Cari Blog Ini

Senin, 25 Juli 2011

Tanda Seseorang Cinta Kepada Allah

Cinta adalah sebuah kata yang memiliki sejuta makna dari mereka yang sedang mengalaminya. Cinta lahir sebagai wujud kasih sayang Tuhan kepada makhluk-Nya. Jadi bisa dikatakan bahwa cinta itu anugerah dari Sang Maha Pecinta. Namun sudahkah kita cinta kepada Dzat yang memberikan anugerah cinta? Berikut ini adalah tanda-tanda dari seseorang yang cinta kepada Allah atas anugerah cinya yang dikaruniakanNya;


1. Katsrah Adz-Dzikir (banyak berdzikir)
Hadith : Dari Abu Darda ra berkata Rasulullah SAW bersabda : "Allah benar-benar akan membangkitkan segolongan manusia pada hari kiamat, di wajah mereka ada cahaya dan mereka berada di atas mimbar-mimbar dari mutiara. Mereka itu bukan para nabi dan syuhada tapi manusia iri kepadanya." Ada seorang arab yang berdiri di atas lututnya dan bertanya :"Wahai Rasulullah, beritahukanlah sifat-sifat mereka agar kami mengenal mereka." Beliau menjawab: "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, berasal dari kabilah yang berbeza, dari negeri yang berbeza, mereka berkumpul untuk berdzikir kepada Allah". (Riwayat Ath-Thabrani).

2. Al-I’jaab (kagum)
Dalam hubungan cinta kepada Allah, kita sentiasa mengagumi ke-Maha Besar-an Allah SWT misalnya lewat ciptaanNya yang beraneka ragam bentuk.

3. Ar-Ridhaa (rela)
Rela meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah dan menjalankan apa yang diperintahkanNya, meski itu tidak enak. Dan yakinlah bahwa apa yang dilarang Allah pasti ada sebabnya. Ciri cinta yang lain adalah ketika hati kita rela dengan yang dicintai dan juga rela berkorban bagi yang dicintainya. "Mereka bersumpah kepada kamu dengan (nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, padahal Allah dan rasul-Nya Itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang mukmin". (QS At Taubah :62)

4. At-Tadhhiyah (siap berkorban/pengorbanan)
Pengorbanan kita kepada Allah ditunjukkan dengan apa? Apakah kita sudah berqurban? Contoh kisah pengorbanan ini adalah kisah Nabi Ibrahim ketika diminta menyembelih anaknya Nabi Ismail. Sekarang kembali lagi kepada kita, sudahkah kita berkorban baik itu jiwa, raga maupun harta di jalan Allah. Karena mencintai Allah dan Rasul-Nya akan melahirkan sikap rela berkorban karena berkorban adalah konsekuensi dari rasa cinta kepada sesuatu. "Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya Karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya".(QS Al Baqarah:207)

5. Al-Khauf (takut)
Takut disini adalah takut hanya kepada Allah. Tidak ada yang lain.. Ketika menghadapi kemungkaran janganlah kita takut untuk menghadapinya. Takutlah hanya kepada Allah dan hadapilah itu baik dengan lisan maupun dengan tangan. Contoh lainnya adalah takut kepada Allah kerana mempunyai harapan agar mengabulkan doa kita dan kerananya kita senantiasa merasa cemas apakah Allah mengabulkan doa kita.

6. Ar-Rajaa (mengharap/ penuh harapan)
Cinta juga diwujudkan dalam bentuk mengharap kepada sesuatu yang dicintainya tersebut. Harapan kepada Allah melalui doa biasanya dilakukan kerana ada sesuatu keinginan yang perlu disampaikan kepada yang dicintai yaitu Allah. Misalnya adalah mengharap rizki yang cukup dan barokah.

7. Ath-Thaa’ah (mentaati)
Mentaati yang dicintai juga adalah bukti cinta kita kepada Allah SWT. Kecintaan kita kepada Allah haruslah membawa kita pada ketaatan kepada-Nya. Rela meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah dan menjalankan apa yang diperintahkanNya..

Di hatimu sendiri

Anakku...
Bahagiamu letaknya disini
Di hatimu sendiri
Bukan pada indah pemandangan ditatap mata
Bukan pada senandung merdu di dengar telinga
Bukan pada kelembutan yang dapat kau raba
Ia tak bisa dideteksi panca indra


Sebaliknya, anakku...
kala dihatimu bahagia
gurun pasir tak ubah taman berbunga
cacian dan makian serasa senandung belaka
semua yang kau sentuh terasa bak sutera


Bahagiamu dekat saja, nak...
Di hatimu sendiri
Tak perlu kau cari ia
Jauh-jauh disana...






- Karya nan indah Hubabah Halimah al-`Aydrus.

Kamis, 21 Juli 2011

KASYF MA’NAWI SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI

By wongalus

SEBAGAI PENGANTAR: SYEKH ABDUL QADIR JAILANI ADALAH SEORANG WALI ALLAH YANG MEMILIKI KEISTIMEWAAN YAITU KEDEKATANNYA DENGAN SANG PENCIPTA. SAKING DEKATNYA DIA DENGAN ALLAH SWT, MAKA DIA DIJULUKI PEMIMPIN PARA WALI ALLAH YANG ADA DI MUKA BUMI INI. HIDUPNYA BERTABUR KEAJAIBAN SEJAK BAYI HINGGA WAFAT. SEJARAH HIDUPNYA PENUH MIKJIZAT DAN KERAMAT. TIDAK MENGHERANKAN IA DIAKUI SEBAGAI PEMIMPIN WALI KERAMAT DALAM SEJARAH KEWALIAN. BAHKAN IBNU TAIMIYAH SENDIRI PERNAH MENYAKSIKAN BERBAGAI FENOMENA MUKJIZAT DALAM DIRI SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI.

KENAPA DIA DIBERI KAROMAH YANG BEGITU DAHSYAT? UNTUK MENGETAHUI KUNCINYA, DISINI AKAN DIPAPARKAN KARYA SYEKH ABDUL QODIR JAILANI RISALAH AL GHAUTSIYYAH. KARYA INI ADALAH SEBENTUK DIALOG BATINIAH ANTARA ALLAH SWT (DIA) DAN SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI (AKU), YANG DITERIMA MELALUI ILHAM QALBI DAN PENYINGKAPAN RUHANI (KASYF MA’NAWI).

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Sang Penghapus Duka. Shalawat atas manusia terbaik, Muhammad SAW. Berkatalah sang wali agung (Syekh Abdul Qadir Al Jailani), kepada ALLAH SWT.

Allah SWT Berkata : “Wahai wali agung!”
Aku menjawab : “Aku mendengar panggilan-Mu, Wahai Tuhannya si wali.”

Dia Berkata : “Setiap tahapan antara alam Naasut (ALAM MANUSIA) dan alam Malakut adalah syariat; setiap tahapan antara alam Malakut dan Jabarut adalah tarekat; dan setiap tahapan antara alam Jabarut dan alam Lahut adalah hakikat.”

Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai wali agung ! Aku tidak pernah mewujudkan Diri-Ku dalam sesuatu sebagaimana perwujudanKu dalam diri manusia.”

Lalu aku bertanya : “Wahai Tuhanku, apakah Engkau memiliki tempat ?”, Maka Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, Akulah Pencipta tempat, dan Aku tidak memiliki tempat.”

Lalu aku bertanya : “Wahai Tuhanku, apakah Engkau makan dan minum ?”, Maka Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, makanan dan minuman kaum fakir adalah makanan dan minuman-Ku.”

Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, dari apa Engkau ciptakan malaikat ?”. Dia Berkata kepadaku : “Aku Ciptakan malaikat dari cahaya manusia, dan Aku Ciptakan manusia dari cahaya-Ku.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, Aku Jadikan manusia sebagai kendaraan-Ku, dan Aku jadikan seluruh isi alam sebagai kendaraan baginya.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, betapa indahnya Aku sebagai Pencari ! Betapa indahnya manusia sebagai yang dicari ! Betapa indahnya manusia sebagai pengendara, dan betapa indahnya alam sebagai kendaraan baginya.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, manusia adalah rahasia-Ku dan Aku adalah Rahasianya. Jika manusia menyadari kedudukannya di sisi-Ku, maka ia akan berucap pada setiap hembusan nafasnya, ‘milik siapakah kekuasaan pada hari ini ?’.

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, tidaklah manusia makan sesuatu, atau minum sesuatu, dan tidaklah ia berdiri atau duduk, berbicara atau diam, tidak pula ia melakukan suatu perbuatan, menuju sesuatu atau menjauhi sesuatu, kecuali Aku Ada [Berperan] di situ, Bersemayam dalam dirinya dan Menggerakkannya.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, tubuh manusia, jiwanya, hatinya, ruhnya, pendengarannya, penglihatannya, tangannya, kakinya, dan lidahnya, semua itu Aku Persembahkan kepadanya oleh Diri-Ku, untuk Diri-Ku. Dia tak lain adalah Aku, dan Aku Bukanlah selain dia.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, jika engkau melihat seseorang terbakai oleh api kefakiran dan hancur karena banyaknya kebutuhan, maka dekatilah ia, karena tidak ada penghalang antara Diri-Ku dan dirinya.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, janganlah engkau makan sesuatu atau minum sesuatu dan janganlah engkau tidur, kecuali dengan kehadiran hati yang sadar dan mata yang awas.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, barangsiapa terhalang dari perjalanan-Ku di dalam batin, maka ia akan diuji dengan perjalanan lahir, dan ia tidak akan semakin dekat dari-Ku melainkan justru semakin menjauh dalam perjalanan batin.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, kemanunggalan ruhani merupakan keadaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Siapa yang percaya dengannya sebelum mengalaminya sendiri, maka ia telah kafir. Dan barang siapa menginginkan ibadah setelah mencapai keadaan wushul, maka ia telah menyekutukan Allah SWT.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, barangsiapa memperoleh kebahagiaan azali, maka selamat atasnya, dia tidak akan terhina selamanya. Dan barang siapa memperoleh kesengsaraan azali, maka celaka baginya, dia tidak akan diterima sama sekali setelah itu.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, Aku Jadikan kefakiran dan kebutuhan sebagai kendaraan manusia. Barangsiapa menaikinya, maka ia telah sampai di tempatnya sebelum menyeberangi gurun dan lembah.”

Lalu Dia Berkatak kepadaku : “Wahai wali agung, bila manusia mengetahui apa yang terjadi setelah kematian, tentu ia tidak menginginkan hidup di dunia ini. Dan ia akan berkata di setiap saat dan kesempatan, ‘Tuhan, matikan aku !’.

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, semua makhluk pada hari kiamat akan dihadapkan kepadaKu dalam keadaan tuli, bisu dan buta, lalu merasa rugi dan menangis. Demikian pula di dalam kubur.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, cinta merupakan tirai yang membatasi antara sang pencinta dan yang dicintai. Bila sang pencinta telah padam dari cintanya, berarti ia telah sampai kepada Sang Kekasih.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, Aku Melihat Ruh-ruh menunggu di dalam jasad-jasad mereka setelah ucapanNya, ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu ?’ sampai hari kiamat.”

Lalu sang wali berkata : “Aku melihat Tuhan Yang Maha Agung dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, barangsiapa bertanya kepadaKu tentang melihat setelah mengetahui, berrti ia terhalang dari pengetahuan tentang melihat. Barangsiapa mengira bahwa melihat tidak sama dengan mengetahui, maka berarti ia telah terperdaya oleh melihat Allah SWT.’

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, orang fakir dalam pandangan-Ku bukanlah orang yang tidak memiliki apa-apa, melainkan orang fakir adalah ia yang memegang kendali atas segala sesuatu. Bila ia berkata kepada sesuatu, ‘jadilah !’ maka terjadilah ia.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Tak ada persahabatan dan kenikmatan di dalam surga setelah kemunculan-Ku di sana, dan tak ada kesendirian dan kebakaran di dalam neraka setelah sapaan-Ku kepada para penghuninya.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, Aku Yang Paling Mulia di antara semua yang mulia, dan Aku Yang Paling Penyayang di antara semua penyayang.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, tidurlah di sisi-Ku tidak seperti tidurnya orang-orang awam, maka engkau akan melihatKu.” Terhadap hal ini aku bertanya : “Wahai Tuhanku, bagaimana aku tidur disisi-Mu ?”. Dia Berkata : “Dengan menjauhkan jasmani dari kesenangan, menjauhkan nafsu dari syahwat, menjauhkan hati dari pikiran dan perasaan buruk, dan menjauhkan ruh dari pandangan yang melalaikan, lalu meleburkan dzatmu di dalam Dzat.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, katakan kepada sahabatmu dan pencintamu, siapa di antara kalian yang menginginkan kedekatan dengan-Ku, maka hendaklah ia memilih kefakiran, lalu kefakiran dari kefakiran. Bila kefakiran itu telah sempurna, maka tak ada lagi apapun selain Aku.”

