Cari Blog Ini

Minggu, 18 Desember 2016

memahami makna kesadaran

BEDANYA TUH DISINI…… X ya……………..
Sewaktu usia balita, kita melihat kawan wanita, kita tidak mempunyai kesadaran lain selain hanya sekedar teman bermain. Maksud ku, kita tidak sadar kalau si cewek itu satu makhluk Tuhan yang bisa dinikmati dalam perihal seksual . Tetapi sesudah kita akil baligh semua kesadaran tentang cewek terbuka. Kita melihat cewek tidak lagi sekedar teman main, lebih dari itu. Bahkan hati dan perasaan kita turut bermain dan dimainkan di dalam rasa-rasa lain terhadap cewek. Ketika kecil dan sesudah dewasa sama-sama melihat cewek rasa sadarnya sudah berbeda. Pada kausus ini ketika kecil dan sesudah dewasa sama-sama melihat cewek, tetapi rasa sadarnya sudah berbeda. Demikian halnya dengan paraara salik sobat kita yang sudah memiliki SADAR ALLAH, sobat sobat kita yang sudah sampai SADAR ALLAH , Tidak jauh seperti itu, mereka itu menyaksikan hal yang sama seperti yang kita saksikan. Kalau kita menyaksikan batu, mereka juga menyaksikan batu. Kalau kita menyaksikan alam semesta, mereka juga menyaksikan alam semesta. Kalau kita menyaksikan duit, yang disaksikan para salik itu juga duit, tidak ada yang beda. Kalaukita bergumul dengan manusia, mereka juga demikian bergumul dengan manusia mereka tidak pernah seperti Adam atau Dewa Narada, mereka tidak pernah berkunjung ke Lauh Mahfūzh, lalu di Lauh Mahfūzh mereka satu majlis dengan Tuhan, minum kopi bersama dan makan siang bersama, lalu mereka turun lagi ke bumi dengan membawa berita-berita langit. Hanya saja mereka itu, menyaksikan dan bergumul dengan alam semesta yang sama dengan kita, dengan "kesadarannya" yang berbeda. Kita menyaksikan duit mungkin dengan kesadaran sebagai kekayaan, mereka itu menyadarinya sebagai kemiskinan. Kita menyaksikan batu kita menyadarinya sebagai bahan bangunan, mereka itu menyadarinya sebagai getaran-getaran transendence yang sangat halus yang batu –batu tersebut sama-sama sedang mengabdi dan berzikir kepada Tuhan.kita menyadari bencana alam sekedar sebagai fenomena alam, mereka itu menyadari sebagai prilaku dan emosi Tuhan. Jadi antara kita dan para mereka itu sama hanya beda"sadar", persis seperti kesadaran kita melihat cewek waktu kecil dan sesudah dewasa.\mbah yayin

Sabtu, 17 Desember 2016

Nasehat bagi orang lalai



Nasehat Ibnu ‘Atha illah Askandar







“Jika engkau telah berusia empat puluh tahun, maka segeralah untuk memperbanyak amal shaleh siang maupun malam. Sebab, waktu pertemuanmu dengan Allah ‘Azza wa Jalla semakin dekat. Ibadah yang kau kerjakan saat ini tidak mampu menyamai ibadah seorang pemuda yang tidak menyia-nyiakan masa mudanya. Bukankah selama ini kau sia-siakan masa muda dan kekuatanmu. Andaikata saat ini kau ingin beramal sekuat-kuatnya, tenagamu sudah tidak mendukung lagi.
Oleh karena itu beramallah sesuai kekuatanmu. Perbaikilah masa lalumu dengan banyak berdzikir, sebab tidak ada amal yang lebih mudah dari dzikir. Dzikir dapat kamu lakukan ketika berdiri, duduk, berbaring maupun sakit. Dzikir adalah ibadah yang paling mudah.
Rasulullah saw bersabda :
وليكن لسانك رطبا بذكر اللّه
Dan hendaklah lisanmu basah dengan berdzikir kepada Allah swt.
Bacalah secara berkesinambungan doa’ dan dzikir papa pun yang mudah bagimu. Pada hakikatnya engkau dapat berdzikir kepada Allah swt adalah karena kebaikannya. Ia akan mengaruniamu…..
“Ketahuilah, sebuah umur yang awalnya disia-siakan, seyogyanya sisanya dimanfaatkan. Jika seorang ibu memiliki sepuluh anak dan sembilan diantaranya meninggal dunia. Tentu ia akan lebih mencintai satu-satunya anak yang masih hidup itu. Kamu telah menyia-nyiakan sebagian besar umurmu, oleh karena itu jagalah sisa umurmu yang sangat sedikit itu.
Demi Allah, sesungguhnya umurmu bukanlah umur yang dihitung sejak engkau lahir, tetapi umurmu adalah umur yang dihitung sejak hari pertama engkau mengenal Allah swt.
“seseorang yang telah mendekati ajalnya ( berusia lanjut ) dan ingin memperbaiki segala kekurangannya di masa lalu, hendaknya dia banyak membaca dzikir yang ringkas tetapi berpahala besar. Dzikir semacam itu akan membuat sisa umur yang pendek menjadi panjang, seperti dzikir yang berbunyi :

