa dicari
Cobalah bernalar tentang cinta dan engkau pun
akan kehilangan nalarmu
Tiga sifat manusia yang merusak adalah : kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan. ~ Nabi Muhammad Saw
Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah. ~ Nabi Muhammad Saw
Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, seseorang tidak beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. ~ Nabi Muhammad SAW
Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar. ~ Nabi Muhammad SAW
Yang terbaik di antara kalian adalah mereka yang berakhlak paling mulia. ~ Nabi Muhammad SAW
Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian. ~ Nabi Muhammad SAW
Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal. ~ Imam Al Ghazali
Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar. ~ Khalifah ‘Umar
Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu, dan uangnya adalah pinjaman. Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, dan pinjaman itu haruslah dikembalikan. ~ Ibnu Mas’ud
Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak. ~ Khalifah ‘Ali
Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah. ~ Ibnu Mas’ud
Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah saksimu adalah juga hakimmu. ~ Khalifah ‘Ali
Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku. ~ Khalifah ‘Umar
Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk. ~ Imam An Nawawi
Sesungguhnya seorang hamba itu bila merasa ujub kerana suatu perhiasan dunia, niscaya Allah akan murka kepadanya hingga dia melepaskan perhiasan itu. ~ Sayidina Abu Bakar
Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah.Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar. ~ Sayidina Umar bin Khattab
Barangsiapa takut kepada Allah SWT nescaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki. ~ Sayidina Umar bin Khattab
Orang yang bakhil itu tidak akan terlepas daripada salah satu daripada 4 sifat yang membinasakan yaitu : Ia akan mati dan hartanya akan diambil oleh warisnya, lalu dibelanjakan bukan pada tempatnya atau; hartanya akan diambil secara paksa oleh penguasa yang zalim atau; hartanya menjadi rebutanorang-orang jahat dan akan dipergunakan untuk kejahatan pula atau; adakalanya harta itu akan dicuri dan dipergunakan secara berfoya-foya pada jalan yang tidak berguna. ~ Sayidina Abu Bakar
Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya. Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina. Orang yang mencintai akhirat, dunia pasti menyertainya.
Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga. ~ Sayidina Umar bin Khattab
Hendaklah kamu lebih memperhatikan tentang bagaimana amalan itu diterima daripada banyak beramal, kerana sesungguhnya terlalu sedikit amalan yang disertai takwa. ~ Sayidina Ali Karamallahu Wajhah
Janganlah seseorang hamba itu mengharap selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut selain kepada dosanya. ~ Sayidina Ali Karamallahu Wajhah
Tiada sholat yang sempurna tanpa jiwa yang khusyu’.
kebaikan mengambil teman tanpa saling sayang-menyayangi.
~ Sayidina Ali Karamallahu Wajhah
Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya. ~ Sayidina Ali Karamallahu Wajhah Tiada puasa yang sempurna tanpa mencegah diri daripada perbuatan yang sia-sia.
Tiada kebaikan bagi pembaca al-Qur’an tanpa mengambil pangajaran daripadanya.
Tiada kebaikan bagi orang yang berilmu tanpa memiliki sifat wara’.
Tiada
mat yang paling Nikbaik ialah nikmat yang kekal dimiliki.
Doa yang paling sempurna ialah doa yang dilandasi keikhlasan. Barangsiapa yang banyak bicara, maka banyak pula salahnya. Siapa yang banyak salahnya, maka hilanglah harga dirinya. Siapa yang hilang harga dirinya, bererti dia tidak wara’. Sedang orang yang tidak wara’ itu berarti hatinya telah mati. ~ Sayidina Ali Karamallahu Wajhah
Antara tanda-tanda orang yang bijaksana itu ialah :
1. Hatinya selalu berniat suci. Lidahnya selalu basah dengan zikrullah.
2. Kedua matanya menangis kerana penyesalan (terhadap dosa).
3. Segala perkara dihadapinya dengan sabar dan tabah.
4. Mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia.
~ Sayidina Utshman bin Affan
Tiada yang lebih baik dari dua kebaikan : Beriman pada Allah dan bermanfaat bagi manusia. Tiada yang lebih buruk dari dua kejahatan : Syirik pada Allah dan merugikan manusia.
Tiga tanda kesempurnaan iman : Kalau marah, marahnya tidak keluar dari kebenaran. Kalau senang, senangnya tidak membawanya pada kebatilan. Ketika mampu membalas, ia memaafkan.
Dengannya Allah kuburkan kedengkian, Dengannya Allah padamkan permusuhan; Melaluinya diikat persaudaraan; Yang hina dimulyakan. Yang tinggi direndahkan.
Jika orang dapat empat hal, ia dapat kebaikan dunia akhirat: Hati yang bersyukur, lidah yang berzikir, badan yang tabah pada cobaan, dan pasangan yang setia menjaga dirinya dan hartanya.
Nabi ditanya bermanfaatkah kebajikan setelah dosa? Ia menjawab: Taubat membersihkan dosa, kebaikan menghapuskan keburukan.
Manusia Paling baik adalah orang yang dermawan dan bersyukur dalam kelapangan, yang mendahulukan orang lain, bersabar dalam kesulitan.
Tiga manusia tidak akan dilawan kecuali oleh orang yang hina : orang yang berilmu yang mengamalkan ilmunya, orang cerdas cendikia dan imam yang adil.
Tiada musibah yang lebih besar daripada meremehkan dosa-odsamu dan merasa ridho dengan keadaan rohaniahmu sekarang ini.
Hati Adalah Ladang. Sesungguhnya setengah perkataan itu ada yang lebih keras dari batu, lebih tajam dari tusukan jarum, lebih pahit daripada jadam, dan lebih panas daripada bara. Sesungguhnya hati adalah ladang, maka tanamlah ia dengan perkataan yang baik, karna jika tidak tumbuh semuanya (perkataan yang tidak baik), niscaya tumbuh sebahagiannya.
————————————
kehilangan mata hati
Mengapa kita bisa kehilangan kata hati ?
Masihkah kita ingat peristiwa peristiwa penting yang tersisa di benak kita semasa kecil pada saat kita dewasa kini?bagaimana kita tergagu ketika kita akan berbohong contohnya atau bedrkata tidak ketika seharusnnya iya atau benar,apalagi berbuat tidak baik, terasa badan bergetar tak tahan kita,, menaggalkan kebaikan yang sudah mulai tertanam dihati kecil kita ,namun setelah berulang kita lakukan yang demikian tersa kita mulai terbiasa memereteli sedikit demisedikit sifat baik kita ketika kita berda pada situasi yang harus berbuat itu, mengapa ternyata sifat baik yang pernah kita miliki bisa berceceran . Karena, setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Itulah sebabnya, sewaktu masih kecil; kita semua adalah manusia-manusia yang berhati tulus. Berpandangan positif. Berpikiran jernih. Berniat baik. Namun, setelah beranjak dewasa kita sering bertingkah sebaliknya. Seolah kita tidak pernah memiliki sifat-sifat baik itu dimasa lalu. Padahal, seperti yang pernah saya dengar tausiah guru ngaji saya sewaktu kecil;”Tuhan telah mengilhamkan kepada setiap jiwa nilai-nilai kebaikan dan keburukan. Beruntunglah orang yang mensucikannya mbah yayin.
Masihkah kita ingat peristiwa peristiwa penting yang tersisa di benak kita semasa kecil pada saat kita dewasa kini?bagaimana kita tergagu ketika kita akan berbohong contohnya atau bedrkata tidak ketika seharusnnya iya atau benar,apalagi berbuat tidak baik, terasa badan bergetar tak tahan kita,, menaggalkan kebaikan yang sudah mulai tertanam dihati kecil kita ,namun setelah berulang kita lakukan yang demikian tersa kita mulai terbiasa memereteli sedikit demisedikit sifat baik kita ketika kita berda pada situasi yang harus berbuat itu, mengapa ternyata sifat baik yang pernah kita miliki bisa berceceran . Karena, setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Itulah sebabnya, sewaktu masih kecil; kita semua adalah manusia-manusia yang berhati tulus. Berpandangan positif. Berpikiran jernih. Berniat baik. Namun, setelah beranjak dewasa kita sering bertingkah sebaliknya. Seolah kita tidak pernah memiliki sifat-sifat baik itu dimasa lalu. Padahal, seperti yang pernah saya dengar tausiah guru ngaji saya sewaktu kecil;”Tuhan telah mengilhamkan kepada setiap jiwa nilai-nilai kebaikan dan keburukan. Beruntunglah orang yang mensucikannya mbah yayin.
Sabtu, 16 Oktober 2010
khotbah hari raya idul adha
KHUTBAH ‘IDUL ADHA 1429 H.
Bersikap Memerlukan Pengorbanan
Oleh KH.Yusuf Supendi,Lc
Mesjid Baitussalam, Perumahan Permata Puri Laguna,
Radar AURI, Mekar Sari Cimanggis, Depok
Jakarta, 10 Dzulhijah 1429 H
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Hadirin yang dirahmati Allah swt.
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Pada hari yang mulia ini, 10 Dzulhijah 1429 H seluruh umat Islam di seantero dunia memperingati hari raya Idul Adha atau hari raya qurban. Sehari sebelumnya, 9 Dzulhijah 1429 H, jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah haji wukuf di Arafah, berkumpul di Arafah dengan memakai ihram putih sebagai lambang kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada keistimewaan antar satu bangsa dengan bangsa yang lainnya kecuali takwa kepada Allah.
“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. QS Al-Hujaraat (49):13
Peringatan hari raya ini tak bisa dilepaskan dari peristiwa bersejarah ribuan tahun silam ketika Nabi Ibrahim as, dengan penuh ketaqwaan, memenuhi perintah Allah untuk menyembelih anak yang dicintai dan disayanginya, Nabi Ismail as. Atas kekuasaan Allah, secara tiba-tiba yang justru disembelih oleh Nabi Ibrahim as telah berganti menjadi seekor kibas (sejenis domba). Peristiwa itulah yang kemudian menjadi simbol bagi umat Islam sebagai wujud ketaqwaan seorang manusia mentaati perintah Allah swt. Ketaqwaan Nabi Ibrahim kepada Allah swt diwujudkan dengan sikap dan pengorbanan secara totalitas, menyerahkan sepenuhnya kepada sang Pencipta dari apa yang ia percaya sebagai sebuah keyakinan.
Allah swt berfirman dalam Qur’an Surat 12 ayat 111,’
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Betapa beratnya ujian dan cobaan yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS. Beliau harus menyembelih anak semata wayang, anak yang sangat disayang. Namun dengan asas iman, tulus ikhlas, taat dan patuh akan perintah Allah swt Nabi Ibrahim AS akhirnya mengambil keputusan untuk menyembelih putra tercintanya Ismail, beliau memanggil putranya dengan pangilan yang diabadikan dalam Al Quran Surat Ash Shaafaat (37) ayat 102,
“ Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim , Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirlah apa pendapatmu?” “ Ia menjawab:” Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar “
Ismail sebagai anak shaleh, senantiasa patuh kepada orang tua, tidak pernah membantah perintah orang tua, setia membantu orang tua di antaranya membangun Ka’bah Baitullah di Makkah.
Ibrah atau pelajaran
1. Sebagai orang tua atau pimpinan tidak bertindak otoriter atau sewenang-wenang. Orang tua yang baik adalah orang tua yang mendidik anaknya dengan contoh dan ketauladanan. Seorang pemimpin yang baik akan ditiru oleh rakyatnya jika ia memberikan contoh perilaku yang baik. Seorang pemimpin tidak diikuti ucapannya, tetapi perilaku atau tindak tanduknya. Seorang pemimpin juga harus menjunjung nilai-nilai demokratis, tidak selalu memberikan perintah-perintah, tetapi juga harus mendengarkan aspirasi rakyatnya.
2. Peran sang Ibu dalam mendidik sehingga melahirkan anak yang sholeh.
Peran Ibu sbg madrasah/sekolah utama dan pertama bagi anak sangat penting. Pendidikan anak sholeh dimulai dari saat pertemuan benih dan sel telur, diawali do'a mohon perlindungan dari syetan. Mulai dari kandungan banyak dibacakan ayat2 Qur'an. Dari peran Ibulah, karakter anak sholeh dapat terbentuk. Intensitas pertemuan yang cukup, memungkinkan penanaman dan sosialisasi nilai-nilai normatif, akhlak, dan perilaku terpuji lainnya dapat terinternalisasi pada diri anak.
3. Pembentukkan anak sholeh tergantung dari orang tua
Banyak orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan itu akan terbentuk hanya di sekolah-sekolah, jadi tidaklah perlu orang tua mengarahkan anak-anaknya di rumah. Bahkan ada sebagian orang tua yang tidak tahu tujuan dalam mendidik anak. Perlu kita pahami, bahwasannya pendidikan di rumah yang meskipun sering disebut sebagai pendidikan informal, bukan berarti bisa diabaikan begitu saja. Orang tua harus memahami bahwa keluarga merupakan institusi pendidikan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan institusi pendidikan formal. Ini bisa dimengerti karena keluarga merupakan sekolah paling awal bagi anak. Di keluargalah seorang anak pertama kali mendapatkan pengetahuan, pengajaran dan pendidikan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd,
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Kata kurban dalam bahasa arab berarti mendekatkan diri. Dalam fiqh Islam dikenal dengan istilah udh-hiyah, sebagian ulama mengistilahkannya an-nahr sebagaimana yang dimaksud dalam QS Al-Kautsar (108): 2,
“ Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah “
Akan tetapi, pengertian korban bukan sekadar menyembelih binatang korban dan dagingnya kemudian disedekahkan kepada fakir miskin. Akan tetapi, secara filosofis, makna korban meliputi aspek yang lebih luas.