Lalu Dia Berkata : “Wahai wali agung, berbahagialah jika engkau mengasihi makhluk-makhluk-Ku, dan beruntunglah jika engkau memaaafkan makhluk-makhluk-Ku.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, katakan kepada pencintamu dan sahabatmu, ambillah manfaat dari do’a kaum fakir, karena mereka bersama-Ku dan Aku Bersama mereka.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, Aku Bersama segala sesuatu, Tempat Tinggalnya, Pengawasnya, dan kepada-Ku tempat kembalinya.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, jangan peduli pada surga dan apa yang ada di sana, maka engkau akan melihat Aku tanpa perantara. Dan jangan peduli pada neraka serta apa yang ada di sana, maka engkau akan melihat Aku tanpa perantara.”16

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, para penghuni surga disibukkan oleh surga, dan para penghuni neraka disibukkan oleh-Ku.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, sebagian penghuni surga berlindung dari kenikmatan, sebagaimana penghuni neraka berlindung dari jilatan api.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, barangsiapa disibukkan dengan selain Aku, maka temannya adalah sabuk [tanda kekafiran] pada hari kiamat.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, orang-orang yang dekat mencari pertolongan dari kedekatan, sebagaimana orang-orang yang jauh mencari pertolongan dari kejauhan.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, sesungguhnya Aku Memiliki hamba-hamba yang bukan nabi maupun rasul, yang kedudukan mereka tidak diketahui oleh siapapun dari penghuni dunia maupun penghuni akhirat, dari penghuni surga ataupun neraka, tidak juga malaikat Malik ataupun Ridwan, dan Aku Tidak Menjadikan mereka untuk surga maupun untuk neraka, tidak untuk pahala ataupun siksa, tidak untuk bidadari, istana maupun pelayan-pelayan mudanya. Maka beruntunglah orang yang mempercayai mereka meski belum mengenal mereka.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, engkau adalah salah satu dari mereka. Dan di antara tanda-tanda mereka di dunia adalah tubuh-tubuh mereka terbakar karena sedikitnya makan dan minum; nafsu mereka telah hangus dari syahwat, hati mereka telah hangus dari pikiran dan perasaan buruk, ruh-ruh mereka juga telah hangus dari pandangan yang melalaikan. Mereka adalah pemilik keabadian yang terbakar oleh cahaya perjumpaan [dengan Tuhan].”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, bila seseorang yang haus datang kepadamu di hari yang amat panas, sedangkan engkau memiliki air dingin dan engkau sedang tidak membutuhkan air, jika engkau menahan air itu baginya, maka engkau adalah orang yang paling kikir. Bagaimana Aku Menolak mereka dari rahmat-Ku padahal Aku Telah Menetapkan atas Diri-Ku, bahwa Aku Paling Pengasih di antara yang mengasihi.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, tak seorang pun dari ahli maksiat yang jauh dari-Ku, dan tak seorangpun dari ahli ketaatan yang dekat dari-Ku.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, bila seseorang dekat kepada-Ku, maka ia adalah dari kalangan maksiat, karena ia merasa memiliki kekurangan dan penyesalan.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, merasa memiliki kekurangan merupakan sumber cahaya, dan mengagumi cahaya diri sendiri merupakan sumber kegelapan.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, ahli maksiat akan tertutupi oleh kemaksiatannya, dan ahli taat akan tertutupi oleh ketaatannya. Dan Aku Memiliki hamba-hamba selain mereka, yang tidak ditimpa kesedihan maksiat dan keresahan ketaatan.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, sampaikan kabar gembira kepada para pendosa tentang adanya keutamaan dan kemurahan, dan sampaikan berita kepada para pengagum diri sendiri tentang adanya keadilan dan pembalasan.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, ahli ketaatan selalu mengingat kenikmatan, dan ahli maksiat selalu mengingat Yang Maha Pengasih.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, Aku Dekat dengan pelaku maksiat setelah ia berhenti dari kemaksiatannya, dan Aku Jauh dari orang yang taat setelah ia berhenti dari ketaatannya.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, Aku Menciptakan orang awam namun mereka tidak mampu memandang cahaya kebesaran-Ku, maka Aku Meletakkan tirai kegelapan di antara Diri-Ku dan mereka. Dan Aku Menciptakan orang-orang khusus namun mereka tidak mampu mendekati-Ku dan mereka sebagai tirai penghalang.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, katakan kepada para sahabatmu, siapa di antara mereka yang ingin sampai kepada-Ku, maka ia harus keluar dari segala sesuatu selain Aku.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, keluarlah dari batas dunia, maka engkau akan sampai ke akhirat. Dan keluarlah dari batas akhirat, maka engkau akan sampai kepada-Ku.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, keluarlah engkau dari raga dan jiwamu, lalu keluarlah dari hati dan ruhmu, lalu keluarlah dari hukum dan perintah, maka engkau akan sampai kepada-Ku.”

Maka aku bertanya : “Wahai Tuhanku, shalat sepert apa yang paling dekat dengan-Mu ?.” Dia Berkata : “Shalat yang di dalamnya tiada apapun kecuali Aku, dan orang yang melakukannya lenyap dari shalatnya dan tenggelam karenanya.”1

Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, puasa seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” Dia Berkata : “Puasa yang di dalamnya tiada apa pun selain Aku, dan orang yang melakukannya lenyap darinya.”

Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, amal apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” Dia Berkata : “Amal yang di dalamnya tiada apa pun selain Aku, baik itu [harapan] surga ataupun [ketakutan] neraka, dan pelakunya lenyap darinya.”

Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, tangisan seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” Dia Berkata : “Tangisan orang-orang yang tertawa.” Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, tertawa seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” Dia Berkata : “Tertawanya orang-orang yang menangis karena bertobat.” Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, tobat seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” Dia Menjawab : “Tobatnya orang-orang yang suci.” Lalu aku bertanya : “Wahai Tuhanku, kesucian seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” Dia Menjawab : “Kesucian orang-orang yang bertobat.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, pencari ilmu di mata-Ku tidak mempunyai jalan kecuali setelah ia mengakui kebodohannya, karena jika ia tidak melepaskan ilmu yang ada padanya, ia akan menjadi setan.”

Berkatalah sang wali agung : “Aku bertemu Tuhanku SWT dan aku bertanya kepada-Nya, ‘Wahai Tuhan, apa makna kerinduan [‘isyq] ?’, Dia Menjawab : ‘Wahai wali agung, [artinya] engkau mesti merindukan-Ku dan mengosongkan hatimu dari selain Aku.’” Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, jika engkau mengerti bentuk kerinduan maka engkau harus lenyap dari kerinduan, karena ia merupakan penghalang antara si perindu dan yang dirindukan.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, bila engkau berniat melakukan tobat, maka pertama kali engkau harus bertobat dari nafsu, lalu mengeluarkan pikiran dan perasaan buruk dari hati dengan mengusir kegelisahan dosa, maka engkau akan sampai kepada-Ku. Dan hendaknya engkau bersabar, karena bila tidak bersabar berarti engkau hanya bermain-main belaka.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, bila engkau ingin memasuki wilayah-Ku, maka hendaknya engkau tidak berpaling kepada alam mulk, alam malakut, maupun alam jabarut. Karena alam mulk adalah setannya orang berilmu, dan malakut adalah setannya ahli makrifat, dan jabarut adalah setannya orang yang sadar. Siapa yang puas dengan salah satu dari ketiganya, maka ia akan terusir dari sisi-Ku.”

Dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, perjuangan spiritual [mujahadah] adalah salah satu lautan di samudera penyaksian [musyahadah] dan tela dipilih oleh orang-orang yang sadar. Barangsiapa hendak masuk ke samudera musyahadah, maka ia harus memilih mujahadah, karena mujahadah merupakan benih dari musyahadah dan musyahadah tanpa mujahadah adalah mustahil. Barangsiapa telah memilih mujahadah, maka ia akan mengalami musyahadah, dikehendaki atau tidak dikehendaki.”

Dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, para pencari jalan spiritual tidak dapat berjalan tanpa mujahadah, sebagaimana mereka tak dapat melakukannya tanpa Aku.”

Dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, sesungguhnya hamba yang paling Ku Cintai adalah hamba yang mempunyai ayah dan anak tetapi hatinya kosong dari keduanya. Jika ayahnya meninggal, ia tidak sedih karenanya, dan jika anaknya pun meninggal, ia pun tidak gundah karenanya. Jika seorang hamba telah mencapai tingkat seperti ini, maka di sisi-Ku tanpa ayah dan tanpa anak, dan tak ada bandingan baginya.”

Dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, siapa yang tidak merasakan lenyapnya seorang ayah karena kecintaan kepada-Ku dan lenyapnya seorang anak karena kecintaan kepada-Ku, maka ia tak akan merasakan lezatnya Kesendirian dan Ketunggalan.”

Dia juga Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, bila engkau ingin memandang-Ku di setiap tempat, maka engkau harus memilih hati resah yang kosong dari selain Aku.” Lalu aku bertanya : “Tuhanku, apa ilmunya ilmu itu ?.” Dia Menjawab : “Ilmunya ilmu adalah ketidaktahuan akan ilmu.”

Dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, berbahagialah seorang hamba yang hatinya condong kepada mujahadah, dan celakalah bagi hamba yang hatinya condong kepada syahwat.”

Lalu aku bertanya kepada Tuhanku SWT tentang mi’raj. Dia Berkata : “Mi’raj adalah naik meninggalkan segala sesuatu kecuali Aku, dan kesempurnaan mi’raj adalah pandangan tidak berpaling dan tidak pula melampauinya [ QS 53 : 17].” Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, tidak ada shalat bagi orang yang tidak melakukan mi’raj kepada-Ku.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, orang yang kehilangan shalatnya adalah orang yang tidak mi’raj kepada-Ku.”

Selasa, 19 Juli 2011

Kesehatan dalam pandangan Islam

llah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

Jangan lupa langganan RSS Feed kita dan follow @ngajiyuk di Twitter yaa...

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al Maa’idah, 5: 3).

Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Sang Khalik-nya dan alam syurga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif1, harmonis, jelas dan logis. Salah satu kelebihan Islam yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah perihal perspektif Islam dalam mengajarkan kesehatan bagi individu maupun masyarakat.

“Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia” demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan menegakkan agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Allah berfirman:

”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman” (QS:Yunus 57).

Sehat menurut batasan World Health Organization adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rokhani, dan sosial sehingga umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan.

A.Kebersihan, membersihkan dan menyucikan diri

1. Tubuh: Islam memerintahkan mandi bagi umatnya karena 23 alasan dimana 7 alasan merupakan mandi wajib dan 16 alasan lainnya bersifat sunah.

2. Tangan: Nabi Muhammad SAW bersabda: “Cucilah kedua tanganmu sebelum dan sesudah makan “, dan ” Cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak seorang pun tahu dimana tangannya berada di saat tidur.”

3. Islam memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi.

4. Makanan dan minuman: Lindungilah makanan dari debu dan serangga, Rasulullah SAW sersabda: “Tutuplah bejana air dan tempat minummu ”

5. Rumah: “Bersihkanlah rumah dan halaman rumahmu” sebagaimana dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan keamanan jalan: “Menyingkirkan duri dari jalan adalah ibadah.”

6. Perlindungan sumber air, misalnya sumur, sungai dan pantai. Rasulullah melarang umatnya buang kotoran di tempat-tempat sembarangan.

Perintah-perintah Rasulullah SAW tersebut di atas memiliki makna bahwa kita harus menjaga kebersihan dan kesehatan agar terhindar dari berbagai infeksi saluran pencernaan.

B.Penanggulangan dan penanganan epidemi penyakit

1. Karantina penyakit: Nabi Muhammad SAW bersabda: “Jauhkanlah dirimu sejauh satu atau dua tombak dari orang yang berpenyakit lepra ”

2. Islam juga mengajarkan prinsip-prinsip dasar penanganan dan penanggulangan berbagai penyakit infeksi yang membahayakan masyarakat (misalnya wabah kolera dan cacar), “Janganlah engkau masuk ke dalam suatu daerah yang sedang terjangkit wabah, dan bila dirimu berada di dalamnya janganlah pergi meninggalkannya.”

3. Islam menganjurkan umatnya melakukan upaya proteksi diri (ikhtiar) dari berbagai penyakit infeksi, misalnya dengan imunisasi.

C. Makanan

1. Makanan yang diharamkan.

Firman Allah SWT :

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. 2. Al Baqarah, 2:173 )

Setiap makanan yang dilarang di dalam Al Quran ternyata saat ini memiliki argumentasi ilmiah yang dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan. Makanan yang diharamkan dapat mengganggu kesehatan manusia, baik pengaruh buruk bagi kesehatan (kolesterol, racun) maupun mengandung berbagai penyakit yang membahayakan tubuh (Trichina, Salmonella, cacing pita, dll.).

2. Makanan sehat dan halal:

Islam memerintahkan umatnya untuk makan makanan yang baik dan halal, misalnya daging, ikan, madu dan susu. Makanan-makanan yang baik dan halal bermanfaat bagi tubuh. Islam menolak paham vegetarian. Pola konsumsi yang hanya tergantung pada jenis sayuran belaka tidak sehat bagi tubuh karena kebutuhan protein tidak dapat tercukupi hanya dari konsumsi sayuran saja.

3. Menjaga perilaku muslim ketika makan:

Islam menegaskan kepada orang muslim untuk menjaga etika ketika makan. Allah memerintahkan kita untuk makan tidak berlebih-lebihan sedangkan Rasulullah SAW mengatakan bahwa “perut adalah seburuk-buruk tempat untuk diisi”. Sebagian besar penyakit bersumber dari perut. Oleh karenanya Maha Benar Allah SWT dalam Firman-Nya :

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”. (QS 4. An Nisaa’ : 79)

D. Olahraga

Islam menegaskan pentingnya olahraga untuk menciptakan generasi Rabbani yang kuat dan sehat. Oleh karenanya, Islam mengajarkan setiap muslim untuk mengajarkan anak-anaknya bagaimana cara memanah, berenang, dan berkuda.

E. Kesehatan seksual

Kehidupan seksual merupakan pokok bahasan yang sangat penting bagi orang muslim, karena sangat berpengaruh bagi kesehatan dan perilaku manusia, namun Islam menolak pendapat ilmuwan yang menekankan perilaku seksual sebagai motif utama seseorang untuk bertindak.

1. Pendidikan seksual

2. Islam mengajarkan kepada umat Islam, untuk memilih calon pasangan hidup yang baik dan berakhlaq mulia.

3. Islam mengajarkan tata krama (adab) menggauli pasangannya agar mencapai kebahagiaan dalam membina keluarga yang sakinah dan rahmah.

4. Islam sangat melarang perilaku berhubungan seks dengan sesama jenis dan binatang.

5. Disunahkan untuk sirkumsisi (sunat) bagi laki-laki

6. Islam membolehkan kaum pria untuk berpoligami untuk menghindari perzinahan, namun dengan syarat-syarat tertentu .

7. Menjaga kebersihan dan kesucian organ-organ seksualitas, misalnya bersuci setelah buang air besar dan buang air kecil, larangan berhubungan seksual ketika istri sedang haid, berhubungan badan melalui dubur dan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan badan dan setelah selesai datang bulan.