Maha suci Allah yang Maha Agung dan segala puji bagi-Nya, ( kalimat ini kuucapkan ) sebanyak jumlah ciptaan-Nya, sesuai dengan yang ia sukai, seberat timbangan Arsy-Nya dan setara dengan jumlah kata-kata-Nya.
Jika sebelumnya kau sedikit melakukan shalat dan puasa sunah, maka perbaikilah kekuranganmu dengan banyak bershalawat kepada Rasulullah saw. Andaikata sepanjang hidupmu engkau melakukan segala jenis ketaatan dan kemudian Allah swt bershalawat kepadamu sekali saja, maka satu shalawat Allah ini akan mengalahkan semua amalmu itu. Sebab, engkau bershalawat kepada Rasulullah sesuai dengan kekuatanmu, sedangkan Allah swt bershalawat kepadamu sesuai dengan kebesaran-Nya. Ini jika Allah swt bershalawat kepadamu sekali, lalu bagaimana jika Allah swt membalas setiap shalawatmu dengan sepuluh shalawat sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah Hadits Shahih?
Betapa indah hidup ini jika kau isi dengan ketaatan kepada Allah swt, dengan berdzikir kepada-Nya dan bershalawat kepada Rasulullah saw.”
“Orang yang menggunakan masa sehatnya untuk bermaksiat kepada Allah swt adalah seperti seorang anak yang mendapat warisan dari ayahnya sebesar seribu dinar, kemudian ia gunakan semua uang itu untuk membeli ular dan kalajengking yang sangat berbisa yang kemudian mengelilingi dan menggigitnya. Bukankah ular dan kalajengking tersebut akan membunuhnya?
Kamu gunakan masa sehatmu untuk bermaksiat kepada Allah swt, maka nilaimu adalah seperti burung pemakan bangkai yang terbang berkeliling mencari bangkai, dimana pun ia dapatkan, maka ia segera mendarat.
Jadilah seperti tawon, kecil tetapi memiliki cita-cita yang mulia. Ia hisap wewangian dan ia produksi madu yang enak.
Engkau sudah terlalu lama bergelimang kemaksiatan, kini terjunlah ke dalam hal-hal yang dicintai Allah ‘Azza wa Jalla.
Telah kujelaskan hakikat permasahan ini kepadamu, tetapi orang yang lalai tidak akan sadar meskipun memperoleh berbagai rencana. Sebab wanita yang kurang waras akalnya ketika putranya mati, ia justru tertawa. Begitu pula dirimu, engkau tinggalkan shalat malam, puasa sunah dan berbagai amal shaleh lain yang dapat kau kerjakan dengan seluruh anggota tubuhmu, tetapi tidak sedikitpun engkau merasa sakit. Kelalaian telah membunuh hatimu. Orang hidup akan merasa sakit ketika tertusuk jarum, akan tetapi, sesosok mayat tidak akan merasa sakit meskipun tubuhnya di potong-potong dengan sebilah pedang.
Saat ini hatimu sedang mati, karena itu duduklah di majelis yang penuh hikmah,sebab, di dalamnya terdapat hembusan karunia dari surga. Hembusan karunia itu dapat kamu temukan di rumahmu, di perjalananmu. Jangan tinggalkan majelis hikmah ( majelis ilmu ), andaikata dirimu masih melakukan banyak maksiat, jangan berkata :
Apa manfaatnya aku datang ke majelis ilmu, sedangkan aku senantiasa bermaksiat dan tidak mampu meninggalkannya.
Akan tetapi, lepaskan busur panahmu selalu, jika hari ini tidak tepat sasaran, bisa jadi besok tepat sasaran.”
“Engkau hendaknya berpikir untuk melakukan amal sebaik mungkin, bukan sebanyak mungkin. Banyak amal jika tidak dilakukan dengan baik adalah seperti pakaian yang banyak jumlahnya, tetapi harganya murah harganya. Sedangkan sedikit amal tetapi berkualitas ( dikerjakan dengan baik ) adalah seperti sedikit pakaian tetapi mahal harganya.
Amal yang berkualitas ( dikerjakan dengan baik ) adalah seperti sebuah intan berlian, kecil bentuknya tetapi mahal harganya. Orang yang menjadikan hatinya selalu ingat kepada Allah swt dan berjuang untuk melindungi hatinya dari pengaruh hawa nafsu, maka itu lebih utama daripada banyak melakukan shalat dan puasa sunah ( tetapi hatinya dikuasai hawa nafsu ).
Orang yang melakukan shalat dengan hati lalai adalah seperti seseorang yang menghadiahkan seratus peti kosong kepada seorang raja, tentunya sang raja akan marah dan selalu mengingat perbuatan buruknya ini.
Sedangkan orang yang shalat dengan hati yang hadir ( khusyuk ), adalah seperti seorang yang menghdiahkan sebutir intan berlian seratus dinar kepada seorang raja, sang raja pun akan mengingat dan memujinya selalu.”
“suatu perbuatan paling berbahaya yang harus kamu waspadai adalah dosa-dosa kecil. Sebab, ketika berbuat dosa besar, engkau menyadari bahayanya dan segera bertobat. Tetapi, terhadap dosa-dosa kecil, engkau seringkali meremehkannya dan tidak bertobat darinya. Engkau seperti seorang diselamatkan oleh Allah swt dari kejaran seekor harimau ( pemisalan dosa besar ), tetapi kemudian bertemu dan diterkam oleh lima puluh ekor srigala ( pemisalan dosa kecil ).
Allah Ta’ala mewahyukan :