Dalam konteks sejarah, dimana umat Islam menghadapi berbagai cobaan, makna pengorbanan amat luas dan mendalam. Sejarah para nabi, misalnya Nabi Muhammad dan para sahabat yang berjuang menegakkan Islam di muka bumi ini memerlukan pengorbanan. Sikap Nabi dan para sahabat itu ternyata harus dibayar dengan pengorbanan yang teramat berat yang diderita oleh Umat Islam di Mekkah ketika itu. Umat Islam disiksa, ditindas, dan sederet tindakan keji lainnya dari kaum kafir quraisy. Rasulullah pernah ditimpuki dengan batu oleh penduduk Thaif, dianiaya oleh ibnu Muith, ketika leher beliau dicekik dengan usus onta, Abu Lahab dan Abu Jahal memperlakukan beliau dengan kasar dan kejam. Para sahabat seperti Bilal ditindih dengan batu besar yang panas ditengah sengatan terik matahari siang, Yasir dibantai, dan seorang ibu yang bernama Sumayyah,ditusuk kemaluan beliau dengan sebatang tombak.
Tak hanya itu, umat Islam di Mekkah ketika itu juga diboikot untuk tidak mengadakan transaksi dagang. Akibatnya, bagaimana lapar dan menderitanya keluarga Rasulullah SAW. saat-saat diboikot oleh musyrikin Quraisy, hingga beliau sekeluarga terpaksa memakan kulit kayu, daun-daun kering bahkan kulit-kulit sepatu bekas.
Sejarah nabi Yusuf as yang disiksa dan dibuang ke sebuah sumur tua oleh para saudaranya sendiri adalah bagian dari pengorbanan beliau menegakkan kebenaran. Sejarah nabi Musa as yang mengalami tekanan, tidak hanya dari Fir’aun, tetapi juga kaumnya, adalah juga wujud dari pengorbanan beliau.
Pengorbanan Nabi Suaib juga dikisahkan dalam QS Al-A’raf, ayat 88,
”Pemuka-pemuka dari kaum Syu’aib yang menyombongkan diri berkata: ”Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami”. Berkata Syu’aib: ”Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya?” (QS AL-A’raf ayat 88)
Qur’an Surat Ibrahim Ibrahim (14) ayat 12-13,
(12) Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri”.
(13) Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka: ”Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami”. Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: ”Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu.
Dalam konteks kekinian, pengorbanan umat Islam di berbagai belahan dunia terlihat nyata di Palestina, Kashmir, Thailand Selatan, dan Philipina Selatan. Dengan sikap dan keyakinan mereka terhadap Islam, mereka harus mengalami berbagai penyiksaan dan penindasan oleh penguasa. Umat Islam di Palestina menjadi gambaran betapa pengorbanan yang dipikul sangat berat. Mereka mengalami penyiksaan, penganiayaan, dan bahkan blokade di kawasan Jalur Gaza oleh Israel laknatullah. Akan tetapi, umat Islam di Palestina tidak ada kata menyerah. Mereka terus berjuang membela martabat dan kehormatan bangsa dan agamanya. Sama halnya dengan yang terjadi di kawasan lain dunia.
Dalam sejarah perjuangan bangsa, para pahlawan mengorbankan jiwa raga, harta benda untuk kemerdekaan bangsanya. Jenderal Sudirman harus keluar masuk hutan memimpin tentara Indonesia berjuang melawan Belanda. Sikap para tokoh bangsa yang dipenjara, dibuang, dan disiksa adalah sebagai wujud dari keyakinan mereka akan kebenaran. Ribuan nyawa yang mati adalah pengorbanan mereka terhadap negeri ini. Tentu saja, mereka berkorban atas dasar sikap yang mereka percaya sebagai sebuah kebenaran. Pengorbanan para pemuda di berbagai tempat di Indonesia menghadapi penjajah, adalah sebagai wujud dari sikap mereka mempertahankan kemerdekaan bangsa.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Dalam konteks keseharian kita, pengorbanan juga bisa dilihat dari pengorbanan seorang pemimpin yang berusaha untuk mensejahterakan rakyatnya, pengorbanan seorang isteri terhadap suami dan anak-anaknya, serta sebaliknya, anak terhadap kedua orang tuanya.
Seorang pemimpin yang adil terhadap rakyatnya dan berusaha memberikan kontribusinya bagi negaranya adalah wujud pengorbanan. Seorang suami sebagai kepala rumah tangga berjuang membanting tulang demi menafkahi dan membahagiakan keluarganya. Seorang istri mengabdi setia kepada suaminya juga sebagai wujud pengorbanan. Orang tua yang mendidik dan membesarkan anak-anaknya sehingga menjadi berhasil, adalah juga wujud pengorbanan.
Dengan demikian, pengorbanan bisa berdimensi luas. Pengorbanan adalah sebagai sebuah konsekuensi logis dari keyakinan yang diperjuangan demi sebuah kebenaran.
”Dan mereka berkata: "Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami." Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan) untuk menjadi rezki (bagimu) dari sisi Kami?. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS 28 ayat 57)
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Sekedar merenungi kembali momentum Idul Qurban, Kesanggupan Nabi Ibrahim menyembelih anak kandungnya sendiri Nabi Ismail, bukan semata-mata didorong oleh perasaan taat setia yang membabi buta (taqlid), tetapi meyakini bahwa perintah Allah s.w.t. itu harus dipatuhi. Bahkan, Allah Taala memberi perintah seperti itu sebagai peringatan kepada umat yang akan datang bahwa adakah mereka sanggup mengorbankan diri, keluarga dan harta benda yang disayangi demi menegakkan perintah Allah. Dan adakah mereka juga sanggup memikul amanah sebagai khalifah Allah di muka bumi?
Hidup adalah satu perjuangan dan setiap perjuangan memerlukan pengorbanan. Tidak akan ada pengorbanan tanpa kesusahan. Justeru kesediaan seseorang untuk melakukan pengorbanan termasuk uang satu rupiah, tenaga dan waktu, akan benar-benar menguji keimanan seseorang.
Peristiwa berkorban Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail merupakan satu noktah kejadian yang dapat direnungi oleh semua manusia dari semua level usia dan latar belakang tingkat pendidikan. Dengan kata lain, semangat berkorban adalah tuntutan paling besar yang ada dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun, agama bangsa dan negara.
Bersikap Memerlukan Pengorbanan
Oleh KH.Yusuf Supendi,Lc
Mesjid Baitussalam, Perumahan Permata Puri Laguna,
Radar AURI, Mekar Sari Cimanggis, Depok
Jakarta, 10 Dzulhijah 1429 H
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Hadirin yang dirahmati Allah swt.
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Pada hari yang mulia ini, 10 Dzulhijah 1429 H seluruh umat Islam di seantero dunia memperingati hari raya Idul Adha atau hari raya qurban. Sehari sebelumnya, 9 Dzulhijah 1429 H, jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah haji wukuf di Arafah, berkumpul di Arafah dengan memakai ihram putih sebagai lambang kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada keistimewaan antar satu bangsa dengan bangsa yang lainnya kecuali takwa kepada Allah.
“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. QS Al-Hujaraat (49):13
Peringatan hari raya ini tak bisa dilepaskan dari peristiwa bersejarah ribuan tahun silam ketika Nabi Ibrahim as, dengan penuh ketaqwaan, memenuhi perintah Allah untuk menyembelih anak yang dicintai dan disayanginya, Nabi Ismail as. Atas kekuasaan Allah, secara tiba-tiba yang justru disembelih oleh Nabi Ibrahim as telah berganti menjadi seekor kibas (sejenis domba). Peristiwa itulah yang kemudian menjadi simbol bagi umat Islam sebagai wujud ketaqwaan seorang manusia mentaati perintah Allah swt. Ketaqwaan Nabi Ibrahim kepada Allah swt diwujudkan dengan sikap dan pengorbanan secara totalitas, menyerahkan sepenuhnya kepada sang Pencipta dari apa yang ia percaya sebagai sebuah keyakinan.
Allah swt berfirman dalam Qur’an Surat 12 ayat 111,’
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Betapa beratnya ujian dan cobaan yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS. Beliau harus menyembelih anak semata wayang, anak yang sangat disayang. Namun dengan asas iman, tulus ikhlas, taat dan patuh akan perintah Allah swt Nabi Ibrahim AS akhirnya mengambil keputusan untuk menyembelih putra tercintanya Ismail, beliau memanggil putranya dengan pangilan yang diabadikan dalam Al Quran Surat Ash Shaafaat (37) ayat 102,
“ Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim , Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirlah apa pendapatmu?” “ Ia menjawab:” Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar “
Ismail sebagai anak shaleh, senantiasa patuh kepada orang tua, tidak pernah membantah perintah orang tua, setia membantu orang tua di antaranya membangun Ka’bah Baitullah di Makkah.
Ibrah atau pelajaran
1. Sebagai orang tua atau pimpinan tidak bertindak otoriter atau sewenang-wenang. Orang tua yang baik adalah orang tua yang mendidik anaknya dengan contoh dan ketauladanan. Seorang pemimpin yang baik akan ditiru oleh rakyatnya jika ia memberikan contoh perilaku yang baik. Seorang pemimpin tidak diikuti ucapannya, tetapi perilaku atau tindak tanduknya. Seorang pemimpin juga harus menjunjung nilai-nilai demokratis, tidak selalu memberikan perintah-perintah, tetapi juga harus mendengarkan aspirasi rakyatnya.
2. Peran sang Ibu dalam mendidik sehingga melahirkan anak yang sholeh.
Peran Ibu sbg madrasah/sekolah utama dan pertama bagi anak sangat penting. Pendidikan anak sholeh dimulai dari saat pertemuan benih dan sel telur, diawali do'a mohon perlindungan dari syetan. Mulai dari kandungan banyak dibacakan ayat2 Qur'an. Dari peran Ibulah, karakter anak sholeh dapat terbentuk. Intensitas pertemuan yang cukup, memungkinkan penanaman dan sosialisasi nilai-nilai normatif, akhlak, dan perilaku terpuji lainnya dapat terinternalisasi pada diri anak.
3. Pembentukkan anak sholeh tergantung dari orang tua
Banyak orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan itu akan terbentuk hanya di sekolah-sekolah, jadi tidaklah perlu orang tua mengarahkan anak-anaknya di rumah. Bahkan ada sebagian orang tua yang tidak tahu tujuan dalam mendidik anak. Perlu kita pahami, bahwasannya pendidikan di rumah yang meskipun sering disebut sebagai pendidikan informal, bukan berarti bisa diabaikan begitu saja. Orang tua harus memahami bahwa keluarga merupakan institusi pendidikan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan institusi pendidikan formal. Ini bisa dimengerti karena keluarga merupakan sekolah paling awal bagi anak. Di keluargalah seorang anak pertama kali mendapatkan pengetahuan, pengajaran dan pendidikan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd,
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Kata kurban dalam bahasa arab berarti mendekatkan diri. Dalam fiqh Islam dikenal dengan istilah udh-hiyah, sebagian ulama mengistilahkannya an-nahr sebagaimana yang dimaksud dalam QS Al-Kautsar (108): 2,
“ Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah “
Akan tetapi, pengertian korban bukan sekadar menyembelih binatang korban dan dagingnya kemudian disedekahkan kepada fakir miskin. Akan tetapi, secara filosofis, makna korban meliputi aspek yang lebih luas.
Dalam konteks sejarah, dimana umat Islam menghadapi berbagai cobaan, makna pengorbanan amat luas dan mendalam. Sejarah para nabi, misalnya Nabi Muhammad dan para sahabat yang berjuang menegakkan Islam di muka bumi ini memerlukan pengorbanan. Sikap Nabi dan para sahabat itu ternyata harus dibayar dengan pengorbanan yang teramat berat yang diderita oleh Umat Islam di Mekkah ketika itu. Umat Islam disiksa, ditindas, dan sederet tindakan keji lainnya dari kaum kafir quraisy. Rasulullah pernah ditimpuki dengan batu oleh penduduk Thaif, dianiaya oleh ibnu Muith, ketika leher beliau dicekik dengan usus onta, Abu Lahab dan Abu Jahal memperlakukan beliau dengan kasar dan kejam. Para sahabat seperti Bilal ditindih dengan batu besar yang panas ditengah sengatan terik matahari siang, Yasir dibantai, dan seorang ibu yang bernama Sumayyah,ditusuk kemaluan beliau dengan sebatang tombak.
Tak hanya itu, umat Islam di Mekkah ketika itu juga diboikot untuk tidak mengadakan transaksi dagang. Akibatnya, bagaimana lapar dan menderitanya keluarga Rasulullah SAW. saat-saat diboikot oleh musyrikin Quraisy, hingga beliau sekeluarga terpaksa memakan kulit kayu, daun-daun kering bahkan kulit-kulit sepatu bekas.
Sejarah nabi Yusuf as yang disiksa dan dibuang ke sebuah sumur tua oleh para saudaranya sendiri adalah bagian dari pengorbanan beliau menegakkan kebenaran. Sejarah nabi Musa as yang mengalami tekanan, tidak hanya dari Fir’aun, tetapi juga kaumnya, adalah juga wujud dari pengorbanan beliau.
Pengorbanan Nabi Suaib juga dikisahkan dalam QS Al-A’raf, ayat 88,
”Pemuka-pemuka dari kaum Syu’aib yang menyombongkan diri berkata: ”Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami”. Berkata Syu’aib: ”Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya?” (QS AL-A’raf ayat 88)
Qur’an Surat Ibrahim Ibrahim (14) ayat 12-13,
(12) Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri”.