F. Kesehatan jiwa

Islam memberikan jawaban bagi kehausan jiwa manusia terhadap ketenangan batin. Kesehatan jiwa mempengaruhi kesehatan badan.

G. Puasa

Puasa, bagian dari ibadah yang harus dilaksanakan oleh umat Islam dalam menegakkan agama, sesudah pernyataan imannya. Konsekuensi beriman antara lain melaksanakan perintah puasa. Betapa pentingnya berpuasa sehingga Allah menempatkan posisi hamba-Nya yang berpuasa dengan posisi yang istimewa. ”Puasa itu untuk-Ku. Tidak ada yang tahu. Dan Aku akan memberi pahala semau-Ku.”

Keistimewaan itu sudah barang tentu ada tujuan Allah agar mendapatkan hikmah pada dirinya, yaitu kesehatan dan sekaligus kebahagiaan. Janji Allah diberikan kepada orang yang berpuasa ditegaskan dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu’aim: ”Berpuasalah maka anda akan sehat.” Dengan berpuasa akan sehat jasmani, rohani dan hubungan sosial.

1. Manfaat bagi Kesehatan Badan (jasmani).

Tidak seorang pun ahli medis baik muslim maupun non muslim yang meragukan manfaat puasa bagi kesehatan manusia. Dalam buku yang berjudul ”Pemeliharaan Kesehatan dalam Islam” oleh Dr Mahmud Ahmad Najib (Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Ain-Syams Mesir), ditegaskan puasa sangat berguna bagi kesehatan. Antara lain:

* · Puasa memperkecil sirkulasi darah sebagai perimbangan untuk mencegah keluarnya keringat dan uap melalui pori-pori kulit serta saluran kencing tanpa perlu menggantinya. Menurutnya curah jantung dalam mendistribusikan darah keseluruh pembuluh darah akan membuat sirkulasi darah menurun. Dan ini memberi kesempatan otot jantung untuk beristirahat, setelah bekerja keras satu tahun lamanya. Puasa akan memberi kesempatan pada jantung untuk memperbaiki vitalitas dan kekuatan sel-selnya.
* · Puasa memberi kesempatan kepada alat-alat pencernaan untuk beristirahat setelah bekerja keras sepanjang tahun. Lambung dan usus beristirahat selama beberapa jam dari kegiatannya, sekaligus memberi kesempatan untuk menyembuhkan infeksi dan luka yang ada sehingga dapat menutup rapat. Proses penyerapan makanan juga berhenti sehingga asam amoniak, glukosa dan garam tidak masuk ke usus. Dengan demikian sel-sel usus tidak mampu lagi membuat komposisi glikogen, protein dan kolesterol. Disamping dari segi makanan, dari segi gerak (olah raga), dalam bulan puasa banyak sekali gerakan yang dilakukan terutama lewat pergi ibadah.

2. Manfaat bagi Kesehatan Rohani (Mental).

Perasaan (mental) memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Mendapat rasa senang, gembira, rasa puas serta bahagia, merupakan tujuan bermacam-macam ikhtiar manusia sehari-hari. Bila seseorang menangani gangguan kesehatan, tidak boleh hanya memperhatikan gangguan badaniah saja, tetapi sekaligus segi kejiwaan dan sosial budayanya. Rohani datang dari Allah, maka kebahagiaan hanya akan didapat apabila makin dekat kepada pencipta-Nya.

Di dalam bulan puasa disunahkan untuk makin berdekat diri dengan Allah SWT baik lewat shalat, membaca Alquran, zikir, berdoa, istighfar, dan qiyamul lail. Selama sebulan secara terus-menerus akan membuat rohani makin sehat, jiwa makin tenang. Dengan memperbanyak ingat kepada Allah, makin yakin bahwa semua yang ada datang dari Allah dan akan kembali kepada-Nya jua. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah antara lain:

”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS:Al Baqarah 45).

”Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim kecuali merugi.” (QS:Al-Isra’ 82)

”Orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS:Ar-Ra’d 28).

”Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.”(QS:Al Fajr 27-30).

3. Manfaat Puasa bagi hubungan sosial.

Dalam mengajarkan nilai ibadah itu adalah terwujudnya keseimbangan antara cinta kepada Allah dan cinta kepada manusia. Demikian juga nilai ibadah puasa, tidak hanya terjalinnya hubungan yang semakin dekat kepada Allah, tetapi juga semakin dekat dengan sesamanya. Makin seringnya beribadah bersama, bersama keluarga, tetangga, dan masyarakat sekeliling, maka makin kenal akan sesamanya, makin menyadari kebutuhan hidup bermasyarakat. Makin timbul keinginan berbagi rahmat bersama-sama di dunia dan makin ingin bersama-sama masuk surga. Pahala nilai shodaqoh berlipat ganda termasuk memberi buka puasa kepada orang yang berpuasa. Menyakiti hati orang lain dan aneka gangguan terhadap sesamanya sangat dianjurkan untuk ditinggalkan. Kalau tidak maka nilai puasa seseorang sangatlah rendah. Hal ini dijelaskan di dalam firman Allah SWT:

”Hai orang-orang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rizki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab, dan tidak ada lagi syafa’at. Dan oang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.”(QS:Al Baqarah 254)

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”(QS:Al Hujurat 10)

”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya langit dan bumi dan disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang bebuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”(QS Al Imran 133-135). Wallahualam.

Kamis, 14 Juli 2011

Laporan pengawasan tahunan koperasi

A. PENDAHULUAN
1. Dasar Pemeriksaan
Undang-undang No 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 38 dan 39
2. Tujuan Pemerikasaan
e. untuk mengetahui pelaksanaan Keputusan Rapat Anggota dan Peraturan Koperasi yang berlaku
f. Untuk mengetahui kebijaksanaan pengurus dalam mengelola Koperasi Ceria
g. Untuk memberikan laporan kepada anggota mengenai kemajuan Koperasi Ceria
3. Sasaran Pemeriksaan
a. Bidang Organisasi dan Managemen
b. Bidang Usaha dan permodalan
c. Bidang Keuangan
4. Prosedur dan Waktu Pemeriksaaan
a. Pemeriksaan dilakukan oleh Pengawas dan disusun dalam bentuk laporan
b. Pemeriksaan dilakukan tiap bulan mulai bulan Januari s.d. Desember 2010

B. HASIL PEMERIKSAAN
1. Bidang Organisasi dan Managemen
a. Anggota
Jumlah anggota : 33 orang terdiri atas :
Laki-laki : 17 orang
Perempuan : 16 orang

b. Pengurus dan Pengawwas, terdiri atas :
Ketua : Much Turmudi, SE
Wakil Ketua : H. M. Abdul Basid
Sekretaris I : Dasikin, S. Pd.
Sekretaris II : Windadi
Bendahara : Warno, S. Pd.
Pengawas : 1. Ahmad Fauzi, S. Pd. ( ketua merangkap anggota)
2. Sunendi HW (anggota)
c. Karyawan :
Manager : Nur Hidayati, SE
Akuntan & administ : Retno Madu Murti
Teller : Eko Retnowati
Marketting&colector : 1. Nurul Hidayah
2. Dwi Novi Purnamasari
3. Moh. Rosidin
4. Ahmad sohiron
5. M. Lukman
6. Sari Kustiana
d. Perangkat Koperasi :
1. Telah memiliki AD/ ART
2. Telah memiliki akte Notaris
3. Telah memiliki Badan Hukum
4. Telah memiliki Ijin Usaha Simpan Pinjam
5. Telah memiliki NPWP

e. Kegiatan Operasional
Seluruh kegiatan telah dicatat dan dibukukan dengan baik

2. Bidang Usaha dan Permodalan
a. Bidang Usaha Koperasi Syari’ah Ceria yaitu usaha simpan pinjam yang disalurkan kepada anggota dan calon anggota
b. Sedangkan untuk permodalan koperasi Ceria berasal dari modal sendiri anggota yang berupa simpanan pokok dan simpanan wajib anggota
c. Keadaan modal
Desember 2010
Simpanan Pokok Anggota Rp. 6.600.000,00
Simpanan Wajib Anggota Rp 100.320.000,00
Cadangan Rp 19.352.957,74
Jumlah Rp 126.272.957,74

c. Bidang Keuangan
Penyajian laporan keuangan tahun 2010 disusun berdasarkan Pernyataan Standar khusus Akuntansi Indonesia

Perkembangan Usaha :
a. Perkembangan usaha (total aset) koperasi Ceria pada akhir tahun 2010 (31 desember 2010) meningkat sebesar Rp 345.816.749,49 yaitu dari total aset sebesar Rp 530.214.017,27 pada tahun 2009 menjadi Rp 876.030.766,76 pada tahun 2010. Peningkatan tersebut masih seperti tahun yang lalu yaitu pada pos-pos penghimpunan dana dari anggota berupa simpanan sukarela dan simpanan berjangka. Sedangkan simpanan calon anggota sudah mulai ada penurunan angka, sehingga lebih memperkuat modal sendiri.
b. Sisa Hasil Usaha sampai dengan tahun 2010 juga meningkat sebesar Rp 1.361.336,63 dari sisa hasil usaha tahun 2009
c. Pembiayaan yang diberikan kepada anggota per 31 Desember 2010 sebesar Rp 520.859.750,00. Adapun pembiayaan yang dibiayai yaitu :
a) Pembiayaan modal kerja
b) Pembiayaan investasi
c) Pembiayaan konsumtif

Pencapaian Usaha :
a. Usaha yang dicapai koperasi Ceria pada akhir tahun 2010 (total aset) sebesar Rp 876.030.766,76
b. Sisa hasil usaha tercapai sebesar Rp 33.992.562,62 dari rencana sebesar Rp 40.204.063,00

Total perkembangan dan pencapaian Neraca dan SHU tahun 2010 terlampir.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
• Bidang organisasi dan managemen sudah baik, untuk dipertahankan
• Bidang usaha dan permodalan harus ditingkatkan terus
• Bidang keuangan sudah baik, harus dibarengi dengan amanah
2. Saran-saran
• Bidang Keuangan : dalam memberikan pembiayaan diusahakan pada usaha produktif sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota maupun calon anggota
• Bidang usaha dan permodalan : perlu peningkatan dan pemupukan modal baik dari anggota maupun dari pihakIII sesuai aturan perkoperasian
• Selalu menngkatkan SDM pengurus maupun karyawan melalui pelatihan
• Diharapkan untuk laporan tahunan (RAT) diadakan tepat waktu dan dilaksanakan pada bulan Januari.

Weleri, 31 Desember 2010
Pengawas

Selasa, 12 Juli 2011

PRINSIP-PRINSIP BERAMAL SHOLEH AGAR DITERIMA ALLAH SWT

Rasulullah saw bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tentang pentingnya untuk sesalu melakukan aktifitas yang membuahkan amal sholeh, karena dengan amalan sholeh itu akan membuat para pelakunya semakin dekat dengan Allah swt sehingga akan dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaanya, tetapi bila yang terjadi sebaliknya maka akan menyebabkan para pelakunya itu bisa-bisa akan kehilangan iman dan taqwa.
Rasulullah bersabda yang artinya:
“Bersegeralah kamu beramal sholeh karena akan datang (terjadi) fitnah-fitnah laksana serpihan malam gulita, dimana seseorang pada pagi hari beriman, namun sore harinya kafir. Sore beriman, pada pagi harinya kafir, ia rela menjual agamanya dengan harta benda dunia “.
Dari hadis Rasulullah tersebut diatas memberikan gambaran bahwa setiap saat manusia akan senantia dihadapkan pada suatu permasalahan yang membuat mereka terlena dengan permainan dunia yang menyesatkan, karena pada diri manusia itu memiliki nafsu. Selain itu syetan senantiasa berusahan untuk menggoda manusia agar menuruti hawa nafsunya sehingga manusia itu rela meninggalkan ajaran Allah swt hanya berusaha untuk mendapatkan kenikmatan dunia yang sementara yang sesungguhnya tidak dapat memberikan jaminan kebahagiaan baik mulai di dunia hingga di akherat kelak.
Setiap manusia tentu saja amat mendambakan kebahagiaan, tidak hanya bahagia di dunia tetapi juga di akherat. Namun hal itu harus di capai tidak hanya dengan doa tetapi harus dengan usaha yang sungguh-sungguh dalam hidup di dunia ini, yaitu dengan amal sholeh yang sebanyak-banyaknya.
Allah Swt berfirman dalam surat Anahl : 97
”97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.
Manakala seorang muslim telah beramal sholeh dengan sebanyak-banyaknya, maka dia akan mendapatkan kesempatan bisa berjumpa dengan Allah Swt.
Allah Swt berfirman di dalam surat Al kahfi : 110
”110. Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Karena begitu pentingnya kedudukan amal sholeh dalam kehidupan manusia di dunia dan akherat, maka setiap kita harusberusaha jangan sampai amal yang telah kita kerjakan itu menjadi sia-sia, takada nilai apa-apa di sisi Allah. Oleh karena setiap kita harus memahami prinsip-prinsip amal sholeh dan berusaha mewujudkanya dalam kehidupan ini. Diantara prinsip amal sholeh yang harus mendapatkan perhatian kita semua yaitu :
1. Ikhlas karena Allah Swt
Ikhlas adalah salah satu sarat mutlak diterimanya suatu amal seorang muslim,amal apapun yang dikerjakan manusia meskipun banyak dan baik tetapi jika tidak dilandasi oleh keikhlasan maka tidak akan membuahkan amal sholeh dan tidak ada nilai pahala sedikitpun di hadapanAllah Swt meskipun di mata manusiadia dianggap telah melakukan amal sholeh yang banyak.
Allah Swt berfirman di dalam surat Al Bayyinah : 5
“5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
Dengan keikhlasan yang tulus, meskipun pelaksanaan ajaran Islam itu ada yang berat, akan ringan rasanya dan sebaliknya bila tanpa keikhlasan, meskipun sebenarnya pelaksanaan ajaran Islam itu ada yang ringan menjadi berat rasanya.
2. Benar cara melaksanakanya
Yang dimaksudkan benar cara melaksanakannya adalah bahwa setiap amal kebaikan itu harus dilakukukan sesuai dengan apa yang telah di contohkan oleh Rasulullah saw, karena bila amal kebaikan itu dilakukan tanpa ada ilmu yang telah di contohkan oleh Rasulullah makatidak akan ada nilai amal sholehnya. Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah Saw yang artinya :
”Barang siapa menimbulkan sesuati yang baru dalam urusan (agama) kita yang bukan dari ajaranya, maka tertolak (HR.Bukhari)”
3. Tujuanya hanya untuk mencari ridhlo Allah Swt
Semua amal yang tidak didasarkan untuk mencari ridhla Allah Swt atau apalagi dengan maksud untuk mendapatkan pujian dari manusia, harta, tahta dan sebagainya maka amal itu tidak membuahkan amal sholeh. Apa lagi jika mala yang dilakukan itu atas dasar riya ( ingin mendapatkan pujian manusia) sangat tidak dibenarkan oleh Allah Swt. Disamping amalnya baiknya tidak bernilai apa-apa, orang yang riyak juga dicap oleh Allah Swt sebagai pendusta agama.
Allah Swt berfirman di dalam surat Al Al maa’uun : 4-7
“4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, Orang-orang yang berbuat riya, Dan enggan (menolong dengan) barang berguna



Allah Swt berfirman di dalam surat Al Bakharah : 264
”264. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (Tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

4. Tidak merasa sudah banyak amal sholeh yang dilakukan
Kenapa perasaan seperti ini harus dihilangkan dari hati manusia, karena jika manusia telah merasa bahwa mereka telah melakukan banyak beramal sholeh akan menyebabkan sudah cukup banyak pahala yang diperoleh sehingga akan melemahkan semangat untuk beramal sholeh lagi. Tetapi jika sebaliknya maka manusia akan terus berusaha memperbanyak amalan sholeh karena merasa masih kurang, selain itu semakin banyak nilai amal sholeh yang telah dilakukan, maka manusia akan semakin dinilai bertaqwa kepada Allah dan akan menjadi orang yang paling mulia di sisi Allah Swt. Allah sendiri juga tidak menetapkan berapa banyak nilai pahala dari amal sholeh yang harus dibawanya agar bisa dimasukan ke dalam surga. Yang pasti semakin banyak pahala, tentu semakin terasa nikmat kehidupan manusia di akherat kelak.
Allah Swt berfirman di dalam surat Al Hujuraat : 13
”13. Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

5. Segera mungkin melaksanakanya
Karena manusia itu tidak tahu kapan datangnya kematian dan berapa lama mereka akan hidup, maka segerakanlah untuk melakukan amal sholeh dan jangan di tunda-tunda mumpung Allah masih memberikan kesempatan . Jika ajal telah tiba maka kita tidak akan dapat berbuat apa-apa lagi yang tersisa hanyalah penyesalan belaka. Sebagai seorang muslim yang sejati hendaknya menyegerakan untuk melakukan amal sholeh karena soal umur kita tidak tahu selain itu juga untuk menjaga hati dan iman sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Swt.
Diantara sekian banyak sahabat Nabi yang tidak suka menunda-nunda amal sholeh yang hendak dikerjakanya adalah Muada bin Jabal. Ini tercermin dari ungkapanya ketika ditanya oleh Rasul tentang bagaimana keadaanya pada suatu pagi. Muadz menjawab:
”Ya Rasul, saya pagi ini betul-betul merasa jadi orang yang beriman karena saya tidak yakin apa nanti sore saya masih hidup atau tidak,dan nanti sorepun saya tidak yakin apakah besok pagi saya masih hidup atau tidak, bahkan langkah saya yang pertama tidak saya yakini bisa dilanjutkan kelangkah yang kedua.”
Dengan sikap seperti itulah, seorang muslim akan selalu terbayang-bayang pada kematian yang membuat dia tidak berani menunda-nunda amal sholenya. Rasulullah bersabda :
”Segeralah melakukan amal sholeh, sebab akan terjadi fitnah besar bagai gelap malam yang gulita. Ketika itu seseorang pada pagi hari mu’min, tiba-tiba pada sore hari berbalik kafir, menukar agama karena sedikit keuntungan duniawi yang sederhana .” (HR. Muslim)
Disamping itu, setiap manusia pasti mati, sementara saat kematian itu seorang muslim dituntut berada dalam keadaan tunduk dan patuh kepada Allah Swt, maka karena kematian selalu mengintai 24 jam setiap harinya maka seorang muslim tidak akan menunda-nunda amal sholeh yang hendak dikerjakanya, karena memang dia tidak tahu kapan akan meninggal dunia. Dan bagi seorang muslim yang terpenting adalah bukan apan dia meninggal dunia, tetapi dalam keadaan bagaimana dia meninggal dunia, dalam keadaan tunduk atau dalam keadaan durhaka kepada Allah Swt.
Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa iman memang tidak cukup hanya sekedar pangakuan, tetapi iman itu harus dibuktikan dengan amal sholeh yang sebanyak-banyaknya. Dengan iman dan amal sholeh itu seorang muslin akan mencapai kebahagiaan hidup yang hakiki, di dunia maupun di akherat.
Demikian apa yang bisa saya sampaikan semoga bisa menjadikan pelajaran buat kita semua dan kita bisa memetik hikmahnya dan kita mampu mengerjakanya amalan sholeh seperti apa yang telah Rosull contohkan biar diterima Allah yang akhirnya kita mendapatkan ridhla dari Allah Swt.

Rasulullah saw bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tentang pentingnya untuk sesalu melakukan aktifitas yang membuahkan amal sholeh, karena dengan amalan sholeh itu akan membuat para pelakunya semakin dekat dengan Allah swt sehingga akan dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaanya, tetapi bila yang terjadi sebaliknya maka akan menyebabkan para pelakunya itu bisa-bisa akan kehilangan iman dan taqwa.
Rasulullah bersabda yang artinya:
“Bersegeralah kamu beramal sholeh karena akan datang (terjadi) fitnah-fitnah laksana serpihan malam gulita, dimana seseorang pada pagi hari beriman, namun sore harinya kafir. Sore beriman, pada pagi harinya kafir, ia rela menjual agamanya dengan harta benda dunia “.
Dari hadis Rasulullah tersebut diatas memberikan gambaran bahwa setiap saat manusia akan senantia dihadapkan pada suatu permasalahan yang membuat mereka terlena dengan permainan dunia yang menyesatkan, karena pada diri manusia itu memiliki nafsu. Selain itu syetan senantiasa berusahan untuk menggoda manusia agar menuruti hawa nafsunya sehingga manusia itu rela meninggalkan ajaran Allah swt hanya berusaha untuk mendapatkan kenikmatan dunia yang sementara yang sesungguhnya tidak dapat memberikan jaminan kebahagiaan baik mulai di dunia hingga di akherat kelak.
Setiap manusia tentu saja amat mendambakan kebahagiaan, tidak hanya bahagia di dunia tetapi juga di akherat. Namun hal itu harus di capai tidak hanya dengan doa tetapi harus dengan usaha yang sungguh-sungguh dalam hidup di dunia ini, yaitu dengan amal sholeh yang sebanyak-banyaknya.
Allah Swt berfirman dalam surat Anahl : 97
”97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.
Manakala seorang muslim telah beramal sholeh dengan sebanyak-banyaknya, maka dia akan mendapatkan kesempatan bisa berjumpa dengan Allah Swt.
Allah Swt berfirman di dalam surat Al kahfi : 110
”110. Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Karena begitu pentingnya kedudukan amal sholeh dalam kehidupan manusia di dunia dan akherat, maka setiap kita harusberusaha jangan sampai amal yang telah kita kerjakan itu menjadi sia-sia, takada nilai apa-apa di sisi Allah. Oleh karena setiap kita harus memahami prinsip-prinsip amal sholeh dan berusaha mewujudkanya dalam kehidupan ini. Diantara prinsip amal sholeh yang harus mendapatkan perhatian kita semua yaitu :
1. Ikhlas karena Allah Swt
Ikhlas adalah salah satu sarat mutlak diterimanya suatu amal seorang muslim,amal apapun yang dikerjakan manusia meskipun banyak dan baik tetapi jika tidak dilandasi oleh keikhlasan maka tidak akan membuahkan amal sholeh dan tidak ada nilai pahala sedikitpun di hadapanAllah Swt meskipun di mata manusiadia dianggap telah melakukan amal sholeh yang banyak.
Allah Swt berfirman di dalam surat Al Bayyinah : 5
“5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
Dengan keikhlasan yang tulus, meskipun pelaksanaan ajaran Islam itu ada yang berat, akan ringan rasanya dan sebaliknya bila tanpa keikhlasan, meskipun sebenarnya pelaksanaan ajaran Islam itu ada yang ringan menjadi berat rasanya.
2. Benar cara melaksanakanya
Yang dimaksudkan benar cara melaksanakannya adalah bahwa setiap amal kebaikan itu harus dilakukukan sesuai dengan apa yang telah di contohkan oleh Rasulullah saw, karena bila amal kebaikan itu dilakukan tanpa ada ilmu yang telah di contohkan oleh Rasulullah makatidak akan ada nilai amal sholehnya. Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah Saw yang artinya :
”Barang siapa menimbulkan sesuati yang baru dalam urusan (agama) kita yang bukan dari ajaranya, maka tertolak (HR.Bukhari)”
3. Tujuanya hanya untuk mencari ridhlo Allah Swt
Semua amal yang tidak didasarkan untuk mencari ridhla Allah Swt atau apalagi dengan maksud untuk mendapatkan pujian dari manusia, harta, tahta dan sebagainya maka amal itu tidak membuahkan amal sholeh. Apa lagi jika mala yang dilakukan itu atas dasar riya ( ingin mendapatkan pujian manusia) sangat tidak dibenarkan oleh Allah Swt. Disamping amalnya baiknya tidak bernilai apa-apa, orang yang riyak juga dicap oleh Allah Swt sebagai pendusta agama.
Allah Swt berfirman di dalam surat Al Al maa’uun : 4-7
“4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, Orang-orang yang berbuat riya, Dan enggan (menolong dengan) barang berguna



Allah Swt berfirman di dalam surat Al Bakharah : 264
”264. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (Tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

4. Tidak merasa sudah banyak amal sholeh yang dilakukan
Kenapa perasaan seperti ini harus dihilangkan dari hati manusia, karena jika manusia telah merasa bahwa mereka telah melakukan banyak beramal sholeh akan menyebabkan sudah cukup banyak pahala yang diperoleh sehingga akan melemahkan semangat untuk beramal sholeh lagi. Tetapi jika sebaliknya maka manusia akan terus berusaha memperbanyak amalan sholeh karena merasa masih kurang, selain itu semakin banyak nilai amal sholeh yang telah dilakukan, maka manusia akan semakin dinilai bertaqwa kepada Allah dan akan menjadi orang yang paling mulia di sisi Allah Swt. Allah sendiri juga tidak menetapkan berapa banyak nilai pahala dari amal sholeh yang harus dibawanya agar bisa dimasukan ke dalam surga. Yang pasti semakin banyak pahala, tentu semakin terasa nikmat kehidupan manusia di akherat kelak.
Allah Swt berfirman di dalam surat Al Hujuraat : 13
”13. Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

5. Segera mungkin melaksanakanya
Karena manusia itu tidak tahu kapan datangnya kematian dan berapa lama mereka akan hidup, maka segerakanlah untuk melakukan amal sholeh dan jangan di tunda-tunda mumpung Allah masih memberikan kesempatan . Jika ajal telah tiba maka kita tidak akan dapat berbuat apa-apa lagi yang tersisa hanyalah penyesalan belaka. Sebagai seorang muslim yang sejati hendaknya menyegerakan untuk melakukan amal sholeh karena soal umur kita tidak tahu selain itu juga untuk menjaga hati dan iman sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Swt.
Diantara sekian banyak sahabat Nabi yang tidak suka menunda-nunda amal sholeh yang hendak dikerjakanya adalah Muada bin Jabal. Ini tercermin dari ungkapanya ketika ditanya oleh Rasul tentang bagaimana keadaanya pada suatu pagi. Muadz menjawab:
”Ya Rasul, saya pagi ini betul-betul merasa jadi orang yang beriman karena saya tidak yakin apa nanti sore saya masih hidup atau tidak,dan nanti sorepun saya tidak yakin apakah besok pagi saya masih hidup atau tidak, bahkan langkah saya yang pertama tidak saya yakini bisa dilanjutkan kelangkah yang kedua.”
Dengan sikap seperti itulah, seorang muslim akan selalu terbayang-bayang pada kematian yang membuat dia tidak berani menunda-nunda amal sholenya. Rasulullah bersabda :
”Segeralah melakukan amal sholeh, sebab akan terjadi fitnah besar bagai gelap malam yang gulita. Ketika itu seseorang pada pagi hari mu’min, tiba-tiba pada sore hari berbalik kafir, menukar agama karena sedikit keuntungan duniawi yang sederhana .” (HR. Muslim)
Disamping itu, setiap manusia pasti mati, sementara saat kematian itu seorang muslim dituntut berada dalam keadaan tunduk dan patuh kepada Allah Swt, maka karena kematian selalu mengintai 24 jam setiap harinya maka seorang muslim tidak akan menunda-nunda amal sholeh yang hendak dikerjakanya, karena memang dia tidak tahu kapan akan meninggal dunia. Dan bagi seorang muslim yang terpenting adalah bukan apan dia meninggal dunia, tetapi dalam keadaan bagaimana dia meninggal dunia, dalam keadaan tunduk atau dalam keadaan durhaka kepada Allah Swt.
Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa iman memang tidak cukup hanya sekedar pangakuan, tetapi iman itu harus dibuktikan dengan amal sholeh yang sebanyak-banyaknya. Dengan iman dan amal sholeh itu seorang muslin akan mencapai kebahagiaan hidup yang hakiki, di dunia maupun di akherat.
Demikian apa yang bisa saya sampaikan semoga bisa menjadikan pelajaran buat kita semua dan kita bisa memetik hikmahnya dan kita mampu mengerjakanya amalan sholeh seperti apa yang telah Rosull contohkan biar diterima Allah yang akhirnya kita mendapatkan ridhla dari Allah Swt.

Sabtu, 09 Juli 2011

FILSAFAT TASAWUF

filsafat tasawuf
Prof. Dr. HM. Amin Syukur dan Dr. Abdul Muhayya, MA.

Sayyid Husain Nashr dalam suatu survei menyimpulkan, dalam beberapa dekade terahir sufisme mengalami kebangkitan di dunia muslim sejak Syiria, Iran, Turki, Pakistan sampai Asia Tenggara. Terdapat peningkatan signifikn, terutm dikalangan pendidik.
Di Indonesia sendiri juga muncul gejala tasawuf ke panggung keagamaan juga terlihat lebih jelas. Munculnya kursus-kursus tasawuf yang diselenggarakan semacam LSAF (lembaga studi agama dan filasafat) dan paramadina menarik minat cukup tinggi , terutama bagi kaum kota yang terdidik secara modern. Kehidupan ini juga meramba para penyair- penyair Sufistik, antara lain Cak Nun dan Gus Mus.
Kebangkitan tasawuf dan tharekat ini telah menimbulkan banyak pertanyaan dari kalangan pengkaji sosiologi agama dan modernisasi. Mengapa dalam situasi di mana kemjuan ilmu dan teghnologi kian marak, justru semakin banyak orang tertarik pada tasawuf ?. Naisbitt dan Aburdene dalam Megatrends 2000 agaknya menarik untuk dicatat. Menurut mereka, ilmu pengetahuan dan teghnologi yang melaju cepat di era modern sekarang ini tidak memberikan makna tentang kehidupan. dalam era modernisasi ini kecepatan informasi dan mobilisasi antara manusia di muka bumi ini mengkibatkan interaksi social budaya. Demikianlah, modernisasi dipandang gagal memberikan kehidupn yang lebih bermakna kepada manusia, karena itu tidak heran bila mereka kembali pada agama yang memang berfungsi antara lain untuk memberikan makna dan tujuan hidup. Modernism dan mderenrinasi ternyata gagal menyingkirkan agama dari kehidupan masyarakat. Naisbitt dan Aburdene berpendpat bahwa yang mengalami kebangkitan dalam masa abad agama ini adalah spiritualitas bukan agama-agama formal (organized religion). Seperti Yahudi, Nasrani, Islam adalah tidak memiliki masa depan.
Karena mereka berpandangan bahwa agama-agama itu mempersempit universalitas ajaran tuhan, menurutnya lagi bahwa optimisme dan ramalan penganut deisme (beriman kepada Tuhan) alami itu, setelah berjalan berates-ratus lamanya, ternyata tidak semuanya benar, untuk tidak mengtakan meleset sama sekali. Tetapi, sekarang fonemena itu terbalik. Seperti agama Yahudi semakin kuat di peluk oleh orang-orang Israel. Agama Kristen juga tetap di peluk orang barat walaupun trendnya drastis untuk kehadiran di gereja. Islam juga semakin menunjukkan revevalismenya walaupun hanya sebatas ukuran kualitas karena semakin bertambahnya bangsa-bangsa lain beralih memeluk yang asalnya non Muslim beralih ke Muslim. Menurut Azzumardi, perkembangan pasca masyarakat modern ini tidak memdahi lagi untuk dipenuhi dengan sekedar literalisme doktriner dengan ibadah-ibadah pokok, tetapi orang lebih memerlukan pengalaman keagaman lebih intens dalam proses pencarian makna. Dn jawaban ini hanya diberikan oleh sufisme, tidak oleh fundamentalisme yang kering karena sifat literalnya tadi. Lebih jauh lagi Fazlur Rahman mengtakan bahwa fundamentalisme pasca modernis elan dasarnya anti barat.
Kasus Indonesia
Secara kronologis, krisis yang melanda bangsa kita ini bermula dari krisis keimanan, yang kemudian menyebabkan krisis moralitas, dan diikuti social budaya. Berbagai kerusuhan, pelanggaran HAM, kesimpangan sosial, kebocoran uang Negara, monopoli dan lain-lainnya yang terjadi di Indonesia itu sendiri karena lupa kepada allah SWT. Dalam hal ini cara kebergamaan bangsa Indonesian lebih cenderung pada formalitas dan cenderung melupakan makna serta esensi dari ajaran agama. Karena itulah mungk dengan terbitnya buku Tasawuf dan Krisis ini dapat member manfaat dan dan tetesan air sejuk di musim panas.

BAGIAN PERTAMA
TASAWUF DAN KRISIS SPIRITUALITAS
ISLAM DAN MASYARAKAT MODERN
Prof. DR. Simuh
Masyarakat modern dewasa ini tumbuh dari pengembangan kebudayaan Yunani purba yang puncaknya ajaran filsafat rasional yang menyebar ke timur tengah lantaran pengembangan dan penaklukan raja Alexander yang agung. Kebudayaan Yunani Purba memang sangat unik, karena dai sinilah muncul pemikiran filsafat yang rasional dan ilmiah, maka dalam perkembangan filsafat dan kebudayaan yunani purba ini dinamakan zaman klasik atau zaman embrio dari masyarakat modern dewasa ini. Yang mana memunculkan pemikiran-pemikiran yang rasional ilmiah.
Kami mencoba mengambil arti kutipan S. Takdir Ali Syahbana, mengenai perbedaan yng fundamental antara filsafat rasional dari barat dan filsafat kebatinan dari timur ( India, Persia, Cina, Kejawen, Tasawuf dan sebagainya). Pokok perbedaan itu antara lain :
1. Barat memandang manusia bukan alam dan berbeda dengan alam. Menurut timur manusia itu sebagai mikrokosmos (jagat cilik).
2. Budaya barat mengakui adanya hukum alam yang mekanistik yang perlu dikaji dan dimanfaatkan bagi pengembangan cara berfikir dan ilmu pengetahuan. Dan sebaliknya dalam filsafat kebatinan dan mistik timur tidak memperdulikan adanya hukum alam.
3. Filsafat barat menggerakkan manusia untuk mengkaji rahasia-rahasia hukum alam untuk memanfaatkan bagi kemajuan hidup manusia. Sedangkan filsafat timur menggerakkan kegandrungan manusia untuk menyingkap rahasia-rahasia alam ghaib yang di balik alam nyata ini.
Melihat kutipan diatas, bahwa yang punya pemikiran yang sejajar dan seirama dengan budaya barat adalah agama yahudi, Kristen dan islam. Terutama Islam Sunni (Islam Sar'i) bukannya Islam Sufi.
Ajaran tasawuf menurut kodratnya adalah ekstrim kerohanian dan anti kritik penalaran kerohanian. Akhirnya dalam pengembangannya mampu mendominasi alam pikiran islam sejak runtuhnya bagdad dan cordova.
PERAN TASAWUF
DALAM MENANGGULANGI KRISIS SPIRITUAL

Secara teologis, manusia adalah mahkluk allah, ia adalah ciptaannya yang ditunjuk sebagai hamba dan kholifahnya di muka bumi ini. Manusia diciptakan oleh allah daria tanah liat, allah berfirman:

7. yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.

71. (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah".
Di samping jasad, manusia juga mempunyai ruh. Allah berfirman:

29. Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
Sejalan dengan al-quran, para filosof islam juga mengakui bahwa manusia itu tersusun dari element materi dan immateri.
Dalam pandangan al-hallaj, allah dan manusia masing-masing memiliki aspek lahut dan nasut. Nasut Allah berada dalam bentuk adam yang dimilikiNya, sedangkan lahut manusia berwujud ru yang berasal dariNya. Manakala lahut dan nasut bercampur itu dinamakan Hulul.
Mengingat ruh memiliki fungsi yang sangat dominan dalam diri manusia maka krisis spiritual bagi manusia menyebabkan terjadinya berbagai penyakit jiwa dapat menimbulkan berbagai kemadharatan baik bagi sendiri maupun orang lain. Demikian juga krisis spiritual akan juga akan menurunkan martabat manusia kejurang kehancuran yang mengancam peradapan dan eksistensi manusia
Problem spiritualitas bagi manusia modern merupaka suatu hal yang tidak mudah untuk di pecahkan begitu saja. Karena itu manusia modern telah kehilangan keyakinan-keyakinan metafisis dan eskatologis (ilmu tentang akhirat).
Jadi manusia modern keberadaanya tidak lebih dari keberadaan seperti mobil yang tersusun dari berbagai bagian dengan sebab akibat. Sehingga dengan dasar itu manusia modern selalu di hinggapi oleh rasa tidak aman dan kadang malah terasa terancam oleh kemajuan yang diperolehn ya sendiri.





TASAWUF SEBAGAI TERAPI KRISIS SPIRITUAL

Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan tasawuf, meskipun demikian mereka sepakat bahwa tasawuf adalah moralitas yang berdasarkan islam (adab).karena itu seorang sufi adalah mereka yang bermoral. Sebab semakin ia bermoral semakin bersih dan bening (shafa) jiwanya. Jadi hokum islam tanpa taswuf (moral) adalah ibarat badan tanpa nyawa atau wadah tanpa isi.
Moralitas yang di ajarkan oleh tasawuf akan mengangkat manusia ke tingkatan shafa al-tauhid. Pada tahab inilah manusia akan memiliki moralitas allah (al-Takhalluq bi akhlaq Allah), dengan itu maka terjadilah keselarasan dan keharmonisan antara kehendak manusia dan iradah-Nya.
Lebih lanjut tasawuf berfungsi sebagai terapi krisis spiritual. Sebab:
1. Tasawuf secara psikologis, merupakan pengalaman dari hasil spiritual dan bentuk dari pengetahuan langsung mengenai realitas-realitas ketuhanan yang cenderung menjadi innovator dalam agama.
2. Kehadiran tuhan dalam bentuk pengalaman mistik dapat menimbulkan keyakinan yang sangat kuat.
3. Dalam tasawuf, hubungan seorang dengan allah di jalin atas rasa kecintaan.
Dengan kata lain, moralitas yang menjadi inti dari ajaran tasawuf dapat mendorong manusia untuk memelihara dirinya dari menelantarkan kebutuhan-kebutuhan spiritualitasnya.

CARA MEMELIHARA JIWA YANG ADA DALAM DIRI MANUSIA

Tasawuf sebagai sebagai salah satu ilmu keislaman memberikan perhatian khusus pada aspek spiritual yang dimiliki manusia. Yang selanjutnya mengajarkan proses pembersihan, memperdayaan penyatuan dengan sumber kesempurnaan dan keindahan allah.
Maka proses pertama di sebut tahalli. Untuk mencapai tujuan ini mereka harus melalui maqomat-maqomat:
1. Taubat; secara etimologi berarti kembali, dalam tahapan ini seseorang dituntut kembali dari nyang baik menuju yang lebih baik (inti dari inabah) dan yang lebih baik menuju yang terbaik.
2. Wara’; menahan diri dari dari berbuat maksiat dan perkara yang subhat. Dengan tujuan menjaga kebersihan dan kesucian jiwa dari berbagai dosa yang dapat menyelimutinya (hijab).
3. Zuhud; (عدم الإهتمام) tidak adanya perhatian, bertujuan memalingkan jiwa dari hal-hal yang kekinian menuju hal-hal yang berorientasi besok dan abadi.
Proses kedua disebut tahalli, dalam tahapan ini seorang diharuskan memiliki sifat qona’ah, ridla, tawakal, taslim, tafwidh dan sebagainya.
Menurut al-hakim al-tirmizdi secara psikologis ada empat tingkatan batin yang ada dalam diri manusia, yaitu;
1. Shadr; tempat penyimpanan ilmu yang dapat menjadikan orang mampu dan mau mengerjakan aturan syari’ah
2. Qolb; yang ada didalam shadr, sumber dari cahaya keimanan.
3. Fu’ad; yang berada di dalam qolb merupakan sumber dari cahaya ma’rifat. Fu’ad ini berfungsi untuk mengetahui realitas.
4. Lubb; aspek spiritual yang ada di dalam fu’ad, merupakan simbul dari cahaya tauhid. Cahaya tauhid ini merupakan basis dari ketiga cahaya sebelumnya dan dialah yang menerima rahmat Allah.

Secara ringkas penjelasan al-hakim al-tirmidzi dapat disingkat dalam gambar sebagai berikut:
Tingkatan spiritual Shadr Qolb Fu’ad Lubb
Cahaya di peroleh Nur al-Islam belajar membaca Nur al-iman pemberian allah Nur al-ma’rifat pemberian allah Nur al-tauhid pemberian allah
Kualitas Dapat lupa Mengetahui realitas Melihat realitas Iluminasi tuhan
Predikat jiwa yang ada Muslim al-nafsu al-amarah Mu’min al-nafsu al-mulhimah ‘arif al-nafs allawwamah Muwahhid al-nafs al-muthmainah

Keempat tingkatan spiritualitas tersebut adalah cahaya ilahi yang memancar dalam tubuh manusia. Semuanya dapat berfungsi dengan baik manakala al-nafs al-amarah yang ada dalam diri manusia dapat di training dan diarahkan supaya menjadi al-nafs al-mutmainnah melalui berbagai maqomat dan mujahadah.

MASA DEPAN TASAWUF
Prof. DR. HM. Amin Syukur, MA.

a. Landasan Normatif Tasawuf
Islam adalah agama pertengahan jika di bandingkan dengan dua agama samawi pendahulunya. Agama yahudi lebih menekankan legalistic yang berorientasi kepada kemasyarakatan, sementara agama Kristen lebih menekankan aspek spiritualistic seperti pengalaman rohani sehingga agama itu terkesan lembut (kasih).
Islam sebagai system ajaran yang tawasuth serta lengkap dan utuh. Memberikan gambaran atau tempat penghayatan keagamaan baik yang eksoterik (dhohiri) maupun yang esoteric (bathini).

b. Neo-Sufisme
Ketika prof. Hamka menulis bukunya yang terkenal Tasawuf Modern, beliau sungguh-sungguh telah meletakkan dasar-dasar bagi neo-sufisme di tanah air kita. Dalam bukunya terdapat alur pikiran yan memberi apresiasi yang wajar kepada penghayatan esoteric islam, namun sekaligus disertakan peringatan bahwa esoterisme itu harus tetap terkendalikan oleh ajaran –ajaran standart syari’ah.
Tokoh-tokoh neo-sufisme sangat mementingkan hadis sebagai sumber inspirasi dalam upaya merekontruksi etis-sosial kaum Muslimin dengan catatan bahwa hadis tersebut benar-benar dari isnad yang dapat di percaya.
Tokoh-tokoh neo-sufisme, seperti al-Qushoshi guru dar abd rauf al-Sinkili dan muhamad yusuf al-Makassari-tidak menekankan pentingnya aktivisme intelektual, tetapi menekankan aktivisme dalam bentuk-bentuk yang lebih praktis.
Jadi, neo-sufisme sangat menekankan perlunya pelibatan diri dalam masyaraat secara lebih kuat dari pada sufisme lama.


BAGIAN KEDUA
ALTERNATIF METODOLOGIS
DALAM MENJAWAB PERSOALAN KRISIS SPIRITUAL
TAFSIR ISYARI
PROF. DR. NASHRUDDIN BAIDAN
I
Salah satu kenytaan empiric yang tak dapat di bantah berkenan dengan ayat-ayat suci alquran ialah kemungkinan untuk ditafsirkan dalam berbagai bentuk dan metode sesuai latar belakang keahlian mufassir dan tujuan yang hendak dicapainya. Berdasarkan inilah Dr. Darraz menyatakan bahwa ayat-ayat Al-Quran itu bagaikan batu pertama yang setiap sudutnya memantulkan cahaya, dan pantulannya pun tidak sama sesuai dengan kesanya masing-masing sisi, tergantung sudut pandang orang melihatnya, misalnya kaum teolog cenderung menfsirkan Al-Quran dari sudut pandang teologis, para Fuqoha dari sudut pandang fiqih. Ahli bahasa dari sudut pandang kaidah-kaidah bahasa, filosof dari pemikiran-pemikiran filosuf, kaum sufi dari ajaran-ajaran tasawuf, yang kemudian karya tafsir mreka terkenal dengan julukan TAFSIR ISYARI atau TAFSIR SUFI, begitu seterusnya.
II
Tafsir isyari adalah salah satu corak tafsir yang populer, sama halnya dengan corak falsafi, fiqhi, kalami, social kemasyarakatan, dan lain-lain. Jika demikian, maka tafsir isyari adalah satu sub bahasan atai kajian dari ilmu tafsir. Untuk lebih jelasnya lihat skema terlampir. Tafsir isyari ini adalah termasuk tafsir yang tertua karena ia telah terlahir sejak Nabi Muhammad saw.
Secara etimologi ISYARI berasal dari bahasa arab asyara-yusyiru isyaratan yang mempunyai arti isyarat atau petunjuk. Dengan demikian tafsir isyari berarti sebuah penafsiran Al-Quran yang berangkat dari isyarat atau petunjuk.
Ajaran tasawuf di bagi menjadi dua kategori, yaitu tasawuf nazhari yakni tasawuf yang mengembangkan pemikiran dan analisis rasional, dan tasawuf amali yaitu yang mengembangkan sikap hidup sederhana, zuhud dan memusatkan perhatian semata-mata untuk beribadah kepada Allah.



FIQIH DAN TASAWUF
WACANA DIALOGIS?
DR. AHMAD ROFIQ, MA

MUQODDIMAH

Ada perbedaan prinsipil antara fiqih dan tasawuf dalam tataran empiric perilaku masyarakat. Fiqih bercorak esoteric-formalistik, cenderung melihat sebuah tindakan dari syarat dan rukun. Karena itu masih bersifat hitam putih, sah dan tidak sah. Sedangkan tasawuf bercorak isoterik, yang lebih berorientasi pada kedalaman spiritualitas, dan mengutamakan pendekatan diri kepada allah.

RASULULLAH MUHAMMAD SAW ANTARA FIQIH DAN TASAWUF
Allah menegaskan bahwa muhammad adalah figur teladan (uswah hasanah) bagi hamba-hambaNya yang mengharap rahmatNya, kebahagiaan hari kiamat, dan banyak berdzikir kepadaNya. Memang ada spesifik pada diri Rasulullah. Selain sebagai pembawa syari’ah yang kemudian dicoba fahami para Sahabat diformulasiakan ke dalam fiqih. Kecen drungan sufistik Rasulullah saw telah dilakukan sebelum dia menerima wahyu kerasulan, sebagai pembawa risalah kenabian tentu beliau konsisten menjalankannya, baik dalam bentuk ibadah murni maupun sosial. secara harfiah Fiqih berarti memahami dalam (QS.al-Nisa”:78)

78. di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?

Dalam QS. Al-Taubah: 122 allah menegaskan:

122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Rasulullah saw meski telah dijamin segal-galanya oleh allah, namun beliau menghabiskan 2/3 malam harinya untuk taqorrub dan munajat kepada allah. Karenaitu tidak ada alasan yang cukup reasonable bagi siapapun yang ingin memisahkan diametral antara fiqih dan tasawuf.


SUBTANSI FIQIH: PENDEKATAN SUFISTIK
Banyak Al-Quran yang mengisyaratkan bahwa pelaksanaan ibadah – pengalaman fiqih – yang bersifat habl minallah baik dalam kontek kejiwaan maupun material, lebih ditempatkan sebagai simbolisme meski tetap wajib dilaksanakan. QS. Al-Hajj, 22:37 menegaskan bahwa: Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.dalam QS. Al-Baqoroh, 2.177 “ bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.
Ayat di atas menunjukkan secara rinci bahwa substansi pelaksanaan ibadah yang terdiri dari iman, amal dan ikhsan adalah ketaqwaan kepada Allah SWT.
Dalam rumusan Iman. Islam dan ihksan, sebagaimana dalam sabda nabi saw,

عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال : بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر , لا يرى عليه أثر السفر , ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأسند ركبته إلى ركبتيه ووضح كفيه على فخذيه , وقال : يا محمد أخبرني عن الإسلام , فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم " الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا " قال صدقت فعجبا له يسأله ويصدقه , قال : أخبرني عن الإيمان قال " أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره " قال : صدقت , قال : فأخبرني عن الإحسان , قال " أن تعبد الله كأنك تراه , فإن لم تكن تراه فإنه يراك " قال , فأخبرني عن الساعة , قال " ما المسئول بأعلم من السائل " قال فأخبرني عن اماراتها . قال " أن تلد الأمة ربتها وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان " . ثم انطلق فلبث مليا , ثم قال " يا عمر , أتدري من السائل ؟" , قلت : الله ورسوله أعلم , قال " فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم " رواه مسلم
“Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anh, dia berkata: ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya." Orang itu berkata,"Engkau benar," kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk" Orang tadi berkata," Engkau benar" Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah menjawab,"Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Orang itu berkata lagi,"Beritahukan kepadaku tentang kiamat" Rasulullah menjawab," Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." selanjutnya orang itu berkata lagi,"beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya" Rasulullah menjawab," Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan." Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Saya menjawab," Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui" Rasulullah berkata," Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu"
Al-Gozali (w.1111 M) adalah sosok fiqih yang sufi, sekaligus fillosuf dan ahli kalam. Karya monumentalnya Ikhya’ Ulumuddin adalah cermin dari al-Ghizali melakukan substansiasin fiqih dengan tasawuf. Diantaranya ia mengatakan, “ilmu bagi saya lebih mudah dari pada mengamalkan
Dengan memperhatikan uraian di atas dapat difahami bahwa fiqih saja tanpa di isi dengan tasawuf maka hasil yang akan di peroleh adalah kulinya saj, atau bisa dikataka basa basi seorang hamba dengan sang khaliqnya.

KHOTIMAH

Kita telah cukup mendapatkan pelajaran berharga, pengalaman fiqih saja akan menghasilkan manusia-manusian formalistic, namun kering dalam bahasa nuansa etika, sehingga melahirkan sebuah masyarakat yang cenderung mengalami keterpecahan integritas moralnya.

lingkup keberagamaan dan strukturnya

I.Pendahuluan
Islam merupakan agama yang hadir melalui perantara nabi Muhammad yaiu dengan di wahyukan Al qur’an sebagai sumber ajaran. Sebagai wujud yang diturunkan oleh Allah, islam mempunyai dimensi transedental. Dengan kebenaran yang bersifat untestable truth dan hanya berhenti pada dimensi ajaran atau ide saja.
Sebagai suatu ajaran, islam harus dilaksanakan oleh semua pemeluk diseluruh dunia. Namun hal ini belum merupakan pelaksanaan alam praksis kehidupan masyarakat yang bersifat konkrit, maka harus dijembatani oleh proses faktualisasi ujung akhir proses faktualisasi ini adalah terwujudnya ajaran agam islam yang normatif menjadi tampilan konkret yang empiris. Tampilan konkret pelaksanaan ajaran islam inilah yang akrab disebut keberagamaan.
Sebelum menjadi lingkup keberagamaan sebagaimana dimaksud dalam mata kuliah tekhnologi keberagamaan, maka terlebih dahulu perlu dipahami perbedaan anatar agama dan keberagmaan. Hal ini penting didahuukan mengingat selama ini masih ada pemahaman yang rancu dan tidak bisa membedakan esensi agama dengan esensi keberagamaan. Bila dalam membedakan esensi agama dengan esensi keberagamaan saja masih kabur, maka akan terjadi kekeliruan dalm membedakan lingkup dan struktur keberagamaan itu sendiri.1

II.Rumusan Masalah
Apa saja perbedaan antar agama dengan keberagamaan ?
Apa saja lingkup keberagamaan itu ?
Meliputi apa saja struktur keberagamaan itu ?

III.Pembahasan
A.Agama Dan Keberagamaan
Agama terdiri atas wahyu yang terkandung di dalam al qur’an dan unsur hadis yang memang dialamatkan kepada seluruh umat manusia. Agama hanya menunjukkan pada dimensi ajaran atau ide dan baru dapat menjadi kenyataan konkret jika sudah menjadi keberagamaan2.
Dengan demikian keberagamaan adalah respon manusia terhadap wahyu Tuhan. Wujudnya adalah posisinya sebagai mahluk individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pelaksanaan konkret dimaksud dapat berupa pola pikir, ucapan, sikap, maupun perbuatan-perbuatan3.
Perbedaan konsep agama dan keberagamaan sekaligus merumuskan esensi islam sebagai wahyu harus dilaksanakan dalam kehidupan konkret. Agama bersifat universal dan keberagamaan bersifat singular. Universalitas islam sepenuhnya dapat dicari dalam al qur’an. Sementara sunnah atau hadis pada tampilan empirisnya adalah faktualisasi ajaran islam oleh Rosulullah dalam ruang waktu dimana beliau hidup. Ini berarti sunnah adalah singularitas islam diarab pada masa rosulullah hidup4.
B.Lingkup Keberagamaan
Salah satu unsur dasar dalam islam adalah adanya kesatuan antara dunia dan akhirat. Prinsip dasar ini kemudian di pertegas dengan rumusan islam kaffah yang mengandung arti bahwa ajaran islam didalamnya meliputi seluruh kehidupan umat manusia. Ini berarti, seluruh aspek kehidupan apakah duniawi atau ukhrowi adalah medan keberagamaan dalam wujud respon kepada wahyu Allah SWT5. Karena merupakan wujud respon kepada wahyu Tuhan, maka cakupan atau lingkup pengalaman ini akan mengacu pada cakupan atau lingkup pengalaman ini akan mengacu pada cakupan atau lingkup bidang – bidang kehidupan kemanusiaan yang di kehendaki oleh wahyu.6
Keberagamaan islam sangat berkait erat dengan agama yang diturunkan oleh Allah swt melalui nabi Muhammad saw . akan tetapi antara keduanya (agama dan keberagamaan) terdapat relevansi metodologis yang cukup mendasar. Agama bersifat universal, sedangkan keberagamaan islam bersifat singular.
Cakupan lingkup keberagamaan dalam islam yang demikian utuh mencakup seluruh segi kehidupan manusia baik aspek sosial, politik, ekonomi, budaya, seni, tekhnologi dan sebagainya. Demikian juga dalam agama normative, muatan keberagamaan meliputi seluruh segi kehidupan umat manusia7.
C.Struktur Keberagamaan
Dalam islam keberagamaan merupakan aktualisasi ajaran islam dalam seluruh lapis kehidupan manusia. Lingkup keberagaamnan ini bukan hanya meliputi kehidupan didunia akan tetapi juga kehidupan setelah mati. Ruang lingklup keberagamaan didunia mempertimbangkan beberapa hal seperti : materi kegiatan, pelaku, konteks pelaksanaan kegiatan, dan tujuan yang akan dicapai. Ada unsur-unsur ini keberagamaan dalam islam meliputi semua aspek kehidupan8.
Keberagamaan dalam pelaksanaanya merupakan gejala yang terbentuk dari berbagai unsur. Unsur-unsur pembentuknya adalah Tuhan yang menurunkan petunjuknya dalam wujud Al qur’an dan sunnah, serta manusia yang memberikan respon dalam wujud pemikiran perbuatan dan kehidupan sosial yang menjangkau seluruh segi kehidupan mereka9.
Selanjutnya substansi keberagamaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi beberapa lapis, bergantung pada karakter maisng-masing unsur dan pengaruhnya terhadap pembentukan keberagamaan secara keseluruhan, lapis keberagamaan sebagai meliputi :
Lapis transedental
Lapis kejiwaan
Lapis lapis perilaku perorangan
Lapis kehidupan kelompok
Namun ditilik dari sisi metodologi, dengan mempertimbangkan dinamika hubungan antara universalitas dan singularitas, lapis keberagamaan terdiri atas :
a)Dimensi normative
Pada dimensi normative, lapis keberagamaan hanya berorientasi pada aspek normative dari ajaran islam semata dan tidak membuka peluang bagi aspek prosedur pelaksanaanya. Pada dimensi ini, umat islam dalam pengalaman hukum islam berhenti pada sisi normative syari’at islam menurut bahasan yang dikemukakan para imam madhab.
b)Dimensi spekulatif
Pada dimensi spekulatif, justru keberagamaan berhenti pada rumusan pemahaman tentang masalah aqidah yang bercorak filsafat. Pola keberagamaan pada dimensi ini semakin menjauh dari kehidupan konkrit karena terpaku pada rumusan-rumusan yang bersifat spekulatif.
c)Dimensi intuitif
Pada dimensi intuitif, keberagamaan lebih mengarah pada upaya perumusan konsep perjalanan riyadloh menjadi seperangkat latihan moral, dan pada akhirnya tujuan yang dicapai lebih mengarah pada upaya mendekatkan diri pada Tuhan dari pada melaksanakan perintah-Nya dalam kehidupan praktis.
d)Dimensi terapan
Dari ketiga lapis keberagamaan tersebut, baik pada dimensi normative, spekulatif maupun intuitif jelas bukan merupakan wujud keberagamaan islam yang benar-benar diharapkan dan dapat menyelesaikan berbgai persoalan bangsa yang demikian kusut. Padahal lingkup keberagamaan yang tidak boleh ditinggalkan adalah dimensi praktis atau terapan dalam kehdupan konkret pemeluk. Jika aspek kebergamaan ini diterima, maka harus muncul paradigma baru yang mendudukan dimensi praktis atau terapan pelaksanaan sajaran islam sebagai lahan garapanya10.

IV.Kesimpulan
Agama terdiri atas wahyu yang terkandung di dalam Al qur’an dan unsur hadis yang memang dialamatkan kepada seluruh umat manusia. Sedangkan keberagamaan adalah respon manusia terhadap wahyu Tuhan. Wujudnya adalah posisinya sebagai mahluk individu maupun sebagai anggota masyarakat
Cakupan lingkup keberagamaan dalam islam yang demikian untuk mencakup selruh segi kehidupan manusia baik drai aspek sosial, politik, ekonomi, budaya, seni, tekhnologi da sebagainya. Demikian juga dalam agama normative, muatan keberagamaanya meliputi seluruh segi kehidupan manusia .
Struktur keberagaamaan meliputi beberapa lapis keberagamaan yaitu lapis transedental, lapis kejiwaan, lapis perilaku perorangan dan lapis kehidupan kelompok. Jika ditilik dari sisi metodologi, dengan mempertimbangkan dinamika hubungan antara universalitas dan singularitas, lapis keberagamaan terdiri atas dimensi normative, spekulatyif, intuitif dan dimensi terapan.

V.Penutup
Demikian uraian makalah yang dapat penulis sajikan, apabila terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun dalam pemaparan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kesempurnaan hanya milik Allah dan kekurangan pastilah milik manusia karena itu, tidak lupa kritik dan saran selalu kami harapkan untuk kesempurnaan makalah kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
REFERENSI
Ma’mun mu’min, Tekhnologi Keberagamaan : Suatu Ihtiar Implementasi Praktis Dalam Menyongsong Era Global, Kudus, Stain Kudus Press, 2006
Moh Dlofir, Buku Daros Ilmu Tauhid Amali, Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi Agama, Stain Kudus, 2004
Muslim, A Kadir, Ilmu Islam Terapan : Menggas Paradigm Amali Dalam Agama Islam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, cet. 1 . 2005

Tasawuf dan Hubungan Antaragama

-Kasih sayang, cinta, kedamaian, kebajikan, persaudaraan dan sejumlah niai-nilai kemanusiaan secara normative dan ideal semua agama mengajarkan dan memproklamirkan hal-hal tersebut.

Namun jika melihat secara historis, agama tidak selalu berfungsi positif untuk kemanusiaan. Agama kadangkala memunculkan banyak problem kemanusiaan.

Misalnya saja dalam konteks ke-Indonesia-an bisa dilihat maraknya bom-bom bunuh diri yang mengatasnamakan agama sebagai spirit ideologinya. Peristiwa Ambon,Poso dan sejumlah peristiwa-peristiwa lainnya yang bermotif konflik keagamaan menambah catatan buruk peran agama di ranah publik. Tragisnya, peristiwa-peristiwa bercorak terorisme tersebut bersumber dari agama Islam, yang nota benenya secara ajaran diakui oleh para penganutnya sebagai agama yang sempurna.

Konflik berkepanjangan bercorak agama memang sangat rentan terjadi di tengah-tengah masyarakat, mengingat agama memang satu unsur kehidupan yang cukup peka jika sekiranya ada faktor yang mengusiknya. Perang salib yang berkecamuk sampai 9 tahap dalam kurun waktu yang cukup lama adalah salah satu momen konflik becorak agama yang cukup mengerikan sepanjang sejarah Islam-Kristen. Korbanpun berguguran di antara kedua belah pihak, sisi kemanusiaan saat itu dicabik-cabik oleh sikap anarkis bermotif agama. Disinilah agama menjadi satu titik pertanyaan besar, benarkah agama sumber ketenangan ataukah sebaliknya?.

Boleh saja sebagian orang beranggapan agama adalah sumber ketenangan dan malapetaka. Menempatkan agama berdiri diantara dua sudut yang berlawanan memang tidak sepenuhnya salah, akan tetapi rasanya terlalau terburu-buru jika kemudian pernyataan tersebut dibiarkan lepas tanpa diikuti dengan pengungkapan ilmiah yang berimbang dan valid. Karena walau bagaimanapun sisi perdamaian yang dibawa oleh agama juga merupakan satu kenyataan yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Dengan demikian sisi kelam dari agama tidaklah menunjukkan agama tersebut sebagai sumber kebobrokan akan tetapi yang menjadi persoalan adalah seberapa jauh para penganutnya dapat memahami ajaran agama itu sendiri.

Bila saja merujuk pada ajaran agama, dalam hal ini Islam sebagai satu model ajaran agama yang memproklamirkan sebagai agama kemanusiaan. Kedatangan Islam pertama kali jika ditinjau dari sejarahnya adalah satu bentuk respon terhadap masyarakat pagan dengan prinsip-prinsip kesetaraan, kemerdekaan serta penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia, dimana waktu itu unsur-unsur kemanusiaan banyak terabaikan oleh masyarakat Arab yang jahiliyah. Islam dengan prinsip-prinsip kemanusiaan yang melekat pada ajarannya sebagai satu agama yang mencoba mengangkat sisi kemanusiaan yang ternoda tersebut kembali pada tempatnya, sehingga dari situlah secara kukuh Islam bisa dinyatakan sebagai agama kemanusiaan.

Lembaran sejarah dunia Islam juga menyajikan satu cerminan yang cukup penting untuk dilihat pada satu kondisi masyarakat Madinah yang cukup akur antar kelompok satu dengan kelompok yang lain. Waktu itu Madinah adalah suatu kota yang ditinggali oleh masyarakat yang majemuk, secara garis besar ada tiga kelompok besar masyarakat waktu itu, yaitu kaum muslimin (Anshor dan Muhajirin), orang Arab yang belum masuk Islam dan Yahudi. Waktu itu kaum muslim adalah kelompok yang paling dominan diantara kelompok lainnya, namun Islam waktu itu tidak menampilkan satu kelompok yang angkuh, tapi Islam yang diperagakan oleh Rasulullah waktu itu sebagai Islam yang rahmatan lil’alamin (mengayomi dan menghargai perbedaan). Islam yang ramah tersebut tertuang dalam satu nota kesepahaman yang dikenal dengan Piagam Madinah. Dalam piagam inilah terlintas kedekatan Islam sebagai agama yang sangat menghargai unsur kemanusiaan, lewat penginsafan adanya perbedaan keyakinan yang harus dihormati.

Begitu cukup indah cerminan sejarah yang terdeskripsikan di atas, itulah wajah Islam yang dicontohkan oleh rasul. Islam adalah agama yang santun, sangat memanusiakan manusia dengan menghargai perbedaan sebagai salah bentuk kenyataan hidup yang tidak bisa disisihkan. Al-Qur’an juga memberikan satu respon toleran pada persoalan keyakinan dan agama, “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Cukup banyak contoh-contoh yang lain mengenai sikap toleransi yang diajarkan oleh Al-Qur’an lewat ayat-ayatnya yang Agung, kemudian akhirnya membawa ajaran Islam sebagai satu model ajaran agama yang kental akan penghargaan terhadap unsur-unsur kemanusiaan.

Sejarah serta sedikit kutipan ajaran Al-Qur’an di atas cukup kiranya untuk mengatakan bahwa Islam secara ajaran, mungkin juga pada ajaran-ajaran agama yang lain pada prinsipnya sangat menghargai dan mendambakan kondisi kemanusiaan yang wajar. Tidak ada dalam ajaran-ajaran tersebut ajakan untuk saling memusuhi, dengan demikian agama tetaplah suatu ajaran yang suci, yang menjadikan agama itu sebagai tempat bertikai adalah para pemeluknya yang salah dalam memahami ajaran agamanya. Tetapi, pertikaian antar agama tetap menjadi satu problem yang terus melilit sejarah peradaban manusia sampai detik ini.

Islam dengan seperangkat ajarannya yang sejak dari pertama adalah agama kemanusiaan tentunya mempunyai banyak sisi untuk dijadikan satu titik tolak menuju hubungan antar umat beragama yang harmonis. Jika Nabi sempat mencontohkan lewat Piagam Madinah yang merupakan segmen pada tataran perpolitikan, kiranya juga sangat menarik jika kemudian perdamaian itu bisa dirajut melalui sisi spiritual. Dimensi spiritual dalam kahzanah keislaman yang paling menarik dalam hal ini adalah tasawuf.

Tasawuf dengan bidikan esoterisnya jika ditarik pada kehidupan modern saat ini cukup mumpuni sebagai mediator terciptanya masyarakat multi agama yang rukun. Kehidupan modern yang dipenuhi dengan multi aktifitas yang menggerahkan, nampaknya menggiring manusia pada satu kondisi jiwa yang rapuh. Jiwa yang rapuh inilah yang kemudian bisa saja dimasuki oleh dorongan-dorongan negative yang menghantarkan pada sikap anarkis yang bisa saja terwujud dalam bentuk penghinaan pada kelompok keyakinan yang lain. Tasawuf dengan olah rohaninya menjadi satu jawaban yang bisa menstabilkan kondisi krisis jiwa umat Islam dengan kondisi tersebut. Ajaran kedamaian, cinta serta kasih sayang dalam dunia tasawuf adalah segmen yang cukup menarik untuk disingkap, sekaligus sebagai upaya membangun hubungan umat beragama yang harmonis. Tulisan ini akan menyajikan bagaimana ajaran-ajaran yang ada dalam tasawuf bisa diimplikasikan pada ranah konkret terutama yangbertalian dengan konteks kerukunan antar uma! t beragama.

B. Ajaran Humanistis dalam Tasawuf
Tasawuf sampai saat ini masih dicitrakan sebagai disiplin ilmu yang bersifat personal. Capaian-capain kebenaran yang disingkap bersifat subyektif, sehingga dinilai tasawuf tidak cukup peka dengan persoalan sosial. Para ahli tasawuf dianggap orang-orang yang egois, yang selalu beradu mesra dengan Tuhannya. Sementara lingkungan, problem sosial adalah realitas lain seolah-olah tasawuf berada jauh di luar itu. Mungkin memang demikian satu segmen tasawuf yang memperagakan praktek tasawuf yang ekslusif. Tentu, bukan ini yang dimaksud dari tasawuf itu sendiri, di dalam tasawuf ada ajaran-ajaran yang sangat berkaitan dengan kehidupan konkret yang menata hubungan antar sesama manusia. Esklusifitas dalam dunia tasawuf adalah satu bagian stigma yang harus dipugar menjadi tasawuf yang lebih ramah pada realiatas, sehingga kemudian terciptalah satu tasawuf yang inklusif.

Menggali hubungan tasawuf dengan fenomena sosial yang menyangkut humanistis perlu kiranya suatu tahapan memulangkan hubungan yang dimaksud tersebut terlebih dahulu pada makna dan arti dari tasawuf itu sendiri. Kondisi ini sangat sulit untuk dihindari, karena ajaran dalam tasawuf itu sangat terkait dengan tekanan-tekanan yang terkandung dari arti tasawuf secara definitive. Tasawuf mempunyai arti sebagai bentuk perwujudan dari ihsan yang berarti kesadaran adanya komonikasi dan dialog seorang hamba dengan Tuhannya. Adapun kondisi yang tidak boleh lepas dari seorang manusia sebelum benar-benar larut dalam gumulan ajaran tasawuf seorang hamba harus melewati kondisi zuhud yang berarti meninggalkan hidup kematerian. Beranjak dari individu zahid inilah seorang hamba akan menapaki individu sufi.
Tasawuf dalam terminologi epistemologi khazanah keilmuan Islam sebagai bagian dari tiga pilar epistemologi Islam. Pada konteks ini Tasawuf dianggap sangat berdekatan dengan epsitemologi Irfani walaupun beberapa kalangan berpendapat adanya perbedaan mendasar antara tasawuf dan irfani sebagai sebuah epistemologi. Tasawuf lebih ditempatkan sebagai sisi kultur spiritual (spiritual culture) yang tidak dianggap bisa menyelesaikan persoalan kontemporer, karena kebenaran pencapaiannya hanya berupa kebenaran subyektif. Adapun irfani ditempatkan sebagai suatu metodis keilmuan dengan sedikit meminjam istilah-istilah yang ada dalam tasawuf itu sendiri.
Sebenarnya cukup dilema ketika irfani dan tasawuf dipisahkan dengan suatu jurang pemisah yang cukup jauh, karena apa yang ditunjuk oleh irfani secara substansi adalah apa yang juga ditunjuk oleh tasawuf sebagai suatu kebijaksanaan abadi yaitu Tuhan. Terlepas dari problem kontroversial tersebut titik kedekatan tasawuf dan irfani terletak ! dari olah jiwa (riyadlah) yang merupakan bagian paling prinsip dari tasawuf dan irfani, inilah kemudian dikenal dengan kasyf yang berupa penyingkapan kebenaran Tuhan pada hambanya.
Pada prakteknya tasawuf merupakan satu bentuk potensi universal manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok kemanusiaannya dari sisi spiritual yang berkaitan dengan hatinya. Jika akal memenuhi kebutuhannya lewat realitas maka hati juga perlu pemenuhan kebutuhannya lewat perjumpaannya dengan Tuhan, tasawuf inilah yang menyajikan seperangkat instrument untuk mencapai perjumpaan tersebut. Pada sisi lain ada semacam keterbatasan akal pada suatu sudut tertentu sehingga kemudian menemui titik syak (ragu). Pada titik inilah hati sebagai bagian komponen pada tasawuf bisa memberikan perannya untuk menghantarkan keraguan tersebut pada titik valid menuju titik sumber dari segala pengetahuan yaitu Tuhan.