Kalian menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah swt adalah besar. ( An-Nur, 24 : 15 ).
Dosa besar jika disandarkan pada kemurahan Allah swt menjadi kecil. Sedangkan dosa-dosa kecil jika kau lakukan secara terus-menerus menjadi dosa besar. Racun meskipun sedikit mampu membunuh. Dosa kecil itu ibarat percikan-percikan api. Percikan api kadang mampu membakar sebuah kota. Dan pada hakikatnya api yang berkobar berasal dari percikan-percikan api kecil.”
“Ukurlah dirimu dengan shalat. Jika ketika shalat engkau tidak memikirkan segala sesuatu selain Allah swt, maka berbahagialah. Tetapi, jika tidak demikian, maka tangisilah dirimu setiap kali kau gerakkan kakimu menuju shalat.
Pernahkah engkau melihat seorang kekasih tidak ingin bertemu kekasihnya? Allah Ta’ala mewahyukan :

Sesungguhnya shalat akan mencegah dari ( perbuatan-perbuatan ) keji dan mungkar.
( Al-Ankabut, 29 : 45 )
Barangsiapa ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah swt, maka ia perhatikan bagaimana shalatnya, ia kerjakan dengan tenang dan khusyuk, atau dengan tergesa-gesa dan lalai. Jika shalat tersebut ternyata kau lakukan dengan lalai dan tergesa-gesa, maka taburkanlah pasir ke wajahmu.
Seseorang yang duduk bersama penjual parfum akan mencium aroma wanginya. Sedangkan shalat adalah sebuah ibadah yang seakan-akan kita sedang duduk bersama Allah swt. Jika engkau duduk bersama Allah swt, tetapi tidak memperoleh apa-apa, itu tandanya dalam hatimu terdapat penyakit, entah itu kesombongan, berbangga diri atau ketidak sopanan.
Allah swt mewahyukan :

Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. ( Al-A’raf, 7 : 146 ).
Selepas shalat ia tidak pantas bergegas ( tergesa-gesa ) untuk meninggalkan tempat shalatnya. Akan tetapi, hendaknya dia berdzikir kepada Allah swt dan beristigfar memohon ampun kepada-Nya atas segala kekurangan yang ia lakukan di dalam shalatnya. Berapa banyak shalat yang tidak layak untuk diterima Allah swt, tetapi setelah engkau beristigfar memohon ampun kepada-Nya atas shalat tersebut, Allah swt kemudian menerimanya. Dahulu Rasulullah saw selepas shalat beristigfar sebanyak tiga kali.”
“Sesungguhnya orang yang bermaksiat kepada Allah adalah dia yang tidak mengenal siksa-Nya, dan orang yang tidak taat kepada-Nya adalah dia yang tidak mengetahui pahala yang IA sediakan.
Andaikata mereka melihat siksa neraka, tentu mereka tidak akan lalai. Dan andaikata mereka melihat berbagai kenikmatan yang disediakan Allah swt bagi penghuni surga, tentu sekejap pun mereka tidak akan meninggalkan ibadah.”
“Jika engkau berteman dengan para pecinta dunia, mereka akan menyeretmu untuk mencintai dunia. Jika engkau berteman dengan para pecinta Akhirat, maka mereka akan membawamu untuk mencintai Allah swt.
Rasulullah saw bersabda :

Seseorang akan dikumpulkan sesuai dengan agama temannya, oleh karena itu, setiap orang dari kalian hendaknya memperhatikan siapa yang ia jadikan sebagai teman.
( HR. tirmidzi, Abu Daud dan Ahmad dengan matan berbeda ).
Sebagaimana ketika akan makan engkau memilih makanan yang enak dan tidak berbahaya dan juga ketika akan menikah kau pilih wanita cantik, maka ketika akan berteman pilihlah orang yang dapat menunjukkan kepadamu jalan menuju keridhaan Allah swt.
Ketahuilah, sesungguhnya kamu memiliki tiga teman :
1. Harta, ia akan meninggalkanmu saat kau mati.
2. Keluarga, mereka akan meninggalkanmu sendirian di dalam kubur.
3. Amal, ia tidak akan pernah meninggalkanmu.
Oleh karena itu, pilihlah teman yang tidak akan meninggalkanmu sendirian di dalam kubur dan akan akan selalu menghiburmu ( yaitu amal shaleh ).”
“Jika seorang hamba sombong, merasa mulia dan berbangga diri dengan ibadahnya, kemudian dia menuntut orang lain untuk memenuhi hak-haknya dan ia sendiri tidak berusaha memenuhi hak mereka, maka orang seperti ini dikhawatirkan akan meninggal dengan cara yang buruk ( Suul khatimah ), semoga Allah swt melindungi kita darinya.
Jika seorang hamba berbuat maksiat, tetapi engkau perhatikan dia menangis, sedih, hatinya hancur, merasa hina dan merendahkan diri kepada orang-orang yang shaleh, mengunjungi mereka dan mengakui dirinya penuh kesalahan, maka orang yang seperti ini memiliki peluang untuk meninggal dengan cara yang baik ( Husnul Khatimah ).”
“Jika kau ingin bermaksiat kepada Allah swt, maka lakukanlah di tempat dimana DIA tidak melihatmu dan dengan kekuatan yang tidak berasal dari-Nya, dan kedua hal ini mustahil dapat kamu lakukan, sebab semua yang kau gunakan untuk bermaksiat adalah nikmat-Nya.
Kau gunakan nikmat yang IA anugerahkan untuk bermaksiat kepada-Nya. Bahkan kau sangat ahli bermaksiat dalam berbagai bidang. Terkadang engkau menggunjing, terkadang mengadu domba dan terkadang memandang yang haram. Ibadah yang kau bangun selama tujuh puluh tahun kau robohkan dalam sekejap.
Hai penghancur ketaatan, Allah swt menjadikanmu miskin adalah agar kau berdoa’ dan memohon kepada-Nya.
Hai orang yang menenggelamkan nafsunya dalam berbagai keinginan jahat dan maksiat, andai saja kau beri nafsumu hal-hal yang mubah ( tidak berdosa dan tidak berpahala ).
Mengapa engkau tidak mencintai DIA yang ketika kau berbuat buruk kepada-Nya, justru memberimu berbagai nikmat dan bermurah kepadamu?”
“Jika ingin membersihkan air maka akan kau singkirkan segala hal yang dapat mengotorinya. Anggota tubuhmu ini seperti selokan-selokan yang bermuara ke hati. Karena itu jangan kau alirkan kotoran ke dalam hatimu, seperti pergunjingan, pengadu dombaan, ucapan yang buruk, pandangan yang haram dan lain sebagainya.
Hati akan bercahaya dengan memakan makanan halal, berdzikir, membaca Al-Qur’an dan menjaga mata dari pandangan yang tidak mendatangkan pahala, pandangan yang kurang disukai agama dan pandangan yang haram. Jangan biarkan matamu memandang sesuatu, kecuali jika pandangan itu menambah ilmu dan hikmahmu.”