(13) Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka: ”Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami”. Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: ”Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu.
Dalam konteks kekinian, pengorbanan umat Islam di berbagai belahan dunia terlihat nyata di Palestina, Kashmir, Thailand Selatan, dan Philipina Selatan. Dengan sikap dan keyakinan mereka terhadap Islam, mereka harus mengalami berbagai penyiksaan dan penindasan oleh penguasa. Umat Islam di Palestina menjadi gambaran betapa pengorbanan yang dipikul sangat berat. Mereka mengalami penyiksaan, penganiayaan, dan bahkan blokade di kawasan Jalur Gaza oleh Israel laknatullah. Akan tetapi, umat Islam di Palestina tidak ada kata menyerah. Mereka terus berjuang membela martabat dan kehormatan bangsa dan agamanya. Sama halnya dengan yang terjadi di kawasan lain dunia.
Dalam sejarah perjuangan bangsa, para pahlawan mengorbankan jiwa raga, harta benda untuk kemerdekaan bangsanya. Jenderal Sudirman harus keluar masuk hutan memimpin tentara Indonesia berjuang melawan Belanda. Sikap para tokoh bangsa yang dipenjara, dibuang, dan disiksa adalah sebagai wujud dari keyakinan mereka akan kebenaran. Ribuan nyawa yang mati adalah pengorbanan mereka terhadap negeri ini. Tentu saja, mereka berkorban atas dasar sikap yang mereka percaya sebagai sebuah kebenaran. Pengorbanan para pemuda di berbagai tempat di Indonesia menghadapi penjajah, adalah sebagai wujud dari sikap mereka mempertahankan kemerdekaan bangsa.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Dalam konteks keseharian kita, pengorbanan juga bisa dilihat dari pengorbanan seorang pemimpin yang berusaha untuk mensejahterakan rakyatnya, pengorbanan seorang isteri terhadap suami dan anak-anaknya, serta sebaliknya, anak terhadap kedua orang tuanya.
Seorang pemimpin yang adil terhadap rakyatnya dan berusaha memberikan kontribusinya bagi negaranya adalah wujud pengorbanan. Seorang suami sebagai kepala rumah tangga berjuang membanting tulang demi menafkahi dan membahagiakan keluarganya. Seorang istri mengabdi setia kepada suaminya juga sebagai wujud pengorbanan. Orang tua yang mendidik dan membesarkan anak-anaknya sehingga menjadi berhasil, adalah juga wujud pengorbanan.
Dengan demikian, pengorbanan bisa berdimensi luas. Pengorbanan adalah sebagai sebuah konsekuensi logis dari keyakinan yang diperjuangan demi sebuah kebenaran.
”Dan mereka berkata: "Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami." Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan) untuk menjadi rezki (bagimu) dari sisi Kami?. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS 28 ayat 57)
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Sekedar merenungi kembali momentum Idul Qurban, Kesanggupan Nabi Ibrahim menyembelih anak kandungnya sendiri Nabi Ismail, bukan semata-mata didorong oleh perasaan taat setia yang membabi buta (taqlid), tetapi meyakini bahwa perintah Allah s.w.t. itu harus dipatuhi. Bahkan, Allah Taala memberi perintah seperti itu sebagai peringatan kepada umat yang akan datang bahwa adakah mereka sanggup mengorbankan diri, keluarga dan harta benda yang disayangi demi menegakkan perintah Allah. Dan adakah mereka juga sanggup memikul amanah sebagai khalifah Allah di muka bumi?
Hidup adalah satu perjuangan dan setiap perjuangan memerlukan pengorbanan. Tidak akan ada pengorbanan tanpa kesusahan. Justeru kesediaan seseorang untuk melakukan pengorbanan termasuk uang satu rupiah, tenaga dan waktu, akan benar-benar menguji keimanan seseorang.
Peristiwa berkorban Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail merupakan satu noktah kejadian yang dapat direnungi oleh semua manusia dari semua level usia dan latar belakang tingkat pendidikan. Dengan kata lain, semangat berkorban adalah tuntutan paling besar yang ada dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun, agama bangsa dan negara.
Kamis, 14 Oktober 2010
pepeling
pepeling
semakiin kita ingin menunjukan siapa diri kita agar diakui dan dihormati,maka batin kita semakin tertekan,tegang dan lelah padahal sikap sedemikian itu biasannya hanya akan membuat kita semakin tidak disukai
semakiin kita ingin menunjukan siapa diri kita agar diakui dan dihormati,maka batin kita semakin tertekan,tegang dan lelah padahal sikap sedemikian itu biasannya hanya akan membuat kita semakin tidak disukai
Senin, 11 Oktober 2010
rendah hati
Suatu ketika diceritakan, Hasan Al-Basri melihat Rabi’ah Al-Adawiyah sedang berada diantara majlis orang-orang soleh. Ia mendatanginya lalu berkata “ Rabi’ah mari kita tinggalkan majlis ini dan duduk di atas air danau sambil mengadakan diskusi sprituil kita di sana” Hasan mengatakan hal ini karena ia mempunyai karamah dapat berjalan diatas air. Rabiah membalas tantangan Hasan,” Hasan! Tanggalkan kesombonganmu, jika kamu ingin memisahkan diri dari majlis orang-orang saleh ini, mengapa kita tidak terbang dan mengadakan diskusi spiritual kita di udara?” Rabiah mengatakan hal ini seolah-olah ia mempunyai kekuatan untuk itu, Hasan tahu bahwa dirinya tidak bisa melakukan hal tersebut, Rabi’ah berkata lagi. “ Ketahuilah bahwa kemampuanmu yang engkau banggakan, ikan pun bisa melakukanya dengan sangat mudah dan apa yang aku katakan kepadamu tak lebih apa yang bisa dilakukan oleh lalat. Maka pantaskah kita berbangga diri, berbagai bentuk kelemahan kita miliki, kita tidak sedari, banyak realitas malampui kekuatan itu semua,. carilah kerendahan hati, karena disitulah kadar terlihat seberapa jauh orang mengatahui hakekat kebesaranNya wallahu a’alam bi shawwab.
disurga bersama rasul
Disurga bersama rasul
Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslumi ra menuturkan: Saya pernah bermalam bersama Rasulullah. Saya layani beliau dan saya persiapkan air wudhu untuk beliau. Malam-malam, saya datang menghadap beliau. Beliau berseru, "Hai Rabi'ah, mintalah pada saya." Saya jawab, "Wahai Rasulullah, perkenankan saya untuk berpikir sejenak." Saya lantas duduk mengingat-ingat dunia dan kebinasaannya, maka saya bilang dalam hati, "Saya tidak minta apa-apa kecuali akhirat." Saya pun kembali menghadap beliau dan saya katakan, "Saya memohon Anda berkenan saya dampingi kelak di surga." Nabi SAW menukas, "Wahai Rabi'ah, adakah yang lain?" Saya jawab, "Itu saja." Nabi SAW pun berkata pada saya, "Bantulah saya mengatasi nafsumu dengan banyak-banyak sujud. mbah yayin
Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslumi ra menuturkan: Saya pernah bermalam bersama Rasulullah. Saya layani beliau dan saya persiapkan air wudhu untuk beliau. Malam-malam, saya datang menghadap beliau. Beliau berseru, "Hai Rabi'ah, mintalah pada saya." Saya jawab, "Wahai Rasulullah, perkenankan saya untuk berpikir sejenak." Saya lantas duduk mengingat-ingat dunia dan kebinasaannya, maka saya bilang dalam hati, "Saya tidak minta apa-apa kecuali akhirat." Saya pun kembali menghadap beliau dan saya katakan, "Saya memohon Anda berkenan saya dampingi kelak di surga." Nabi SAW menukas, "Wahai Rabi'ah, adakah yang lain?" Saya jawab, "Itu saja." Nabi SAW pun berkata pada saya, "Bantulah saya mengatasi nafsumu dengan banyak-banyak sujud. mbah yayin
Jumat, 08 Oktober 2010
belajar ilmu tahud sambungan 9
: Sifat Mustahil Bagi Allah s.w.t
Wajib atas tiap-tiap mukallaf mengetahui sifat-sifat yang mustahil bagi Allah yang menjadi lawan daripada dua puluh sifat yang wajib baginya. Maka dengan sebab itulah di nyatakan di sini sifat-sifat yang mustahil satu-persatu :
1. ‘Adam beerti “tiada”
2. Huduth beerti “baharu”
3. Fana’ beerti “binasa”
4. Mumathalatuhu Lilhawadith beerti “menyerupai makhluk”
5. Qiyamuhu Bighayrih beerti “berdiri dengan yang lain”
6. Ta’addud beerti “berbilang-bilang”
7. ‘Ajz beerti “lemah”
8. Karahah beerti “terpaksa”
9. Jahl beerti “jahil/bodoh”
10. Mawt beerti “mati”
11. Samam beerti “tuli”
12. ‘Umy beerti “buta”
13. Bukm beerti “bisu”
14. Kaunuhu ‘Ajizan beerti “keadaannya yang lemah”
15. Kaunuhu Karihan beerti “keadaannya yang terpaksa”
16. Kaunuhu Jahilan beerti “keadaannya yang jahil/bodoh”
17. Kaunuhu Mayyitan beerti “keadaannya yang mati”
18. Kaunuhu Asam beerti “keadaannya yang tuli”
19. Kaunuhu A’ma beerti “keadaannya yang buta”
20. Kaunuhu Abkam beerti “keadaannya yang bisu”
Bab 8: Sifat Harus Bagi Allah s.w.t
Adalah sifat yang harus pada hak Allah Ta’ala hanya satu sahaja iaitu Harus bagi Allah mengadakan sesuatu atau tidak mengadakan sesuatu atau di sebut sebagai mumkin. Mumkin ialah sesuatu yang harus ada dan tiada. Mbah yayin
Wajib atas tiap-tiap mukallaf mengetahui sifat-sifat yang mustahil bagi Allah yang menjadi lawan daripada dua puluh sifat yang wajib baginya. Maka dengan sebab itulah di nyatakan di sini sifat-sifat yang mustahil satu-persatu :
1. ‘Adam beerti “tiada”
2. Huduth beerti “baharu”
3. Fana’ beerti “binasa”
4. Mumathalatuhu Lilhawadith beerti “menyerupai makhluk”
5. Qiyamuhu Bighayrih beerti “berdiri dengan yang lain”
6. Ta’addud beerti “berbilang-bilang”
7. ‘Ajz beerti “lemah”
8. Karahah beerti “terpaksa”
9. Jahl beerti “jahil/bodoh”
10. Mawt beerti “mati”
11. Samam beerti “tuli”
12. ‘Umy beerti “buta”
13. Bukm beerti “bisu”
14. Kaunuhu ‘Ajizan beerti “keadaannya yang lemah”
15. Kaunuhu Karihan beerti “keadaannya yang terpaksa”
16. Kaunuhu Jahilan beerti “keadaannya yang jahil/bodoh”
17. Kaunuhu Mayyitan beerti “keadaannya yang mati”
18. Kaunuhu Asam beerti “keadaannya yang tuli”
19. Kaunuhu A’ma beerti “keadaannya yang buta”
20. Kaunuhu Abkam beerti “keadaannya yang bisu”
Bab 8: Sifat Harus Bagi Allah s.w.t
Adalah sifat yang harus pada hak Allah Ta’ala hanya satu sahaja iaitu Harus bagi Allah mengadakan sesuatu atau tidak mengadakan sesuatu atau di sebut sebagai mumkin. Mumkin ialah sesuatu yang harus ada dan tiada. Mbah yayin
belajar ilmu tauhid sambungan 8
: Sifat 20
Adalah sifat-sifat yang wajib bagi Allah s.w.t. yang wajib bagi Allah yang wajib diketahui dengan tafsil ( satu persatu ) iaitu 20 sifat :
1. Wujud : Ertinya Ada
Iaitu tetap dan benar yang wajib bagi zat Allah Ta'ala yang tiada disebabkan dengan sesuatu sebab. Maka wujud ( Ada ) – disisi Imam Fakhru Razi dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi bukan ia a'in maujud dan bukan lain daripada a'in maujud , maka atas qaul ini adalah wujud itu Haliyyah ( yang menepati antara ada dengan tiada) .
Tetapi pada pendapat Imam Abu Hassan Al-Ashaari wujud itu 'ain Al-maujud , kerana wujud itu zat maujud kerana tidak disebutkan wujud melainkan kepada zat. Kepercayaan bahawa wujudnya Allah s.w.t. bukan sahaja di sisi agama Islam tetapi semua kepercayaan di dalam dunia ini mengaku menyatakan Tuhan itu ada.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud :
" Dan jika kamu tanya orang-orang kafir itu siapa yang menjadikan langit dan bumi nescaya berkata mereka itu Allah yang menjadikan……………"
( Surah Luqman : Ayat 25 )
2. Qidam : Ertinya Sedia
Pada hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah s.w.t kerana Allah s.w.t. menjadikan tiap-tiap suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak keadaannya lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu itu. Jika sekiranya Allah Ta'ala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah mustahil dan batil. Maka apabila disebut Allah s.w.t. bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam Ilmu Tauhid ada satu perkataan yang sama maknanya dengan Qadim iaitu Azali. Setengah ulama menyatakan bahawa kedua-dua perkataan ini sama maknanya iaitu sesuatu yang tiada permulaan baginya. Maka qadim itu khas dan azali itu am. Dan bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, iaitu tiap-tiap azali tidak boleh disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah kepada nama terbahagi kepada empat bahagian :
1 ) Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta'ala )
2 ) Qadim Zati ( Tiada permulaan zat Allah Ta'ala )
3 ) Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapa nisbah kepada anak )
4 ) Qadim Zamani ( Lalu masa atas sesuatu sekurang-kurangnya satu tahun )
Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim Zati ) tidak harus dikatakan lain daripada Allah Ta'ala.
3. Baqa' : Ertinya Kekal
Sentiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah s.w.t . Pada hakikatnya ialah menafikan ada kesudahan bagi wujud Allah Ta'ala. Adapun yang lain daripada Allah Ta'ala , ada yang kekal dan tidak binasa Selama-lamanya tetapi bukan dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar ) Bahkan kekal yang aradhi ( yang mendatang jua seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam, Kursi, Roh, Syurga, Neraka, jisim atau jasad para Nabi dan Rasul ).
Perkara –perkara tersebut kekal secara mendatang tatkala ia bertakluq dengan Sifat dan Qudrat dan Iradat Allah Ta'ala pada mengekalkannya. Segala jisim semuanya binasa melainkan 'ajbu Az-zanabi ( tulang kecil seperti biji sawi letaknya di tungking manusia, itulah benih anak Adam ketika bangkit daripada kubur kelak ). Jasad semua nabi-nabi dan jasad orang-orang syahid berjihad Fi Sabilillah yang mana ianya adalah kekal aradhi jua. Disini nyatalah perkara yang diiktibarkan permulaan dan kesudahan itu terbahagi kepada tiga bahagian :
1) Tiada permulaan dan tiada kesudahan iaitu zat dan sifat Alllah s.w.t.
2) Ada permulaan tetapi tiada kesudahan iaitu seperti Arash , Luh Mahfuz , syurga dan lain-lain lagi.
3) Ada permulaan dan ada kesudahan iaitu segala makhluk yang lain daripada perkara yang diatas tadi ( Kedua ).
4. Mukhalafatuhu Ta'ala Lilhawadith. Ertinya : Bersalahan Allah Ta'ala dengan segala yang baharu.
Pada zat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru , yang telah
ada atau yang belum ada. Pada hakikat nya adalah menafikan Allah Ta'ala menyerupai dengan yang baharu pada zatnya , sifatnya atau perbuatannya.
Sesungguhnya zat Allah Ta'ala bukannya berjirim dan bukan aradh Dan tiada sesekali zatnya berdarah , berdaging , bertulang dan juga bukan jenis leburan , tumbuh-tumbuhan , tiada berpihak ,tiada ber-
tempat dan tiada dalam masa. Dan sesungguhnya sifat Allah Ta'ala itu tiada bersamaan dengan sifat yang baharu kerana sifat Allah Ta'ala itu qadim lagi azali dan melengkapi ta'aluqnya. Sifat Sama' ( Maha Mendengar ) bagi Allah Ta'ala berta'aluq ia pada segala maujudat tetapi bagi mendengar pada makhluk hanya pada suara sahaja. Sesungguhnya di dalam Al-Quraan dan Al-Hadith yang menyebut muka dan tangan Allah s.w.t. , maka perkataan itu hendaklah kita iktiqadkan thabit ( tetap ) secara yang layak dengan Allah Ta'ala Yang Maha Suci daripada berjisim dan Maha Suci Allah Ta'ala bersifat
dengan segala sifat yang baharu.
5. Qiamuhu Ta'ala Binafsihi : Ertinya : Berdiri Allah Ta'ala dengan sendirinya .
Tidak berkehendak kepada tempat berdiri ( pada zat ) dan tidak
berkehendak kepada yang menjadikannya
Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan Allah s.w.t. berkehendak
kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya.
Allah s.w.t itu terkaya dan tidak berhajat kepada sesuatu sama ada
pada perbuatannya atau hukumannya.
Allah s.w.t menjadikan tiap-tiap sesuatu dan mengadakan undang-
undang semuanya untuk faedah dan maslahah yang kembali kepada
sekalian makhluk .
Allah s.w.t menjadikan sesuatu ( segala makhluk ) adalah kerana
kelebihan dan belas kasihannya bukan berhajat kepada faedah.
Allah s.w.t. Maha Terkaya daripada mengambil apa-apa manafaat
di atas kataatan hamba-hambanya dan tidak sesekali menjadi
mudharat kepada Allah Ta'ala atas sebab kemaksiatan dan kemung-
karan hamba-hambanya.
Apa yang diperintahkan atau ditegah pada hamba-hambanya adalah
perkara yang kembali faedah dan manafaatnya kepada hamba-hamba-
nya jua.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud :
" Barangsiapa berbuat amal yang soleh ( baik ) maka pahalanya
itu pada dirinya jua dan barangsiapa berbuat jahat maka bala-
sannya ( seksaannya ) itu tertanggung ke atas dirinya jua ".
( Surah Fussilat : Ayat 46 )
Syeikh Suhaimi r.a.h berkata adalah segala yang maujudat itu dengan
nisbah berkehendak kepada tempat dan kepada yang menjadikannya ,
terbahagi kepada empat bahagian :
1) Terkaya daripada tempat berdiri dan daripada yang menjadi-
kannya iaitu zat Allah s.w.t.
2) Berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang men-
jadikannya iaitu segala aradh ( segala sifat yang baharu ).
3) Terkaya daripada zat tempat berdiri tetapi berkehendak
kepada yang menjadikannya iaitu segala jirim. ( Segala zat yang baharu ) .
4) Terkaya daripada yang menjadikannya dan berdiri ia pada zat
iaitu sifat Allah Ta'ala.
Adalah sifat-sifat yang wajib bagi Allah s.w.t. yang wajib bagi Allah yang wajib diketahui dengan tafsil ( satu persatu ) iaitu 20 sifat :
1. Wujud : Ertinya Ada
Iaitu tetap dan benar yang wajib bagi zat Allah Ta'ala yang tiada disebabkan dengan sesuatu sebab. Maka wujud ( Ada ) – disisi Imam Fakhru Razi dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi bukan ia a'in maujud dan bukan lain daripada a'in maujud , maka atas qaul ini adalah wujud itu Haliyyah ( yang menepati antara ada dengan tiada) .
Tetapi pada pendapat Imam Abu Hassan Al-Ashaari wujud itu 'ain Al-maujud , kerana wujud itu zat maujud kerana tidak disebutkan wujud melainkan kepada zat. Kepercayaan bahawa wujudnya Allah s.w.t. bukan sahaja di sisi agama Islam tetapi semua kepercayaan di dalam dunia ini mengaku menyatakan Tuhan itu ada.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud :
" Dan jika kamu tanya orang-orang kafir itu siapa yang menjadikan langit dan bumi nescaya berkata mereka itu Allah yang menjadikan……………"
( Surah Luqman : Ayat 25 )
2. Qidam : Ertinya Sedia
Pada hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah s.w.t kerana Allah s.w.t. menjadikan tiap-tiap suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak keadaannya lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu itu. Jika sekiranya Allah Ta'ala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah mustahil dan batil. Maka apabila disebut Allah s.w.t. bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam Ilmu Tauhid ada satu perkataan yang sama maknanya dengan Qadim iaitu Azali. Setengah ulama menyatakan bahawa kedua-dua perkataan ini sama maknanya iaitu sesuatu yang tiada permulaan baginya. Maka qadim itu khas dan azali itu am. Dan bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, iaitu tiap-tiap azali tidak boleh disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah kepada nama terbahagi kepada empat bahagian :
1 ) Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta'ala )
2 ) Qadim Zati ( Tiada permulaan zat Allah Ta'ala )
3 ) Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapa nisbah kepada anak )
4 ) Qadim Zamani ( Lalu masa atas sesuatu sekurang-kurangnya satu tahun )
Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim Zati ) tidak harus dikatakan lain daripada Allah Ta'ala.
3. Baqa' : Ertinya Kekal
Sentiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah s.w.t . Pada hakikatnya ialah menafikan ada kesudahan bagi wujud Allah Ta'ala. Adapun yang lain daripada Allah Ta'ala , ada yang kekal dan tidak binasa Selama-lamanya tetapi bukan dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar ) Bahkan kekal yang aradhi ( yang mendatang jua seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam, Kursi, Roh, Syurga, Neraka, jisim atau jasad para Nabi dan Rasul ).
Perkara –perkara tersebut kekal secara mendatang tatkala ia bertakluq dengan Sifat dan Qudrat dan Iradat Allah Ta'ala pada mengekalkannya. Segala jisim semuanya binasa melainkan 'ajbu Az-zanabi ( tulang kecil seperti biji sawi letaknya di tungking manusia, itulah benih anak Adam ketika bangkit daripada kubur kelak ). Jasad semua nabi-nabi dan jasad orang-orang syahid berjihad Fi Sabilillah yang mana ianya adalah kekal aradhi jua. Disini nyatalah perkara yang diiktibarkan permulaan dan kesudahan itu terbahagi kepada tiga bahagian :
1) Tiada permulaan dan tiada kesudahan iaitu zat dan sifat Alllah s.w.t.
2) Ada permulaan tetapi tiada kesudahan iaitu seperti Arash , Luh Mahfuz , syurga dan lain-lain lagi.
3) Ada permulaan dan ada kesudahan iaitu segala makhluk yang lain daripada perkara yang diatas tadi ( Kedua ).
4. Mukhalafatuhu Ta'ala Lilhawadith. Ertinya : Bersalahan Allah Ta'ala dengan segala yang baharu.
Pada zat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru , yang telah
ada atau yang belum ada. Pada hakikat nya adalah menafikan Allah Ta'ala menyerupai dengan yang baharu pada zatnya , sifatnya atau perbuatannya.
Sesungguhnya zat Allah Ta'ala bukannya berjirim dan bukan aradh Dan tiada sesekali zatnya berdarah , berdaging , bertulang dan juga bukan jenis leburan , tumbuh-tumbuhan , tiada berpihak ,tiada ber-
tempat dan tiada dalam masa. Dan sesungguhnya sifat Allah Ta'ala itu tiada bersamaan dengan sifat yang baharu kerana sifat Allah Ta'ala itu qadim lagi azali dan melengkapi ta'aluqnya. Sifat Sama' ( Maha Mendengar ) bagi Allah Ta'ala berta'aluq ia pada segala maujudat tetapi bagi mendengar pada makhluk hanya pada suara sahaja. Sesungguhnya di dalam Al-Quraan dan Al-Hadith yang menyebut muka dan tangan Allah s.w.t. , maka perkataan itu hendaklah kita iktiqadkan thabit ( tetap ) secara yang layak dengan Allah Ta'ala Yang Maha Suci daripada berjisim dan Maha Suci Allah Ta'ala bersifat
dengan segala sifat yang baharu.
5. Qiamuhu Ta'ala Binafsihi : Ertinya : Berdiri Allah Ta'ala dengan sendirinya .
Tidak berkehendak kepada tempat berdiri ( pada zat ) dan tidak
berkehendak kepada yang menjadikannya
Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan Allah s.w.t. berkehendak
kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya.
Allah s.w.t itu terkaya dan tidak berhajat kepada sesuatu sama ada
pada perbuatannya atau hukumannya.
Allah s.w.t menjadikan tiap-tiap sesuatu dan mengadakan undang-
undang semuanya untuk faedah dan maslahah yang kembali kepada
sekalian makhluk .
Allah s.w.t menjadikan sesuatu ( segala makhluk ) adalah kerana
kelebihan dan belas kasihannya bukan berhajat kepada faedah.
Allah s.w.t. Maha Terkaya daripada mengambil apa-apa manafaat
di atas kataatan hamba-hambanya dan tidak sesekali menjadi
mudharat kepada Allah Ta'ala atas sebab kemaksiatan dan kemung-
karan hamba-hambanya.
Apa yang diperintahkan atau ditegah pada hamba-hambanya adalah
perkara yang kembali faedah dan manafaatnya kepada hamba-hamba-
nya jua.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud :
" Barangsiapa berbuat amal yang soleh ( baik ) maka pahalanya
itu pada dirinya jua dan barangsiapa berbuat jahat maka bala-
sannya ( seksaannya ) itu tertanggung ke atas dirinya jua ".
( Surah Fussilat : Ayat 46 )
Syeikh Suhaimi r.a.h berkata adalah segala yang maujudat itu dengan
nisbah berkehendak kepada tempat dan kepada yang menjadikannya ,
terbahagi kepada empat bahagian :
1) Terkaya daripada tempat berdiri dan daripada yang menjadi-
kannya iaitu zat Allah s.w.t.
2) Berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang men-
jadikannya iaitu segala aradh ( segala sifat yang baharu ).
3) Terkaya daripada zat tempat berdiri tetapi berkehendak
kepada yang menjadikannya iaitu segala jirim. ( Segala zat yang baharu ) .
4) Terkaya daripada yang menjadikannya dan berdiri ia pada zat
iaitu sifat Allah Ta'ala.
belajar ilmu tahud sambungan ke 7
9. Al – Ilmu :
Ertinya : Mengetahui Allah Ta'ala .
Maksudnya nyata dan terang meliputi tiap-tiap sesuatu sama ada yang
Maujud (ada) atau yang Ma'adum ( tiada ).
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada ( thabit ) qadim lagi azali
berdiri pada zat Allah Ta'ala.
Allah Ta'ala Maha Mengetahui akan segala sesuatu sama ada perkara
Itu tersembunyi atau rahsia dan juga yang terang dan nyata.
Maka Ilmu Allah Ta'ala Maha Luas meliputi tiap-tiap sesuatu di
Alam yang fana' ini.
10. Al – Hayat .
Ertinya : Hidup Allah Ta'ala.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap qadim lagi azali berdiri pada zat
Allah Ta’ala .
Segala sifat yang ada berdiri pada zat daripada sifat Idrak ( pendapat )
Iaitu : sifat qudrat , iradat , Ilmu , Sama’ Bashar dan Kalam.
11. Al - Samu’ : Ertinya : Mendengar Allah Ta'ala.
Hakikatnya ialah sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri pada
Zat Allah Ta’ala. Iaitu dengan terang dan nyata pada tiap-tiap yang maujud sama ada yang maujud itu qadim seperti ia mendengar kalamnya atau yang ada itu harus sama ada atau telah ada atau yang akan diadakan. Tiada terhijab ( terdinding ) seperti dengan sebab jauh , bising , bersuara , tidak bersuara dan sebagainya. Allah Ta'ala Maha Mendengar akan segala yang terang dan yang tersembunyi. Sebagaimana firman Allah Ta'ala yang bermaksud :
" Dan ingatlah Allah sentiasa Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ".
( Surah An-Nisa'a - Ayat 148 )
12. Al – Bashar : Ertinya : Melihat Allah Ta'ala .
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri
pada zat Allah Ta'ala. Allah Ta'ala wajib bersifat Maha Melihat sama ada yang dapat dilihat oleh manusia atau tidak , jauh atau dekat , terang atau gelap , zahir atau tersembunyi dan sebagainya. Firman Allah Ta'ala yang bermaksud :
" Dan Allah Maha Melihat akan segala yang mereka kerjakan ".
( Surah Ali Imran - Ayat 163 )
13 . Al – Kalam : Ertinya : Berkata-kata Allah Ta'ala.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada , yang qadim lagi azali ,
berdiri pada zat Allah Ta'ala. Menunjukkan apa yang diketahui oleh ilmu daripada yang wajib, maka ia menunjukkan atas yang wajib sebagaimana firman Allah Ta'ala yang bermaksud :
" Aku Allah , tiada tuhan melainkan Aku .........".
( Surah Taha - Ayat 14 )
Dan daripada yang mustahil sebagaimana firman Allah Ta'ala yang
bermaksud :
" ........( kata orang Nasrani ) bahawasanya Allah Ta'ala
yang ketiga daripada tiga..........".
( Surah Al-Mai'dah - Ayat 73 )
Dan daripada yang harus sebagaimana firman Allah Ta'ala yang
bermaksud :
" Padahal Allah yang mencipta kamu dan benda-benda yang
kamu perbuat itu".
( Surah Ash. Shaffaat – Ayat 96 )
Kalam Allah Ta'ala itu satu sifat jua tiada berbilang.
Tetapi ia berbagai-bagai jika dipandang dari perkara yang dikatakan
iaitu :
1) Menunjuk kepada 'amar ( perintah ) seperti tuntutan mendiri-
solat dan lain-lain kefardhuan.
2) Menunjuk kepada nahyu ( tegahan ) seperti tegahan mencuri dan lain-lain larangan.
3) Menunjuk kepada khabar ( berita ) seperti kisah-kisah Firaun
dan lain-lain.
4) Menunjuk kepada wa'ad ( janji baik ) seperti orang yan taat
dan beramal soleh akan dapat balasan syurga dan lain-lain.
5) Menunjuk kepada wa'ud ( janji balasan seksa ) seperti orang
yang menderhaka kepada ibubapa akan dibalas dengan azab
seksa yang amat berat.
14. Kaunuhu Qadiran :
Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala ,
tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada
sifat Qudrat.
15.Kaunuhu Muridan :
Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala ,
tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada
sifat Iradat.
16.Kaunuhu 'Aliman : Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Mengetahui akan
Tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala , tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada sifat Al-Ilmu.
17.Kaunuhu Haiyan : Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Hidup.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada sifat Hayat.
18.Kaunuhu Sami'an : Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Mendengar akan tiap-tiap yang Maujud.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum, iaitu lain daripada sifat Sama'.
19.Kaunuhu Bashiran : Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada sifat Bashar.
20.Kaunuhu Mutakalliman : Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Berkata-kata.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada sifat Qudrat.
Ertinya : Mengetahui Allah Ta'ala .
Maksudnya nyata dan terang meliputi tiap-tiap sesuatu sama ada yang
Maujud (ada) atau yang Ma'adum ( tiada ).
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada ( thabit ) qadim lagi azali
berdiri pada zat Allah Ta'ala.
Allah Ta'ala Maha Mengetahui akan segala sesuatu sama ada perkara
Itu tersembunyi atau rahsia dan juga yang terang dan nyata.
Maka Ilmu Allah Ta'ala Maha Luas meliputi tiap-tiap sesuatu di
Alam yang fana' ini.
10. Al – Hayat .
Ertinya : Hidup Allah Ta'ala.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap qadim lagi azali berdiri pada zat
Allah Ta’ala .
Segala sifat yang ada berdiri pada zat daripada sifat Idrak ( pendapat )
Iaitu : sifat qudrat , iradat , Ilmu , Sama’ Bashar dan Kalam.
11. Al - Samu’ : Ertinya : Mendengar Allah Ta'ala.
Hakikatnya ialah sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri pada
Zat Allah Ta’ala. Iaitu dengan terang dan nyata pada tiap-tiap yang maujud sama ada yang maujud itu qadim seperti ia mendengar kalamnya atau yang ada itu harus sama ada atau telah ada atau yang akan diadakan. Tiada terhijab ( terdinding ) seperti dengan sebab jauh , bising , bersuara , tidak bersuara dan sebagainya. Allah Ta'ala Maha Mendengar akan segala yang terang dan yang tersembunyi. Sebagaimana firman Allah Ta'ala yang bermaksud :
" Dan ingatlah Allah sentiasa Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ".
( Surah An-Nisa'a - Ayat 148 )
12. Al – Bashar : Ertinya : Melihat Allah Ta'ala .
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri
pada zat Allah Ta'ala. Allah Ta'ala wajib bersifat Maha Melihat sama ada yang dapat dilihat oleh manusia atau tidak , jauh atau dekat , terang atau gelap , zahir atau tersembunyi dan sebagainya. Firman Allah Ta'ala yang bermaksud :
" Dan Allah Maha Melihat akan segala yang mereka kerjakan ".
( Surah Ali Imran - Ayat 163 )
13 . Al – Kalam : Ertinya : Berkata-kata Allah Ta'ala.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada , yang qadim lagi azali ,
berdiri pada zat Allah Ta'ala. Menunjukkan apa yang diketahui oleh ilmu daripada yang wajib, maka ia menunjukkan atas yang wajib sebagaimana firman Allah Ta'ala yang bermaksud :
" Aku Allah , tiada tuhan melainkan Aku .........".
( Surah Taha - Ayat 14 )
Dan daripada yang mustahil sebagaimana firman Allah Ta'ala yang
bermaksud :
" ........( kata orang Nasrani ) bahawasanya Allah Ta'ala
yang ketiga daripada tiga..........".
( Surah Al-Mai'dah - Ayat 73 )
Dan daripada yang harus sebagaimana firman Allah Ta'ala yang
bermaksud :
" Padahal Allah yang mencipta kamu dan benda-benda yang
kamu perbuat itu".
( Surah Ash. Shaffaat – Ayat 96 )
Kalam Allah Ta'ala itu satu sifat jua tiada berbilang.
Tetapi ia berbagai-bagai jika dipandang dari perkara yang dikatakan
iaitu :
1) Menunjuk kepada 'amar ( perintah ) seperti tuntutan mendiri-
solat dan lain-lain kefardhuan.
2) Menunjuk kepada nahyu ( tegahan ) seperti tegahan mencuri dan lain-lain larangan.
3) Menunjuk kepada khabar ( berita ) seperti kisah-kisah Firaun
dan lain-lain.
4) Menunjuk kepada wa'ad ( janji baik ) seperti orang yan taat
dan beramal soleh akan dapat balasan syurga dan lain-lain.
5) Menunjuk kepada wa'ud ( janji balasan seksa ) seperti orang
yang menderhaka kepada ibubapa akan dibalas dengan azab
seksa yang amat berat.
14. Kaunuhu Qadiran :
Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala ,
tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada
sifat Qudrat.
15.Kaunuhu Muridan :
Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala ,
tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada
sifat Iradat.
16.Kaunuhu 'Aliman : Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Mengetahui akan
Tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala , tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada sifat Al-Ilmu.
17.Kaunuhu Haiyan : Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Hidup.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada sifat Hayat.
18.Kaunuhu Sami'an : Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Mendengar akan tiap-tiap yang Maujud.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum, iaitu lain daripada sifat Sama'.
19.Kaunuhu Bashiran : Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada sifat Bashar.
20.Kaunuhu Mutakalliman : Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Berkata-kata.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada sifat Qudrat.
belajar ilmu tauhid sambungan 6
7. Al – Qudrah :
Ertinya : Kuasa qudrah Allah s.w.t. memberi bekas pada mengadakan
meniadakan tiap-tiap sesuatu.
Pada hakikatnya ialah satu sifat yang qadim lagi azali yang thabit
( tetap ) berdiri pada zat Allah s.w.t. yang mengadakan tiap-tiap yang
ada dan meniadakan tiap-tiap yang tiada bersetuju dengan iradah.
Adalah bagi manusia itu usaha dan ikhtiar tidak boleh memberi bekas pada mengadakan atau meniadakan , hanya usaha dan ikhtiar pada jalan menjayakan sesuatu .
Kepercayaan dan iktiqad manusia di dalam perkara ini berbagai-bagai
Fikiran dan fahaman seterusnya membawa berbagai-bagai kepercayaan dan iktiqad.
1) Iktiqad Qadariah :
Perkataan qadariah iaitu nisbah kepada qudrat . Maksudnya orang yang beriktiqad akan segala perbuatan yang dilakukan manusia itu sama ada baik atau jahat semuanya terbit atau berpunca daripada usaha dan ikhtiar manusia itu sendiri dan sedikitpun tiada bersangkut-paut dengan kuasa Allah s.w.t.
2) Iktiqad Jabariah :
Perkataan Jabariah itu nisbah kepada Jabar ( Tergagah ) dan maksudnya orang yang beriktiqad manusia dan makhluk bergantung kepada qadak dan qadar Allah semata-mata ( tiada usaha dan ikhtiar atau boleh memilih samasekali ). 3) Iktiqad Ahli Sunnah Wal – Jamaah :
Perkataan Ahli Sunnah Wal Jamaahialah orang yang mengikut perjalanan Nabi dan perjalanan orang-orang Islam iaitu beriktiqad bahawa hamba itu tidak digagahi semata-mata dan tidak memberi bekas segala perbuatan yang disengajanya, tetapi ada perbuatan yang di sengaja pada zahir itu yang dikatakan usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas sebenarnya sengaja hamba itu daripada Allah Ta;ala jua. Maka pada segala makhluk ada usaha dan ikhtiar pada zahir dan tergagah pada batin dan ikhtiar serta usaha hamba adalah tempat pergantungan taklif ( hukum ) ke atasnya dengan suruhan dan tegahan
( ada pahala dan dosa ).
8. Al – Iradah :
Ertinya : Menghendaki Allah Ta'ala.
Maksudnya menentukan segala mumkin tentang adanya atau
tiadanya.
Sebenarnya adalah sifat yang qadim lagi azali thabit berdiri pada
Zat Allah Ta'ala yang menentukan segala perkara yang harus atau setengah yang harus atas mumkin . Maka Allah Ta'ala yang selayaknya menghendaki tiap-tiap sesuatu apa yang diperbuatnya.
Umat Islam beriktiqad akan segala hal yang telah berlaku dan yang akan berlaku adalah dengan mendapat ketentuan daripada Allah Ta'ala tentang rezeki , umur , baik , jahat , kaya , miskin dan sebagainya serta wajib pula beriktiqad manusia ada mempunyai nasib ( bahagian ) di dalam dunia ini sebagaimana firman Allah s.w.t. yang bermaksud :
" Janganlah kamu lupakan nasib ( bahagian ) kamu
di dalam dunia " .
( Surah Al – Qasash : Ayat 77 )
Kesimpulannya ialah umat Islam mestilah bersungguh-sungguh
untuk kemajuan di dunia dan akhirat di mana menjunjung titah
perintah Allah Ta'aladan menjauhi akan segala larangan dan
tegahannyadan bermohon dan berserah kepada Allah s.w.t.
Ertinya : Kuasa qudrah Allah s.w.t. memberi bekas pada mengadakan
meniadakan tiap-tiap sesuatu.
Pada hakikatnya ialah satu sifat yang qadim lagi azali yang thabit
( tetap ) berdiri pada zat Allah s.w.t. yang mengadakan tiap-tiap yang
ada dan meniadakan tiap-tiap yang tiada bersetuju dengan iradah.
Adalah bagi manusia itu usaha dan ikhtiar tidak boleh memberi bekas pada mengadakan atau meniadakan , hanya usaha dan ikhtiar pada jalan menjayakan sesuatu .
Kepercayaan dan iktiqad manusia di dalam perkara ini berbagai-bagai
Fikiran dan fahaman seterusnya membawa berbagai-bagai kepercayaan dan iktiqad.
1) Iktiqad Qadariah :
Perkataan qadariah iaitu nisbah kepada qudrat . Maksudnya orang yang beriktiqad akan segala perbuatan yang dilakukan manusia itu sama ada baik atau jahat semuanya terbit atau berpunca daripada usaha dan ikhtiar manusia itu sendiri dan sedikitpun tiada bersangkut-paut dengan kuasa Allah s.w.t.