Sekilas dari uraian di atas mengindikasikan tasawuf berupa ajakan-ajakan pendekatan dan penghayatan ritual keagamaan belaka. Tetapi satu hal yang perlu diketahui bahwa ada kosa kata yang cukup populer dalam dunia tasawuf, tanpa kata tersebut maka tasawuf tidaklah sempurna,kata kunci itu adalah cinta. Lewat catatan sejarah kesufian Rumi yang cukup luas tercermin satu bentuk percintaan yang cukup intim antara seorang hamba pada Tuhannya. Bisa dikatakan peran cinta yang mengolaradalam hati Rumi sebagai bentuk keindahan hubungannya dia bersama Tuhan.

Merujuk pada awal munculnya tasawuf terdapat satu tahap yang mengindikasikan bahwa cinta sebagai spirit dari dari praktek tasawuf. Semula tasawuf adalah bentuk rasa takut seorang hamba terhadap dosa, kemudian pada masa Rumi tasawuf sebagai praktek rasa cinta terhadap Tuhan lalu ada tahap berikutnya adalah masa pembentukan literatur dunia tasawuf yaitu pada masa Al-Sarraj. Pada priodisasi kemunculan tasawuf kakata kunci cinta menjadi kata kunci yang vital ketika menyebut tasawuf sebagai suatu bentuk kajian.

Cinta digambarkan dalam dunia tasawuf adalah keadaan yang dialami dalam hati seorang hamba yang cukup sulit untuk diungkapkan secara lisan. Keadaan seperti ini kemudian mendorong kondisi seorang hamba pada pensucian Tuhan dan pencarian ridla-Nya yang luas. Pencarian ridla-Nya yang luas tidak terkungkung pada satu kondisi ritual peribadatan saja tapi juga mempunyai makna yang lebih luas, tentunya juga menyentuh problem-problem sosial kemanusiaa.

Ketika tasawuf selalu berkaitan dengan cinta maka tentunya juga sangat berkaitan dengan keindahan. Kenyataannya cinta memang selalu bertalian dengan keindahan, karena suatu keindahan, cinta itu muncul, namun bisa saja karena cinta lalu kemudian muncul keindahan. Demikian cukup dekat dan bisa dikatakan telah merekat antara keindahan dan cinta itu sendiri. Sehingga bisa dikatakan seorang sufi adalah individu yang halus yang penuh dengan cinta dan keindahan.

Suatu bentuk keindahan tertinggi dalam terminologi tasawuf adalah pertemuan dengan Tuhan. Pertemuan tersebut setelah terciptanya kesucian hati. Dengan demikian titik keindahan jika sedikit diseret pada ranah kemanusiaan maka keindahan yang tertinggi terdapat pada keindahan hati. Keindahan hati biasa diistilahkan dalam dunia tasawuf dengan ihsan. Ihsan secara terminilogis mempunyai banyak makna yang berupa, indah, baik dan sempurna. Makna yang terkandung secara terminologis tersebut tidak hanya berlaku pada kondisi hubungan internal seorang individu dengan Tuhannya tetapi termanifestasikan dalam bentuk hubungan antar manusia lewat etika dan moral.

Ihsan dalam arti yang lain adalah kedamaian pada jiwa seorang hamba dalam kondisi keseimbangan dan harmonis dengan dunia. Ihsan juga berarti menyelam dalam keindahan pada semua level manifestasinya termasuk membebaskan diri dari batasan-batasan eksistensi keduniawian yang kemudian menggiring suatu kesadaran pada samudera keindahan tanpa batas, yaitu Tuhan itu sendiri.

Keindahan tanpa batas tersebut menandakan keindahan tesebut juga tidak tebatas pada hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga sangat berkaitan dengan hubungan antar sesama manusia. Sebenarnya sangat banyak sekali sisi lain dari ajaran tasawuf yang mencerminkan kehumanisan dan mengedepankan kedamaian, akan tetapi secara garis besar nampaknya cinta dan keindahan inilah satu titik paling signifikan dan nampaknya paling familiar di tengah-tengah halayak umum, paling tidak familiar bagi penulis sendiri.

Sisi lain yang mungkin juga tidak bisa dilewatkan ketika tasawuf ditinjau dari sisi humanistis adalah konsep mengenai wahdat al-Adyan. Konsep wahdat al-Adyan adalah suatu konsep kreatif yang hendak membawa umat mansuia pada pentingnya memahami persamaan dan kesatuan agama-agama secara original. Ketika menyebut konsep ini mengingatkan pada seorang tokoh penggagasnya yaitu, Ibn Arabi (1240 M). Sejatinya konsep ini adalah satu rangkaian yang berkaitan dengan teori hulul dari al-Hallaj yang menyatakan bahwa pada dasarnya agama-agama berasal dari dan akan kembali kepada pokok yang satu. Pada konsep ini perbedaan yang ada dalam agama-agama sekadar perbedaan dalam bentuk dan namanya, sedangkan hakikatnya yakni mengabdi pada Tuhan yang sama.

Konsep Wahdat al-Adyan jika merujuk pada analoginya Ibn Arabi adalah semacam perbincangan antara konsep yang satu (alwahid) dan yang banyak (katsir). Dalam hal ini Ibn Arabi membawa konsep ini pada tataran filosofis yang menggambarkan hubungan Tuhan (al-wahid) dengan alam, dimana Tuhan hanya bisa dipahami setelah adanya perpaduan antara dua sifat yang berlawanan (wahid-katsir) kemudian dalam tataran epsitemologisnya disebut dengan wahdatul wujud. Bermula dari dasar filosofis ini kemudian bisa ditarik semacam pemahaman bahwa Tuhan memanifestasikan Dirinya pada alam yang banyak dalam bentuk yang tidak terbatas, proses ini dikenal dengan sebutan tajalla. Konsep ini seakan-akan memeberikan ruang bagi manusia untuk memahami Tuhan dari berbagai sisi lewat menifestasi-manifestasi Tuhan yang begulir dalam bentuk konsep-konsep keagamaan.
Keberadaan Wahdat al-Adyan cukup banyak mengundang kontroversi,
kecenderungan memadukan agama-agama memunculkan banyak kerisauan di tengah-tengah umat muslim. Namun bila boleh disimpulkan yang dimaksud dengan Wahdat al-Adyan oleh Ibn Arabi adalah tidak pada level syariat, bentuk, identitas yang berdimensi eksoteris, akan tetapi perjumpaan agama tersebut ada level esoterik atau spiritual yang bermain pada tingkat penghayatan pengalaman personal. Terlepas dari kontroversi yang bergulir, konsep Wahdat al-Adyan adalah satu pencapaian tasawuf yang sangat humanis, dimana ketika konsep ini menjadi satu sikap dan pandangan kebergamaan maka hubungan antar umat beragama tidak akan diliputi saling mencurigai atau tindak cacat moral lainnya.

C. Implikasi Ajaran Tasawuf dalam Kehidupan Hubungan Antar Agama
Tahapan ini adalah tahapan yang menghendaki bagaimana ajaran-ajaran tasawuf tersebut yang terdapat pada ulasan sebelumnya bisa ditransfer pada ranah sturktur sosial kemasyarkatan yang mejemuk. Setidaknya ada satu pertanyaan mungkinkah tasawuf juga ada dalam agama-agama yang lain selain Islam? Jika ada maka pintu menuju kedamaian lewat tasawuf adalah satu pintu yang akan mengahantarkan pada kedamaian yang berimbang, karena akan terjalin semacam kesepahaman antar agama.

Jika merujuk pada kemunculan tasawuf dalam Islam maka sangat kentara bahwa tasawuf sebagai tindak mistik adalah bentuk gejala universal yang terdapat di berbagai macam kepercayaan. Persepsi mengenai sumber tasawuf Islam yang menunjuk India dengan komonitas mistik Hindunya lalu memunculkan kelompok sufi Islam dari Khurasan adalah satu bentuk rangkaian dimana terdapat keterpengaruhan para sufi Islam terhadap prilaku mistik pada dunia Hindu. Sumber kedua menunjuk pada dunia Kristen yang juga mempunyai ajaran mistik yang berkaitan dengan oleh jiwa (riyadlah dalam dunia tasawuf). Kemiripan tasawuf Islam pada tindak mistik dunia Kristen menunjukkan kemungkinan adanya persamaan lainnya dengan ajaran yang terdapat dalam tasawuf.

Islam sejak dari awal adalah agama kemanusiaan yang menjunjung kedamaian seperti yang tercermin pada ajaran tasawufnya yaitu sebagai agama rahmatan lil alamin. Mencoba membuka lembaran ajaran Kristen sebagai agama yang paling dekat dengan kehidupan muslim di negeri ini adalah satu pembuka kesadaran pada tahap kesadaran pluralitas. Satu simbol dan ciri khas dari ajaran Kristen adalah ajaran kasih sayangnya. Secara teologis kaum Nasrani meyakini bahwa penyaliban Yesus adalah bentuk cinta kasih pribadi Yesus pada manusia untuk menebus dosa anak cucu Adam. Ajaran moral cinta kasih ini mengubah moral jutaan umat Nasrani untuk saling mengasihi antar sesama manusia.

Ajaran cinta kasih ini konon juga terdapat pada ajaran agama-agama yang lain, sehingga ajaran cinta ini menjadi perekat perekat antar agama di dunia,mengingat titik inilah menjadi kesamaan universal yang dimiliki oleh setiap agama. Dengan demikian persepsi atau pandangan stereotype yang sering kali dimilki oleh sebagian muslim terhadap agama yang lain tidak perlu terjadi mengingat ada sisi persamaan pada masing agama yang ada tersebut.

Jika kembali pada tasawuf sebaga mediator pembawa kedamaian hubungan antar umat beragama maka secara ekplisist dunia tasawuf menyediakan seperangkat tahapan menuju kesadaran cinta damai yang merupakan inti dari perekat antar hubungan antar agama. Tahapan-tahapan tersebut terbagi menjadi tujuh tahapan yang merupakan maqomat dalam terminology tasawuf. Pertama taubat, yang berupa peninggalan perbuatan yang kurang baik berupa penginsafan terhadap dosa atas, kealfaan mengingat Allah dengan disertai penyesalan yang mendalam. Kedua Wara’ menjauhakn diri dari yang subhat (statusnya tidak jelas) baik secara lahir dan batin. Ketiga Zuhud, tidak mengutamakan kehidupan dunia. Keempat Faqir, mengosongkan seluruh pikiran dan harapan dari kehidupan masa kini dan masa depan, dan tidak menghendaki sesuatu apapun kecuali Tuhan SWT. Kelima, Sabar yang berarti menerima segala bencana dengan laku sopan dan rela. Keenam Tawakkal yaitu percaya atas segala apa yang ditentukan Tuhan dan yang ke! tujuh adalah Ridla yakni hilangnya rasa ketidaksenangan dalam hati sehingga yang tersisa hanya kegembiraan dan sukacita.
Tujuh tahapan di atas menjadi penting untuk dilewati mengingat cinta yang dimaksud sebagai cinta sejati dalam dunia tasawuf tidak bisa dicapai kecuali seorang individu tersebut melebur pada dunia sufi itu sendiri. Dengan membaur pada dunia sufi maka tasawuf sebagai jalan menuju kedamaian tidak hanya sebagai teori tetapi masuk menjadi pengamalan, tentunya pengetahuan yang dicapai antara peresapan ide lewat akal saja dengan pengetahuan yang dicapai lewat pengamalan mempunyai tensi yang berbeda.

Uraian ini cukup layak untuk mengimplikasikan ajaran humanistis pada tataran realiatas. Secara konkret implikasi pengamalan ajaran humanistis itu dapat direalisasikan dalam hubungan antar agama ketika pemahman publik mengenai ajaran agama-agama yang ada dapat dipahami oleh masing-masing pemeluk yang ada, sehingga dalam bentuk riil bisa memungkinkan pengajaran-pengajaran agama lain pada agama tertentu, misalnya saja mungkin saja terdapat Studi agama Kristen pada Universitas Islam begitu juga sebaliknya. Kemudian pada tahap kedua adalah melaksanakan ajaran tasawuf secara amaliyah untuk menghantarkan pada kesadaran yang utuh mengenai ajaran humanistis yang terdapat dalam tasawuf.

D. Kesimpulan
Tasawuf memang separangkat tawaran yang layak untuk dipilih dari sekian banyak alternatif lain sebagai penawar dari adannya konflik yang cukup akut dalam hubungan antar agama. Ajaran yang humanistis dalam dunia tasawuf adalah cerminan ajaran Islam yang damai dan ramah bagi golongan kepercayaan apapun di dunia ini. Pandangan pluralis lewat ajaran tasawuf tidak hanya bisa mengayomi perbedaan tetapi juga sebagai alternative untuk mengangkat agama yang ada saat ini secara umum (tidak hanya Islam) pada porosnya sebagai pembawa kedamaian.
Memahami ajaran agama-agama lewat Interrelegius studies adalah keharusan di dunia muslim kontemporer untuk menghindari stereotype terhadapa agama-agama yang lain. Selain itu pengamalan tasawuf dalam keseharian adalah jalan kedua untuk mencapai cinta kasih yang dipahami sebagai kebenaran universal oleh agama yang lain. Dengan demikian diharapkan konflik bermotif agama di puncak peradaban ini tidak lagi terjadi.