MEMAHAMI MAKNA SURAT YASIN




Oleh Pandji Kiansantang
Selain Al Fatihah, Surat Yaasin adalah surat yang  paling banyak dibaca oleh masyarakat muslim Indonesia. Dapat dipastikan bahwa buku kecil “Surat Yaasin dan Terjemahannya” adalah buku yang paling banyak dicetak   di Indonesia dan tersebar luas di perkotaan maupun pedesaan. Sebagian masyarakat kita mengamalkan Surat Yaasin dengan dibaca secara berjemaah, khususnya dalam tahlilan (Uniknya kebiasaan membaca Surat Yaasiin secara berjamaah justru jarang ditemui di Timur Tengah).
Yang sebaiknya perlu kita ingat dalam mengamalkan Surat Yaasin :
1. Membacanya berulang kali tapi tidak pernah berusaha memahami artinya (padahal pada setiap buku Surat Yaasin ada terjemahannya) sama saja dengan  kita hanya meng-amalkan “kulitnya” tanpa faham “isinya”. Jadi fahamilah isi Surat Yaasin, sehingga kita tahu mengapa surat ini begitu  “istimewa”.
2. Surat Yaasin hanyalah sebagian kecil dari Al Qur’an yang penuh hikmah. Jadi pengamalan Al Qur’an  jangan hanya terbatas dengan mengamalkan surat Yaasin saja sehingga mengabaikan membaca dan mendalami ke-113 surat lainnya dalam Al Qur’an. Padahal sebenarnya semua ayat yang terkandung  dalam Al Qur’an  mengandung nilai-nilai yang berharga bagi kehidupan manusia. Yang harus kita imani adalah membaca surat dan ayat apapun dari Al Qur’an akan selalu membawa pahala dan berkah.
3. Jangan menjadikan Surat Yaasin – atau ayat apapun dalam Al Qur’an -- sebagai  “mantra” atau isim, yang diyakini dengan “ritual” (tatacara tertentu) “bertuah”  untuk mengabulkan berbagai keinginan, karena hal ini bisa menjerumuskan kita pada  praktek syiriq. Yakinilah, bukan bacaan atau tulisan suratnya yang “mustajab”,  tapi segala sesuatu  hanya bisa terjadi bila Allah mengizinkan atau mengabulkan doa kita.

Mungkin seumur hidup, kita telah ratusan kali membaca Surat Yasiin (bahkan ada yang sudah hafal di luar kepala), karena seringnya surat ini dibaca dalam berbagai kesempatan : Tahlilan, malam Jum’atan, menjenguk orang sakit, melawat orang yang meninggal (takziyah), ziarah kubur, membuka dan menutup majelis ta’lim, atau acara-acara lain yang dianggap penting. Tapi tahukah kita makna yang terkandung dari Surat yang “istimewa” ini ?

Dalam Kitab Suci Al Qur’an, Surat Yaasin merupakan surat ke-36 (dari 114 surat di Al Qur’an) dan masuk dalam Juz 22. Susunan penempatan Surat Yaasin dalam Al Qur’an berada di antara Surat ke-35 Faathiir (Pencipta) dan surat ke-37 Ash-Shaffaat (Yang bershaf-shaf).
Yaasin termasuk kelompok “surat-surat Makkiyah” karena diturunkan di Mekkah, dan diwahyukan sesudah surat Al Jiin.
Surat Yaasin terdiri dari 83 ayat. Dari jumlah ayatnya, Surat Yaa Siin termasuk kelompok Surat yang sedang jumlah ayatnya (antara 50 – 100 ayat).
Dinamakan “Yaasin” karena dimulai dengan huruf Yaasin”, yang arti katanya tidak pernah diterangkan oleh Allah maupun Rasulullah. Wallahu a'lam bishshawab. Hanya Allah yang mengetahuinya artinya (3 surat lain dalam Al Qur’an yang diberi nama sesuai huruf   di awal surat, seperti halnya Yaasin, adalah: Surat Thaahaa, S. Shaad, dan S. Qaaf)