2) Iktiqad Jabariah :
Perkataan Jabariah itu nisbah kepada Jabar ( Tergagah ) dan maksudnya orang yang beriktiqad manusia dan makhluk bergantung kepada qadak dan qadar Allah semata-mata ( tiada usaha dan ikhtiar atau boleh memilih samasekali ). 3) Iktiqad Ahli Sunnah Wal – Jamaah :
Perkataan Ahli Sunnah Wal Jamaahialah orang yang mengikut perjalanan Nabi dan perjalanan orang-orang Islam iaitu beriktiqad bahawa hamba itu tidak digagahi semata-mata dan tidak memberi bekas segala perbuatan yang disengajanya, tetapi ada perbuatan yang di sengaja pada zahir itu yang dikatakan usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas sebenarnya sengaja hamba itu daripada Allah Ta;ala jua. Maka pada segala makhluk ada usaha dan ikhtiar pada zahir dan tergagah pada batin dan ikhtiar serta usaha hamba adalah tempat pergantungan taklif ( hukum ) ke atasnya dengan suruhan dan tegahan
( ada pahala dan dosa ).
8. Al – Iradah :
Ertinya : Menghendaki Allah Ta'ala.
Maksudnya menentukan segala mumkin tentang adanya atau
tiadanya.
Sebenarnya adalah sifat yang qadim lagi azali thabit berdiri pada
Zat Allah Ta'ala yang menentukan segala perkara yang harus atau setengah yang harus atas mumkin . Maka Allah Ta'ala yang selayaknya menghendaki tiap-tiap sesuatu apa yang diperbuatnya.
Umat Islam beriktiqad akan segala hal yang telah berlaku dan yang akan berlaku adalah dengan mendapat ketentuan daripada Allah Ta'ala tentang rezeki , umur , baik , jahat , kaya , miskin dan sebagainya serta wajib pula beriktiqad manusia ada mempunyai nasib ( bahagian ) di dalam dunia ini sebagaimana firman Allah s.w.t. yang bermaksud :
" Janganlah kamu lupakan nasib ( bahagian ) kamu
di dalam dunia " .
( Surah Al – Qasash : Ayat 77 )
Kesimpulannya ialah umat Islam mestilah bersungguh-sungguh
untuk kemajuan di dunia dan akhirat di mana menjunjung titah
perintah Allah Ta'aladan menjauhi akan segala larangan dan
tegahannyadan bermohon dan berserah kepada Allah s.w.t.
belajar ilmu tauhis sambungan 5
Sifat 20
Adalah sifat-sifat yang wajib bagi Allah s.w.t. yang wajib bagi Allah yang wajib diketahui dengan tafsil ( satu persatu ) iaitu 20 sifat :
6. Al – Wahdaniyyah.
Ertinya : Esa Allah Ta'ala pada zat , pada sifat dan pada perbuatan.
Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan berbilang pada zat , pada
sifat dan pada perbuatan sama ada bilangan yang muttasil ( yang ber-
hubung ) atau bilangan yang munfasil ( yang bercerai ).
Makna Esa Allah s.w.t. pada zat itu iaitu menafikan Kam Muttasil pada
Zat ( menafikan bilangan yang berhubung dengan zat ) seperti tiada zat
Allah Ta'ala tersusun daripada darah , daging , tulang ,urat dan lain-lain.
Dan menafikan Kam Munfasil pada zat ( menafikan bilangan yang ber-
cerai pada zat Allah Ta'ala )seperti tiada zat yang lain menyamai zat
Allah Ta'ala.
Makna Esa Allah s.w.t pada sifat iaitu menafikan Kam muttasil pada
Sifat ( menafikan bilangan yang berhubung pada sifatnya ) iaitu tidak
sekali-kali bagi Allah Ta'ala pada satu-satu jenis sifatnya dua qudrat
dan menafikan Kam Munfasil pada sifat ( menafikan bilangan –
bilangan yang bercerai pada sifat ) iaitu tidak ada sifat yang lain
menyamai sebagaimana sifat Allah s.w.t. yang Maha Sempurna.
Makna Esa Allah s.w.t. pada perbuatan iaitu menafikan Kam
Muttasil pada perbuatan ( menafikan bilangan yang bercerai –cerai pada
perbuatan ) iaitu tidak ada perbuatan yang lain menyamai seperti
perbuatan Allah bahkan segala apa yang berlaku di dalam alam semua-
nya perbuatan Allah s.w.t sama ada perbuatan itu baik rupanya dan
hakikatnya seperti iman dan taat atau jahat rupanya tiada pada hakikat-nya seperti kufur dan maksiat sama ada perbuatan dirinya atau
perbuatan yang lainnya ,semuanya perbuatan Allah s.w.t dan tidak
sekali-kali hamba mempunyai perbuatan pada hakikatnya hanya pada
usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas.
Maka wajiblah bagi Allah Ta'ala bersifat Wahdaniyyah dan ternafi bagi
Kam yang lima itu iaitu :
1) Kam Muttasil pada zat.
2) Kam Munfasil pada zat.
3) Kam Muttasil pada sifat.
4) Kam Munfasil pada sifat.
5) Kam Munfasil pada perbuatan.
Maka tiada zat yang lain , sifat yang lain dan perbuatan yang lain
menyamai dengan zat , sifat dan perbuatan Allah s.w.t .
Dan tertolak segala kepercayaan-kepercayaan yang membawa kepada
menyengutukan Allah Ta'ala dan perkara-perkara yang menjejaskan
serta merosakkan iman.
Adalah sifat-sifat yang wajib bagi Allah s.w.t. yang wajib bagi Allah yang wajib diketahui dengan tafsil ( satu persatu ) iaitu 20 sifat :
6. Al – Wahdaniyyah.
Ertinya : Esa Allah Ta'ala pada zat , pada sifat dan pada perbuatan.
Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan berbilang pada zat , pada
sifat dan pada perbuatan sama ada bilangan yang muttasil ( yang ber-
hubung ) atau bilangan yang munfasil ( yang bercerai ).
Makna Esa Allah s.w.t. pada zat itu iaitu menafikan Kam Muttasil pada
Zat ( menafikan bilangan yang berhubung dengan zat ) seperti tiada zat
Allah Ta'ala tersusun daripada darah , daging , tulang ,urat dan lain-lain.
Dan menafikan Kam Munfasil pada zat ( menafikan bilangan yang ber-
cerai pada zat Allah Ta'ala )seperti tiada zat yang lain menyamai zat
Allah Ta'ala.
Makna Esa Allah s.w.t pada sifat iaitu menafikan Kam muttasil pada
Sifat ( menafikan bilangan yang berhubung pada sifatnya ) iaitu tidak
sekali-kali bagi Allah Ta'ala pada satu-satu jenis sifatnya dua qudrat
dan menafikan Kam Munfasil pada sifat ( menafikan bilangan –
bilangan yang bercerai pada sifat ) iaitu tidak ada sifat yang lain
menyamai sebagaimana sifat Allah s.w.t. yang Maha Sempurna.
Makna Esa Allah s.w.t. pada perbuatan iaitu menafikan Kam
Muttasil pada perbuatan ( menafikan bilangan yang bercerai –cerai pada
perbuatan ) iaitu tidak ada perbuatan yang lain menyamai seperti
perbuatan Allah bahkan segala apa yang berlaku di dalam alam semua-
nya perbuatan Allah s.w.t sama ada perbuatan itu baik rupanya dan
hakikatnya seperti iman dan taat atau jahat rupanya tiada pada hakikat-nya seperti kufur dan maksiat sama ada perbuatan dirinya atau
perbuatan yang lainnya ,semuanya perbuatan Allah s.w.t dan tidak
sekali-kali hamba mempunyai perbuatan pada hakikatnya hanya pada
usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas.
Maka wajiblah bagi Allah Ta'ala bersifat Wahdaniyyah dan ternafi bagi
Kam yang lima itu iaitu :
1) Kam Muttasil pada zat.
2) Kam Munfasil pada zat.
3) Kam Muttasil pada sifat.
4) Kam Munfasil pada sifat.
5) Kam Munfasil pada perbuatan.
Maka tiada zat yang lain , sifat yang lain dan perbuatan yang lain
menyamai dengan zat , sifat dan perbuatan Allah s.w.t .
Dan tertolak segala kepercayaan-kepercayaan yang membawa kepada
menyengutukan Allah Ta'ala dan perkara-perkara yang menjejaskan
serta merosakkan iman.
belajar ilmu tauhid samb.4
: Mengenal Allah S.W.T.
1. Mengenal Allah s.w.t adalah fardhu Ain atas tiap-tiap mukallaf dengan mengetahui namaNya dan sifat-sifatNya yang bertepatan dengan syarak yang berlandaskan ajaran para Nabi dan Rasul.
2. Nama-nama Allah s.w.t (Al-Asma ‘ul-Husna) dan sifat-sifat yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Nama Allah s.w.t yang lebih masyhur di antara segala nama-namaNya ialah Allah, disebut lafaz Al-Jalalah (Lafaz yang Maha Besar) dan yang lain daripada ini diketahui melalui Al-Quran dan Al-Hadith. Semuanya sentiasa menjadi sebutan umat Islam contohnya Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Quddus, As-Salam, Al-Mukmin.
3. Sifat-sifat yang diketahui oleh mukallaf terbahagi kepada dua bahagian :-
1) Mengetahui sifat-sifat Allah s.w.t dengan Ijmali (Ringkas) iaitu bahawa beriktiqad dan berpegang oleh seseorang dengan iktiqad yang putus (jazam) bahawa wajib bagi Allah s.w.t bersifat dengan sifat-sifat kesempurnaan yang layak dengan keadaan ketuhanan dan mustahil atasNya bersifat dengan apa-apa jua sifat kekurangan.
2) Mengetahui sifat-sifat Allah s.w.t dengan jalan tafsili (satu persatu) iaitu bahawa beriktiqad dan berpegang oleh seseorang dengan iktiqad yang putus dengan dalil aqli (dengan akal) dan dalil naqli (dengan Al-Quran dan Hadith) bahawa wajib dan beriktiqad dengan iktiqad yang putus dengan dalil aqli dan naqli. Maka mustahil atas Allah s.w.t bersifat dengan segala lawan sifatyang wajib tersebut.
4. Mengenal Allah s.w.t wajib melalui tiga perkara :-
1) Iktiqad yang putus (jazam) iaitu tiada syak, dzan dan waham. Jika iktiqadnya ada salah satu daripada tiga tadi maka tidak dinamakan mengenal Allah s.w.t.
2) Muafakat (bersetuju) iktiqad itu dengan yang sebenar (bertepatan dengan iktiqad Ahli Sunnah Wal-Jamaah), maka tidak dinamakan mengenal jika iktiqad tidak bertepatan dengan yang sebenar (Ahli Sunnah Wal-Jamaah) seperti iktiqad orang Nasrani dan Yahudi.
3) Dengan dalil sekalipun dengan dalil ijmali, jika iktiqadnya putus (jazam) serta bertepatan dengan Ahli Sunnah Wal-Jamaah tetapi jika tidak dengan dalil maka dinamakan taqlid.
5. Iktiqad yang tidak terputus atau tidak bertepatan dengan Ahli Sunnah Wal-Jamaah, maka para ulama membuat persetujuan bahawa menghukum orang itu kafir. Dan bagi iktiqad orang bertaqlid itu timbul perselisihan ulama padanya. Mengikut qaul yang muktamad orang yang bertaqlid itu tidak dihukumkan kafir jika taqlidnya putus dengan dihukum mukmin yang menderhaka (jika ia belajar maka tidak dihukumkan mukmin yang derhaka).
6. Makna taqlid ialah menerima perkataan orang lain dengan tidak mengetahui dalil dan keterangan.
7. Taqlid terbahagi kepada dua bahagian :-
1) Taqlid Jazam (putus)
- Iktiqad yang teguh dan tidak akan berubah walaupun orang yang diikuti itu berubah. Maka taqlid ini di sisi Ahli Sunnah Wal-Jamaah sah imannya kerana ada mempunyai iktiqad yang jazam (putus).
2) Taqlid yang tidak Jazam (Tidak Putus)
- Menerima perkataan orang lain dengan tidak teguh sekiranya orang yang diikuti seperti guru-gurunya, ibubapanya atau lainya. Iktiqad mereka berubah-ubah mangikut orang yang diikutinya. Maka taqlid ini dihukumkan tidak sah imannya kerana serupa imannya dengan syak,zhan atau waham(tiada putus).
8. Kesimpulannya iman orang yang bertaqlid sentiasa di dalam bahaya atau bimbang dan tergantung kebenarannya atas orang yang diikutinya. Jika benar perjalanan orang yang diikutinya seperti guru-gurunya maka mengikutnya selamat, tetapi jika sebaliknya binasalah mereka.
9. Hendaklah seseorang itu bersungguh-sungguh menuntut Ilmu Tauhid yang sahih supaya terlepas ia daripada syak dan waham dalam iman kerana di akhir zaman ini terdapat ramai ahli-ahli bida’ah.
10. Taqlid itu membawa mudharat kerana jalan membawa kepada sesat yang amat hina yang tiada layak pada seseorang manusia.
1. Mengenal Allah s.w.t adalah fardhu Ain atas tiap-tiap mukallaf dengan mengetahui namaNya dan sifat-sifatNya yang bertepatan dengan syarak yang berlandaskan ajaran para Nabi dan Rasul.
2. Nama-nama Allah s.w.t (Al-Asma ‘ul-Husna) dan sifat-sifat yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Nama Allah s.w.t yang lebih masyhur di antara segala nama-namaNya ialah Allah, disebut lafaz Al-Jalalah (Lafaz yang Maha Besar) dan yang lain daripada ini diketahui melalui Al-Quran dan Al-Hadith. Semuanya sentiasa menjadi sebutan umat Islam contohnya Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Quddus, As-Salam, Al-Mukmin.
3. Sifat-sifat yang diketahui oleh mukallaf terbahagi kepada dua bahagian :-
1) Mengetahui sifat-sifat Allah s.w.t dengan Ijmali (Ringkas) iaitu bahawa beriktiqad dan berpegang oleh seseorang dengan iktiqad yang putus (jazam) bahawa wajib bagi Allah s.w.t bersifat dengan sifat-sifat kesempurnaan yang layak dengan keadaan ketuhanan dan mustahil atasNya bersifat dengan apa-apa jua sifat kekurangan.
2) Mengetahui sifat-sifat Allah s.w.t dengan jalan tafsili (satu persatu) iaitu bahawa beriktiqad dan berpegang oleh seseorang dengan iktiqad yang putus dengan dalil aqli (dengan akal) dan dalil naqli (dengan Al-Quran dan Hadith) bahawa wajib dan beriktiqad dengan iktiqad yang putus dengan dalil aqli dan naqli. Maka mustahil atas Allah s.w.t bersifat dengan segala lawan sifatyang wajib tersebut.
4. Mengenal Allah s.w.t wajib melalui tiga perkara :-
1) Iktiqad yang putus (jazam) iaitu tiada syak, dzan dan waham. Jika iktiqadnya ada salah satu daripada tiga tadi maka tidak dinamakan mengenal Allah s.w.t.
2) Muafakat (bersetuju) iktiqad itu dengan yang sebenar (bertepatan dengan iktiqad Ahli Sunnah Wal-Jamaah), maka tidak dinamakan mengenal jika iktiqad tidak bertepatan dengan yang sebenar (Ahli Sunnah Wal-Jamaah) seperti iktiqad orang Nasrani dan Yahudi.
3) Dengan dalil sekalipun dengan dalil ijmali, jika iktiqadnya putus (jazam) serta bertepatan dengan Ahli Sunnah Wal-Jamaah tetapi jika tidak dengan dalil maka dinamakan taqlid.
5. Iktiqad yang tidak terputus atau tidak bertepatan dengan Ahli Sunnah Wal-Jamaah, maka para ulama membuat persetujuan bahawa menghukum orang itu kafir. Dan bagi iktiqad orang bertaqlid itu timbul perselisihan ulama padanya. Mengikut qaul yang muktamad orang yang bertaqlid itu tidak dihukumkan kafir jika taqlidnya putus dengan dihukum mukmin yang menderhaka (jika ia belajar maka tidak dihukumkan mukmin yang derhaka).
6. Makna taqlid ialah menerima perkataan orang lain dengan tidak mengetahui dalil dan keterangan.
7. Taqlid terbahagi kepada dua bahagian :-
1) Taqlid Jazam (putus)
- Iktiqad yang teguh dan tidak akan berubah walaupun orang yang diikuti itu berubah. Maka taqlid ini di sisi Ahli Sunnah Wal-Jamaah sah imannya kerana ada mempunyai iktiqad yang jazam (putus).
2) Taqlid yang tidak Jazam (Tidak Putus)
- Menerima perkataan orang lain dengan tidak teguh sekiranya orang yang diikuti seperti guru-gurunya, ibubapanya atau lainya. Iktiqad mereka berubah-ubah mangikut orang yang diikutinya. Maka taqlid ini dihukumkan tidak sah imannya kerana serupa imannya dengan syak,zhan atau waham(tiada putus).
8. Kesimpulannya iman orang yang bertaqlid sentiasa di dalam bahaya atau bimbang dan tergantung kebenarannya atas orang yang diikutinya. Jika benar perjalanan orang yang diikutinya seperti guru-gurunya maka mengikutnya selamat, tetapi jika sebaliknya binasalah mereka.
9. Hendaklah seseorang itu bersungguh-sungguh menuntut Ilmu Tauhid yang sahih supaya terlepas ia daripada syak dan waham dalam iman kerana di akhir zaman ini terdapat ramai ahli-ahli bida’ah.
10. Taqlid itu membawa mudharat kerana jalan membawa kepada sesat yang amat hina yang tiada layak pada seseorang manusia.
belajar ilmu tauhid sambungan 3
Kejadian Alam
Sesungguhnya apabila seseorang itu berfikir dan meneliti kejadian alam ini maka ia dapat petunjuk bahawa Allah s.w.t yang telah menjadikannya.
1. Melihat sesuatu kejadian yang ada disekeliling kita seperti kerusi atau meja dan sebagainya maka kita dapati kerusi atau meja tersebut tidak boleh ada dengan sendirinya melainkan ada yang membuatnya dan yang mengadakannya.
Maka dengan itu kita beri’tiqad dan percaya alam ini tidak boleh ada dengan sendirinya melainkan ada yang menjadikan dan menciptakannya tentulah Allah s.w.t yang Maha Pencipta.
2. Kita meneliti dan mengkaji dengan lebih jauh lagi akan perbuatan-perbuatan orang yang membuat kerusi atau meja ada yang berbagai bentuk dan rupa, yang mana mereka sentiasa membuat dan mengukir kerusi atau meja tadi dengan lebih baik dan lebih halus lagi ukirannya tetapi tidak pernah lengkap dan sempurna.
Maka itu kelemahan dan kekurangan manusia yang mengikut kadar dan ilmu serta kekuatan yang dianugerahkan oleh Allah Ta'ala. Maka kita menyedari bahawa Allah Ta’ala adalah Maha Sempurna di dalam mencipta kejadian alam ini.
3. Kita melihat akan kejadian langit dan bumi ini dan alam cekerawala ini daripada manusia, bulan, matahari, haiwan, tumbuh-tumbuhan yang mana setiap jenis dijadikan dengan cukup lengkap dan sempurna. Contohnya manusia yang dijadikan adalah sebaik-baik kejadian iaitu: berakal, bertutur, mendengar dan lain-lain sifat lagi.
Dan apabila kita perhatikan alam cekerawala seperti bumi, langit, bulan, matahari dan lain-lain yang mana semuanya dicipta untuk manafaat dan keperluan semua makhluk yang mana semua itu melemahkan akal para cerdik pandai memikirkan segala kejadian tersebut yang tiada tolok bandingnya. Maka nyatalah di sini bahawa penciptanya mempunyai kuasa yang Maha Sempurna, Ilmu yang Maha luas dan bersifat dengan segala sifat kesempurnaan yang Maha Suci dari segala sifat kekurangan.
Sesungguhnya dari Kaedah Syar’iyyah dan berita para Nabi bahawa yang menjadikan alam ini ialah Allah s.w.t kerana segala perbuatanNya menunjukkan bekas bagi segala sifat yang Maha Suci dan tidaklah makhluk dapat mengetahui hakikatnya kerana segala makhluk ciptaanNya sentiasa bersifat lemah dan mempunyai segala kekurangan.
Sesungguhnya apabila seseorang itu berfikir dan meneliti kejadian alam ini maka ia dapat petunjuk bahawa Allah s.w.t yang telah menjadikannya.
1. Melihat sesuatu kejadian yang ada disekeliling kita seperti kerusi atau meja dan sebagainya maka kita dapati kerusi atau meja tersebut tidak boleh ada dengan sendirinya melainkan ada yang membuatnya dan yang mengadakannya.
Maka dengan itu kita beri’tiqad dan percaya alam ini tidak boleh ada dengan sendirinya melainkan ada yang menjadikan dan menciptakannya tentulah Allah s.w.t yang Maha Pencipta.
2. Kita meneliti dan mengkaji dengan lebih jauh lagi akan perbuatan-perbuatan orang yang membuat kerusi atau meja ada yang berbagai bentuk dan rupa, yang mana mereka sentiasa membuat dan mengukir kerusi atau meja tadi dengan lebih baik dan lebih halus lagi ukirannya tetapi tidak pernah lengkap dan sempurna.
Maka itu kelemahan dan kekurangan manusia yang mengikut kadar dan ilmu serta kekuatan yang dianugerahkan oleh Allah Ta'ala. Maka kita menyedari bahawa Allah Ta’ala adalah Maha Sempurna di dalam mencipta kejadian alam ini.
3. Kita melihat akan kejadian langit dan bumi ini dan alam cekerawala ini daripada manusia, bulan, matahari, haiwan, tumbuh-tumbuhan yang mana setiap jenis dijadikan dengan cukup lengkap dan sempurna. Contohnya manusia yang dijadikan adalah sebaik-baik kejadian iaitu: berakal, bertutur, mendengar dan lain-lain sifat lagi.
Dan apabila kita perhatikan alam cekerawala seperti bumi, langit, bulan, matahari dan lain-lain yang mana semuanya dicipta untuk manafaat dan keperluan semua makhluk yang mana semua itu melemahkan akal para cerdik pandai memikirkan segala kejadian tersebut yang tiada tolok bandingnya. Maka nyatalah di sini bahawa penciptanya mempunyai kuasa yang Maha Sempurna, Ilmu yang Maha luas dan bersifat dengan segala sifat kesempurnaan yang Maha Suci dari segala sifat kekurangan.
Sesungguhnya dari Kaedah Syar’iyyah dan berita para Nabi bahawa yang menjadikan alam ini ialah Allah s.w.t kerana segala perbuatanNya menunjukkan bekas bagi segala sifat yang Maha Suci dan tidaklah makhluk dapat mengetahui hakikatnya kerana segala makhluk ciptaanNya sentiasa bersifat lemah dan mempunyai segala kekurangan.
belajar ilmu tauhid (lanjutan1
Hukum 'Aqal
Sesungguhnya setiap orang yang hendak mengenal Allah s.w.t. dan mengetahui sifat-sifatnya , maka wajiblah lebih dahulu ia mengetahui akan hukum 'aqal dan bahagiannya.
Pengertian Hukum 'Aqal :
Hukum ialah menetapkan suatu perkara kepada suatu perkara yang lain atau menafikan suatu perkara daripada perkara yang lain dengan tidak berkehendak kepada dicuba pada menetapkan sesuatu perkara itu ( Adat ) dan tidak tergantung kepada sesuatu perbuatan yang diperbuat oleh mukallaf ( bersalahan dengan hukum Syari'e ).
Pengertian 'Aqal :
Adalah 'Aqal itu satu sifat yang dijadikan Allah s.w.t. pada manusia sehingga dengan itu manusia berbeza dengan haiwan. Maka dengannya boleh menerima ilmu Nazhariyyah ( Ilmu yang berkehendakkan berfikir ) dan boleh mentadbirkan segala pekerjaan dengan fikiran yang halus dan daripadanya tempat lahirnya berbagai-bagai manafaat dan kebahagiaan kepada manusia.
Dan aqal itu berhajat kepada undang-undang Syarak dan undang-undang Syarak juga tidak boleh berjalan mengikut yang dikehendaki melainkan berhajat kepada 'aqal. Dan di antara keduanya berhajat antara satu dengan yang lain ( ' Aqal berhajat kepada Syarak dan Syara' berhajat kepada 'Aqal ) .
Bahagian Hukum 'Aqal :
Adalah hukum 'aqal itu terbahagi kepada tiga :
1) Wajib 'Aqli iaitu perkara yang tiada diterima 'aqal akan tiadanya, hakikatnya mesti menerima ada.Yang demikian wajib bagi Allah s.w.t. bersifat qidam maka maksudnya ialah mesti ada Allah s.w.t bersifat qidam.
2) Mustahil 'Aqli iaitu perkara yang tidak diterima 'aqal akan adanya , hakikatnya mesti tiada . Yang demikian mustahil Allah s.w.t. bersifat baharu maka maksudnya tidak sekali-kali Allah s.w.t. itu bersifat baharu.
3) Harus 'Aqli iaitu perkara yang diterima 'aqal adanya dan tiadanya, maka hakikatnya boleh menerima ada dan tiada seperti keadaan seseorang itu adakalanya boleh bergerak atau diam.
Bahagian Wajib 'Aqli :
Adalah wajib 'aqli terbahagi dua :
1) Wajib 'aqli Dharuri - Iaitu menghukumkan sesuatu itu tetap adanya dengan tiada berkehendak kepada bahasan dan kenyataan seperti menghukumkan satu itu tetap separuh daripada dua .
2) Wajib 'aqli Nazhari - Iaitu menghukumkan suatu itu tetap adanya dengan berkehendak kepada fikiran dan bahasan serta mendatang- kan dalil-dalil atas ketetapan hukumnya itu seperti menghukumkan wajib adanya Allah s.w.t. yang menjadikan alam ini berserta dengan bahasan dan dalil-dalilnya.
Bahagian Mustahil 'Aqli :
Adalah Mustahil 'Aqli terbahagi dua :
1) Mustahil 'Aqli Dharuri - Iaitu menghukumkan suatu itu tetap tiada Berkehendak kepada bahasan dan mendirikan dalil seperti contoh menghukumkan tiada terima ;aqal satu itu separuh daripada tiga.
2) Mustahil 'Aqli Nazhari - Iaitu menghukumkan suatu itu tetap tiada Dengan berkehendak kepada fikiran dan bahasan serta mendatangkan dalil-dalil atas ketetapan hukumannya itu seperti menghukumkan tiada terima 'aqal ada yang mensyirik bagi Allah s.w.t. maka dengan itu 'aqal menghukumkan mustahil ada syirik bagi Allah s.w.t itu melainkan dengan diadakan bahasan dengan mendatangkan dalil.
Bahagian Harus 'Aqli :
Adalah Harus A'qli itu terbahagi dua :
1) Harus 'Aqli Dharuri - Iaitu menghukumkan sesuatu boleh terima ada dan tiada dengan tidak berkehendakkan bahasan dan mendatangkan dalil seperti menghukumkan keadaan seseorang itu adakalanya ia bergerak atau diam .
2) Harus 'Aqli Nazhari - Iaitu menghukumkan sesuatu boleh dijadikan atau tiada boleh dengan berkehendak kepada bahasan dan mendatangkan dalil-dalil seperti contoh memberikan ganjaran pahala kepada orang yang tidak beramal , maka 'aqal menghukumkan hal itu adalah harus melainkan dengan diadakan bahasan dan dalil-dalil yang menunjukkan harus pada Allah s.w.t. memberikan seperti itu .
Sesungguhnya setiap orang yang hendak mengenal Allah s.w.t. dan mengetahui sifat-sifatnya , maka wajiblah lebih dahulu ia mengetahui akan hukum 'aqal dan bahagiannya.
Pengertian Hukum 'Aqal :
Hukum ialah menetapkan suatu perkara kepada suatu perkara yang lain atau menafikan suatu perkara daripada perkara yang lain dengan tidak berkehendak kepada dicuba pada menetapkan sesuatu perkara itu ( Adat ) dan tidak tergantung kepada sesuatu perbuatan yang diperbuat oleh mukallaf ( bersalahan dengan hukum Syari'e ).
Pengertian 'Aqal :
Adalah 'Aqal itu satu sifat yang dijadikan Allah s.w.t. pada manusia sehingga dengan itu manusia berbeza dengan haiwan. Maka dengannya boleh menerima ilmu Nazhariyyah ( Ilmu yang berkehendakkan berfikir ) dan boleh mentadbirkan segala pekerjaan dengan fikiran yang halus dan daripadanya tempat lahirnya berbagai-bagai manafaat dan kebahagiaan kepada manusia.
Dan aqal itu berhajat kepada undang-undang Syarak dan undang-undang Syarak juga tidak boleh berjalan mengikut yang dikehendaki melainkan berhajat kepada 'aqal. Dan di antara keduanya berhajat antara satu dengan yang lain ( ' Aqal berhajat kepada Syarak dan Syara' berhajat kepada 'Aqal ) .
Bahagian Hukum 'Aqal :
Adalah hukum 'aqal itu terbahagi kepada tiga :
1) Wajib 'Aqli iaitu perkara yang tiada diterima 'aqal akan tiadanya, hakikatnya mesti menerima ada.Yang demikian wajib bagi Allah s.w.t. bersifat qidam maka maksudnya ialah mesti ada Allah s.w.t bersifat qidam.
2) Mustahil 'Aqli iaitu perkara yang tidak diterima 'aqal akan adanya , hakikatnya mesti tiada . Yang demikian mustahil Allah s.w.t. bersifat baharu maka maksudnya tidak sekali-kali Allah s.w.t. itu bersifat baharu.
3) Harus 'Aqli iaitu perkara yang diterima 'aqal adanya dan tiadanya, maka hakikatnya boleh menerima ada dan tiada seperti keadaan seseorang itu adakalanya boleh bergerak atau diam.
Bahagian Wajib 'Aqli :
Adalah wajib 'aqli terbahagi dua :
1) Wajib 'aqli Dharuri - Iaitu menghukumkan sesuatu itu tetap adanya dengan tiada berkehendak kepada bahasan dan kenyataan seperti menghukumkan satu itu tetap separuh daripada dua .
2) Wajib 'aqli Nazhari - Iaitu menghukumkan suatu itu tetap adanya dengan berkehendak kepada fikiran dan bahasan serta mendatang- kan dalil-dalil atas ketetapan hukumnya itu seperti menghukumkan wajib adanya Allah s.w.t. yang menjadikan alam ini berserta dengan bahasan dan dalil-dalilnya.
Bahagian Mustahil 'Aqli :
Adalah Mustahil 'Aqli terbahagi dua :
1) Mustahil 'Aqli Dharuri - Iaitu menghukumkan suatu itu tetap tiada Berkehendak kepada bahasan dan mendirikan dalil seperti contoh menghukumkan tiada terima ;aqal satu itu separuh daripada tiga.
2) Mustahil 'Aqli Nazhari - Iaitu menghukumkan suatu itu tetap tiada Dengan berkehendak kepada fikiran dan bahasan serta mendatangkan dalil-dalil atas ketetapan hukumannya itu seperti menghukumkan tiada terima 'aqal ada yang mensyirik bagi Allah s.w.t. maka dengan itu 'aqal menghukumkan mustahil ada syirik bagi Allah s.w.t itu melainkan dengan diadakan bahasan dengan mendatangkan dalil.
Bahagian Harus 'Aqli :
Adalah Harus A'qli itu terbahagi dua :
1) Harus 'Aqli Dharuri - Iaitu menghukumkan sesuatu boleh terima ada dan tiada dengan tidak berkehendakkan bahasan dan mendatangkan dalil seperti menghukumkan keadaan seseorang itu adakalanya ia bergerak atau diam .
2) Harus 'Aqli Nazhari - Iaitu menghukumkan sesuatu boleh dijadikan atau tiada boleh dengan berkehendak kepada bahasan dan mendatangkan dalil-dalil seperti contoh memberikan ganjaran pahala kepada orang yang tidak beramal , maka 'aqal menghukumkan hal itu adalah harus melainkan dengan diadakan bahasan dan dalil-dalil yang menunjukkan harus pada Allah s.w.t. memberikan seperti itu .
pengantar belajar ilmu tauhid (bersambung)
Mabadi ( penahuluan ) Ilmu Tauhid
Perkataan ' Mabadi ' itu bahasa Arab jama' daripada perkataan mabda' Bererti : Punca , mula terbit . Maksudnya keterangan yang ringkas atau tujuan sesuatu ilmu sebelum membaca atau belajar ilmu itu. Disebut juga Pembukaan pendahuluan sesuatu ilmu. Adalah Mabadi ilmu tauhid itu sepuluh perkara :
1) Nama ilmu ini :
Iaitu dinamakan Ilmu Tauhid , Ilmu Kalam , Ilmu Usuluddin, Ilmu 'Aqaid, Ilmu sifat dan Al-Iman.
2) Sumber
Iaitu diterbitkan daripada Al-Quraan dan Al-Hadith.
3) Kandungannya :
Iaitu mengandungi pengetahuan dari hal membahaskan ketetapan pegangan, kepercayaan kepada Allahdan kepada rasul-rasulnya daripada beberapa simpulan atau ikatan kepercayaan dengan segala dalil-dalil supaya diperolehi I'ktikad yang yakin, kepercayaan yang putus yang mana ia akan menaikkan perasaan bekerja dan beramal menurut bagaimana kepercayaan tersebut.
4) Maudhu’ (poko0k bahasan)
Pertama : Pada zat Allah Ta'ala dari segi sifat-sifat yang wajib bagiNya, Sifat-sifat yang mustahil atasNya dan sifat yang harus padaNya.
Kedua : Pada zat Rasul-rasul dari segi sifat-sifat yang wajib bagiNya, Sifat-sifat yang mustahil atasNya dan sifat yang harus padanya.
Ketiga : Pada segala kejadian dari segi jirim-jirim dan aradh-aradh yang mana menjadi dalil dan bukti atas wujud yang menjadikannya.
Keempat : Pada segala pegangan dan kepercayaan dengan kenyataan yang didengar daripada perkhabaran Rasulullah seperti hal-hal perkara ghaib contohnya arash , syurga , mahsyar ,neraka dan lain-lain tentang hari Qiamat.
5) Tujuan Ilmu Tauhid :
Iaitu dapat mengenal Allah s.w.t. dan percayakan rasul serta mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat yang kekal.
6) Tempat ilmu Tauhid dengan ilmu-ilmu yang lain :
Ilmu yang merangkumi ilmu asas di dalam ajaran Islam dan yang paling utama sekali.
7) Pioner
Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi. Dan orang yang pertama menerima ilmu Tauhid daripada Allah Ta'ala ialah nabi Adam a.s. dan yang akhir sekali ialah Saidina Muhammad s.a.w.
8) Hukumnya :
Iaitu fardhu A'in atas tiap-tiap orang mukallaf lelaki atau perempuan mengetahui sifat-sifat Allah s.w.t. dengan cara ijmal ( ringkas ) dan dengan cara tafsil ( huraian atau satu persatu ) berserta dengan dalil ijmal . Adapun mengetahui dalil tafsil itu fardhu kifayah .
9) Keutaannya
Iaitu semulia-mulia dan setinggi-tinggi ilmu daripada ilmu-ilmu yang lain kerana menurut hadith Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud :
" Sesungguhnya Allah s.w.t. tidak memfardhukan sesuatu yang terlebih afdhal daripada mengEsakan Allah dan ada sesuatu itu terlebih afdhal daripadanya ,nescaya tetaplah telah difardhukan ke atas MalaikatNya padahal setengah daripada Malaikat-malaikat itu ada yang rukuk selama-lamanya dan setengahnya ada yang sujud selama-lamanya."
( Riwayat Hakim )
10) Manfaat
Iaitu dapat membezakan di antara 'aqaid dan kepercayaan yang sah dengan yang batil.
Perkataan ' Mabadi ' itu bahasa Arab jama' daripada perkataan mabda' Bererti : Punca , mula terbit . Maksudnya keterangan yang ringkas atau tujuan sesuatu ilmu sebelum membaca atau belajar ilmu itu. Disebut juga Pembukaan pendahuluan sesuatu ilmu. Adalah Mabadi ilmu tauhid itu sepuluh perkara :
1) Nama ilmu ini :
Iaitu dinamakan Ilmu Tauhid , Ilmu Kalam , Ilmu Usuluddin, Ilmu 'Aqaid, Ilmu sifat dan Al-Iman.
2) Sumber
Iaitu diterbitkan daripada Al-Quraan dan Al-Hadith.
3) Kandungannya :
Iaitu mengandungi pengetahuan dari hal membahaskan ketetapan pegangan, kepercayaan kepada Allahdan kepada rasul-rasulnya daripada beberapa simpulan atau ikatan kepercayaan dengan segala dalil-dalil supaya diperolehi I'ktikad yang yakin, kepercayaan yang putus yang mana ia akan menaikkan perasaan bekerja dan beramal menurut bagaimana kepercayaan tersebut.
4) Maudhu’ (poko0k bahasan)
Pertama : Pada zat Allah Ta'ala dari segi sifat-sifat yang wajib bagiNya, Sifat-sifat yang mustahil atasNya dan sifat yang harus padaNya.
Kedua : Pada zat Rasul-rasul dari segi sifat-sifat yang wajib bagiNya, Sifat-sifat yang mustahil atasNya dan sifat yang harus padanya.
Ketiga : Pada segala kejadian dari segi jirim-jirim dan aradh-aradh yang mana menjadi dalil dan bukti atas wujud yang menjadikannya.
Keempat : Pada segala pegangan dan kepercayaan dengan kenyataan yang didengar daripada perkhabaran Rasulullah seperti hal-hal perkara ghaib contohnya arash , syurga , mahsyar ,neraka dan lain-lain tentang hari Qiamat.
5) Tujuan Ilmu Tauhid :
Iaitu dapat mengenal Allah s.w.t. dan percayakan rasul serta mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat yang kekal.
6) Tempat ilmu Tauhid dengan ilmu-ilmu yang lain :
Ilmu yang merangkumi ilmu asas di dalam ajaran Islam dan yang paling utama sekali.
7) Pioner
Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi. Dan orang yang pertama menerima ilmu Tauhid daripada Allah Ta'ala ialah nabi Adam a.s. dan yang akhir sekali ialah Saidina Muhammad s.a.w.
8) Hukumnya :
Iaitu fardhu A'in atas tiap-tiap orang mukallaf lelaki atau perempuan mengetahui sifat-sifat Allah s.w.t. dengan cara ijmal ( ringkas ) dan dengan cara tafsil ( huraian atau satu persatu ) berserta dengan dalil ijmal . Adapun mengetahui dalil tafsil itu fardhu kifayah .
9) Keutaannya
Iaitu semulia-mulia dan setinggi-tinggi ilmu daripada ilmu-ilmu yang lain kerana menurut hadith Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud :
" Sesungguhnya Allah s.w.t. tidak memfardhukan sesuatu yang terlebih afdhal daripada mengEsakan Allah dan ada sesuatu itu terlebih afdhal daripadanya ,nescaya tetaplah telah difardhukan ke atas MalaikatNya padahal setengah daripada Malaikat-malaikat itu ada yang rukuk selama-lamanya dan setengahnya ada yang sujud selama-lamanya."
( Riwayat Hakim )
10) Manfaat
Iaitu dapat membezakan di antara 'aqaid dan kepercayaan yang sah dengan yang batil.
Selasa, 05 Oktober 2010
tawdduk.......
Kerendahan hati dan ketenangan adalan sebuah tampilan
Sedangkan kesombongan dan kegelisahan adalan se tampilan yang lain
Jadi bila memilih ingin tenang
Pilihlah kerendahan hatii…adab asor, tawadduk.
Sedangkan kesombongan dan kegelisahan adalan se tampilan yang lain
Jadi bila memilih ingin tenang
Pilihlah kerendahan hatii…adab asor, tawadduk.
komentar bijak
Komentar spontan kita mungkin hanya sepatah kata
Tetapi jika tidak bijak
dapat melukai hati dan
Menimbulkan kebencian yang mendalam
Oleh itu
Berhati hatilah dengan kebiasaan yang satu ini
Tetapi jika tidak bijak
dapat melukai hati dan
Menimbulkan kebencian yang mendalam
Oleh itu
Berhati hatilah dengan kebiasaan yang satu ini
kata mutiara
Tiga sifat manusia yang merusak adalah : kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan. ~ Nabi Muhammad Saw Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah.
Langganan:
Komentar (Atom)