Pokok-pokok isi Surat Yaasin :
1. Kisah perjuangan  pendakwah dan syuhada :
Sebagai pelajaran bagi penduduk Mekkah yang ketika itu menolak kenabian  Rasulullah, secara panjang lebar dalam ayat 13-29, dikisahkan penduduk suatu kota dalam menghadapi utusan yang menyeru pada agama Allah. Pada saat pendakwah itu diancam untuk dibunuh oleh penduduk kota yang ingkar, muncullah seorang penduduk kota yang telah beriman dan secara berani membela para pendakwah.
Orang pemberani ini akhirnya menjadi syuhada setelah dibunuh dengan kejam oleh kaumnya sendiri, dan oleh Allah dimasukkan ke dalam Surga. Ketulusan orang ini untuk menyelamatkan kaumnya terlihat dari ucapannya, yang bukan mengutuk kaumnya yang telah  membunuhnya tetapi justru mendoakan  mereka  (ayat 26-27). Di sini Allah memberikan contoh nyata jihad fi sabilillah, yaitu keberanian moral     pembela kebenaran (yang berani mengatakan “yang benar walau pahit”  dan “berkata yang benar terhadap  penguasa /  masyarakat yang zhalim”)  yang bila wafat berjuang di jalan Allah akan dan mendapat   jaminan masuk Surga.  Oleh karenanya sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa tokoh ini adalah  shahibu Yaasin (fokus Surat Yasin)


2. Pokok-pokok Keimanan (Aqidah), antara lain  :
· Allah bersumpah dengan Al Qur’an bahwa Muhammad
SAW benar-benar seorang rasul yang diutusNya kepada kaum yang belum pernah diutus kepada mereka rasul-rasul (yaitu bangsa Arab), seperti yang disebutkan dalam ayat 1-6.
· Manusia jangan “menyembah (mempertuhankan) syaithan karena mereka adalah musuh yang nyata  (ayat 60-62)
·  Kekuasaan Allah membangkitkan manusia di hari Kebangkitan (ayat 51-59) dimana penghuni Surga  akan memperoleh kebahagiaan yang kekal. Ayat Salaamun, qaulam mir rabbir rahim” (Kepada penghuni Surga, dikatakan “Salam” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang”), merupakan kata terindah dalam Surat Yaasin karena merupakan dambaan bagi semua muslim yang
sudah wafat untuk mendapat salam dari Allah SWT di Surga.

3. Tanda-tanda Kekuasaan Allah yang mengungkapkan sebagian “rahasia alam semesta” agar manusia  beriman pada kebesaran Allah dan bersyukur atas karuniaNya. Kandungan Surat Yaasin ini sarat dengan ilmu pengetahuan karena sepanjang ayat 33-50 terdapat sejumlah “hikmah pelajaran” bagi mereka  yang mau menggunakan akal (mengkajinya secara mendalam) :
 ·Maha suci Tuhan yang  yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,  baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang mereka tidak  ketahui” (ayat 36)
·Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan (melampaui) bulan dan  malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”   (ayat 40)
·Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya (tua pikun) niscaya Kami kembalikankan dia  kepada  kejadiannya (seperti bayi yang baru lahir yang lemah dan tidak tahu apa-apa). Maka apakah  mereka  tidak memikirkan? (ayat 68)

4. Mengingat Mati
“Ajal pasti tiba” dan bisa datang pada siapa saja – tua atau muda -- tanpa diketahui waktunya. Banyak ayat  dalam Surat Yaasin membicarakan tentang kematian dan Hari Berbangkit. Tujuannya agar manusia mau ingat mati sehingga lebih mendekatkan diri pada agama. Pemahaman pada makna Surat Yasiin ini seharusnya menyadarkan kita tentang  kematian dan Hari Kiamat, sehingga menggugah kita untuk lebih banyak beribadat dan beramal saleh serta  bertaubat sebelum terlambat.

Jadi seharusnya, dengan banyak membaca Surat Yaasin, kita makin mempersiapkan “bekal” kita di kehidupan  mendatang. Dengan demikian, Surat Yaasin, bukan hanya bermanfaat dibacakan pada orang yang sudah meninggal, tapi terlebih lagi bagi kita yang masih hidup untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari!