Cari Blog Ini

Sabtu, 09 Juli 2011

FILSAFAT TASAWUF

filsafat tasawuf
Prof. Dr. HM. Amin Syukur dan Dr. Abdul Muhayya, MA.

Sayyid Husain Nashr dalam suatu survei menyimpulkan, dalam beberapa dekade terahir sufisme mengalami kebangkitan di dunia muslim sejak Syiria, Iran, Turki, Pakistan sampai Asia Tenggara. Terdapat peningkatan signifikn, terutm dikalangan pendidik.
Di Indonesia sendiri juga muncul gejala tasawuf ke panggung keagamaan juga terlihat lebih jelas. Munculnya kursus-kursus tasawuf yang diselenggarakan semacam LSAF (lembaga studi agama dan filasafat) dan paramadina menarik minat cukup tinggi , terutama bagi kaum kota yang terdidik secara modern. Kehidupan ini juga meramba para penyair- penyair Sufistik, antara lain Cak Nun dan Gus Mus.
Kebangkitan tasawuf dan tharekat ini telah menimbulkan banyak pertanyaan dari kalangan pengkaji sosiologi agama dan modernisasi. Mengapa dalam situasi di mana kemjuan ilmu dan teghnologi kian marak, justru semakin banyak orang tertarik pada tasawuf ?. Naisbitt dan Aburdene dalam Megatrends 2000 agaknya menarik untuk dicatat. Menurut mereka, ilmu pengetahuan dan teghnologi yang melaju cepat di era modern sekarang ini tidak memberikan makna tentang kehidupan. dalam era modernisasi ini kecepatan informasi dan mobilisasi antara manusia di muka bumi ini mengkibatkan interaksi social budaya. Demikianlah, modernisasi dipandang gagal memberikan kehidupn yang lebih bermakna kepada manusia, karena itu tidak heran bila mereka kembali pada agama yang memang berfungsi antara lain untuk memberikan makna dan tujuan hidup. Modernism dan mderenrinasi ternyata gagal menyingkirkan agama dari kehidupan masyarakat. Naisbitt dan Aburdene berpendpat bahwa yang mengalami kebangkitan dalam masa abad agama ini adalah spiritualitas bukan agama-agama formal (organized religion). Seperti Yahudi, Nasrani, Islam adalah tidak memiliki masa depan.
Karena mereka berpandangan bahwa agama-agama itu mempersempit universalitas ajaran tuhan, menurutnya lagi bahwa optimisme dan ramalan penganut deisme (beriman kepada Tuhan) alami itu, setelah berjalan berates-ratus lamanya, ternyata tidak semuanya benar, untuk tidak mengtakan meleset sama sekali. Tetapi, sekarang fonemena itu terbalik. Seperti agama Yahudi semakin kuat di peluk oleh orang-orang Israel. Agama Kristen juga tetap di peluk orang barat walaupun trendnya drastis untuk kehadiran di gereja. Islam juga semakin menunjukkan revevalismenya walaupun hanya sebatas ukuran kualitas karena semakin bertambahnya bangsa-bangsa lain beralih memeluk yang asalnya non Muslim beralih ke Muslim. Menurut Azzumardi, perkembangan pasca masyarakat modern ini tidak memdahi lagi untuk dipenuhi dengan sekedar literalisme doktriner dengan ibadah-ibadah pokok, tetapi orang lebih memerlukan pengalaman keagaman lebih intens dalam proses pencarian makna. Dn jawaban ini hanya diberikan oleh sufisme, tidak oleh fundamentalisme yang kering karena sifat literalnya tadi. Lebih jauh lagi Fazlur Rahman mengtakan bahwa fundamentalisme pasca modernis elan dasarnya anti barat.
Kasus Indonesia
Secara kronologis, krisis yang melanda bangsa kita ini bermula dari krisis keimanan, yang kemudian menyebabkan krisis moralitas, dan diikuti social budaya. Berbagai kerusuhan, pelanggaran HAM, kesimpangan sosial, kebocoran uang Negara, monopoli dan lain-lainnya yang terjadi di Indonesia itu sendiri karena lupa kepada allah SWT. Dalam hal ini cara kebergamaan bangsa Indonesian lebih cenderung pada formalitas dan cenderung melupakan makna serta esensi dari ajaran agama. Karena itulah mungk dengan terbitnya buku Tasawuf dan Krisis ini dapat member manfaat dan dan tetesan air sejuk di musim panas.

BAGIAN PERTAMA
TASAWUF DAN KRISIS SPIRITUALITAS
ISLAM DAN MASYARAKAT MODERN
Prof. DR. Simuh
Masyarakat modern dewasa ini tumbuh dari pengembangan kebudayaan Yunani purba yang puncaknya ajaran filsafat rasional yang menyebar ke timur tengah lantaran pengembangan dan penaklukan raja Alexander yang agung. Kebudayaan Yunani Purba memang sangat unik, karena dai sinilah muncul pemikiran filsafat yang rasional dan ilmiah, maka dalam perkembangan filsafat dan kebudayaan yunani purba ini dinamakan zaman klasik atau zaman embrio dari masyarakat modern dewasa ini. Yang mana memunculkan pemikiran-pemikiran yang rasional ilmiah.
Kami mencoba mengambil arti kutipan S. Takdir Ali Syahbana, mengenai perbedaan yng fundamental antara filsafat rasional dari barat dan filsafat kebatinan dari timur ( India, Persia, Cina, Kejawen, Tasawuf dan sebagainya). Pokok perbedaan itu antara lain :
1. Barat memandang manusia bukan alam dan berbeda dengan alam. Menurut timur manusia itu sebagai mikrokosmos (jagat cilik).
2. Budaya barat mengakui adanya hukum alam yang mekanistik yang perlu dikaji dan dimanfaatkan bagi pengembangan cara berfikir dan ilmu pengetahuan. Dan sebaliknya dalam filsafat kebatinan dan mistik timur tidak memperdulikan adanya hukum alam.
3. Filsafat barat menggerakkan manusia untuk mengkaji rahasia-rahasia hukum alam untuk memanfaatkan bagi kemajuan hidup manusia. Sedangkan filsafat timur menggerakkan kegandrungan manusia untuk menyingkap rahasia-rahasia alam ghaib yang di balik alam nyata ini.
Melihat kutipan diatas, bahwa yang punya pemikiran yang sejajar dan seirama dengan budaya barat adalah agama yahudi, Kristen dan islam. Terutama Islam Sunni (Islam Sar'i) bukannya Islam Sufi.
Ajaran tasawuf menurut kodratnya adalah ekstrim kerohanian dan anti kritik penalaran kerohanian. Akhirnya dalam pengembangannya mampu mendominasi alam pikiran islam sejak runtuhnya bagdad dan cordova.
PERAN TASAWUF
DALAM MENANGGULANGI KRISIS SPIRITUAL

Secara teologis, manusia adalah mahkluk allah, ia adalah ciptaannya yang ditunjuk sebagai hamba dan kholifahnya di muka bumi ini. Manusia diciptakan oleh allah daria tanah liat, allah berfirman:

7. yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.

71. (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah".
Di samping jasad, manusia juga mempunyai ruh. Allah berfirman:

29. Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
Sejalan dengan al-quran, para filosof islam juga mengakui bahwa manusia itu tersusun dari element materi dan immateri.
Dalam pandangan al-hallaj, allah dan manusia masing-masing memiliki aspek lahut dan nasut. Nasut Allah berada dalam bentuk adam yang dimilikiNya, sedangkan lahut manusia berwujud ru yang berasal dariNya. Manakala lahut dan nasut bercampur itu dinamakan Hulul.
Mengingat ruh memiliki fungsi yang sangat dominan dalam diri manusia maka krisis spiritual bagi manusia menyebabkan terjadinya berbagai penyakit jiwa dapat menimbulkan berbagai kemadharatan baik bagi sendiri maupun orang lain. Demikian juga krisis spiritual akan juga akan menurunkan martabat manusia kejurang kehancuran yang mengancam peradapan dan eksistensi manusia
Problem spiritualitas bagi manusia modern merupaka suatu hal yang tidak mudah untuk di pecahkan begitu saja. Karena itu manusia modern telah kehilangan keyakinan-keyakinan metafisis dan eskatologis (ilmu tentang akhirat).
Jadi manusia modern keberadaanya tidak lebih dari keberadaan seperti mobil yang tersusun dari berbagai bagian dengan sebab akibat. Sehingga dengan dasar itu manusia modern selalu di hinggapi oleh rasa tidak aman dan kadang malah terasa terancam oleh kemajuan yang diperolehn ya sendiri.





TASAWUF SEBAGAI TERAPI KRISIS SPIRITUAL

Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan tasawuf, meskipun demikian mereka sepakat bahwa tasawuf adalah moralitas yang berdasarkan islam (adab).karena itu seorang sufi adalah mereka yang bermoral. Sebab semakin ia bermoral semakin bersih dan bening (shafa) jiwanya. Jadi hokum islam tanpa taswuf (moral) adalah ibarat badan tanpa nyawa atau wadah tanpa isi.
Moralitas yang di ajarkan oleh tasawuf akan mengangkat manusia ke tingkatan shafa al-tauhid. Pada tahab inilah manusia akan memiliki moralitas allah (al-Takhalluq bi akhlaq Allah), dengan itu maka terjadilah keselarasan dan keharmonisan antara kehendak manusia dan iradah-Nya.
Lebih lanjut tasawuf berfungsi sebagai terapi krisis spiritual. Sebab:
1. Tasawuf secara psikologis, merupakan pengalaman dari hasil spiritual dan bentuk dari pengetahuan langsung mengenai realitas-realitas ketuhanan yang cenderung menjadi innovator dalam agama.
2. Kehadiran tuhan dalam bentuk pengalaman mistik dapat menimbulkan keyakinan yang sangat kuat.
3. Dalam tasawuf, hubungan seorang dengan allah di jalin atas rasa kecintaan.
Dengan kata lain, moralitas yang menjadi inti dari ajaran tasawuf dapat mendorong manusia untuk memelihara dirinya dari menelantarkan kebutuhan-kebutuhan spiritualitasnya.

CARA MEMELIHARA JIWA YANG ADA DALAM DIRI MANUSIA

Tasawuf sebagai sebagai salah satu ilmu keislaman memberikan perhatian khusus pada aspek spiritual yang dimiliki manusia. Yang selanjutnya mengajarkan proses pembersihan, memperdayaan penyatuan dengan sumber kesempurnaan dan keindahan allah.
Maka proses pertama di sebut tahalli. Untuk mencapai tujuan ini mereka harus melalui maqomat-maqomat:
1. Taubat; secara etimologi berarti kembali, dalam tahapan ini seseorang dituntut kembali dari nyang baik menuju yang lebih baik (inti dari inabah) dan yang lebih baik menuju yang terbaik.
2. Wara’; menahan diri dari dari berbuat maksiat dan perkara yang subhat. Dengan tujuan menjaga kebersihan dan kesucian jiwa dari berbagai dosa yang dapat menyelimutinya (hijab).
3. Zuhud; (عدم الإهتمام) tidak adanya perhatian, bertujuan memalingkan jiwa dari hal-hal yang kekinian menuju hal-hal yang berorientasi besok dan abadi.
Proses kedua disebut tahalli, dalam tahapan ini seorang diharuskan memiliki sifat qona’ah, ridla, tawakal, taslim, tafwidh dan sebagainya.
Menurut al-hakim al-tirmizdi secara psikologis ada empat tingkatan batin yang ada dalam diri manusia, yaitu;
1. Shadr; tempat penyimpanan ilmu yang dapat menjadikan orang mampu dan mau mengerjakan aturan syari’ah
2. Qolb; yang ada didalam shadr, sumber dari cahaya keimanan.
3. Fu’ad; yang berada di dalam qolb merupakan sumber dari cahaya ma’rifat. Fu’ad ini berfungsi untuk mengetahui realitas.
4. Lubb; aspek spiritual yang ada di dalam fu’ad, merupakan simbul dari cahaya tauhid. Cahaya tauhid ini merupakan basis dari ketiga cahaya sebelumnya dan dialah yang menerima rahmat Allah.

Secara ringkas penjelasan al-hakim al-tirmidzi dapat disingkat dalam gambar sebagai berikut:
Tingkatan spiritual Shadr Qolb Fu’ad Lubb
Cahaya di peroleh Nur al-Islam belajar membaca Nur al-iman pemberian allah Nur al-ma’rifat pemberian allah Nur al-tauhid pemberian allah
Kualitas Dapat lupa Mengetahui realitas Melihat realitas Iluminasi tuhan
Predikat jiwa yang ada Muslim al-nafsu al-amarah Mu’min al-nafsu al-mulhimah ‘arif al-nafs allawwamah Muwahhid al-nafs al-muthmainah

Keempat tingkatan spiritualitas tersebut adalah cahaya ilahi yang memancar dalam tubuh manusia. Semuanya dapat berfungsi dengan baik manakala al-nafs al-amarah yang ada dalam diri manusia dapat di training dan diarahkan supaya menjadi al-nafs al-mutmainnah melalui berbagai maqomat dan mujahadah.

MASA DEPAN TASAWUF
Prof. DR. HM. Amin Syukur, MA.

a. Landasan Normatif Tasawuf
Islam adalah agama pertengahan jika di bandingkan dengan dua agama samawi pendahulunya. Agama yahudi lebih menekankan legalistic yang berorientasi kepada kemasyarakatan, sementara agama Kristen lebih menekankan aspek spiritualistic seperti pengalaman rohani sehingga agama itu terkesan lembut (kasih).
Islam sebagai system ajaran yang tawasuth serta lengkap dan utuh. Memberikan gambaran atau tempat penghayatan keagamaan baik yang eksoterik (dhohiri) maupun yang esoteric (bathini).

b. Neo-Sufisme
Ketika prof. Hamka menulis bukunya yang terkenal Tasawuf Modern, beliau sungguh-sungguh telah meletakkan dasar-dasar bagi neo-sufisme di tanah air kita. Dalam bukunya terdapat alur pikiran yan memberi apresiasi yang wajar kepada penghayatan esoteric islam, namun sekaligus disertakan peringatan bahwa esoterisme itu harus tetap terkendalikan oleh ajaran –ajaran standart syari’ah.
Tokoh-tokoh neo-sufisme sangat mementingkan hadis sebagai sumber inspirasi dalam upaya merekontruksi etis-sosial kaum Muslimin dengan catatan bahwa hadis tersebut benar-benar dari isnad yang dapat di percaya.
Tokoh-tokoh neo-sufisme, seperti al-Qushoshi guru dar abd rauf al-Sinkili dan muhamad yusuf al-Makassari-tidak menekankan pentingnya aktivisme intelektual, tetapi menekankan aktivisme dalam bentuk-bentuk yang lebih praktis.
Jadi, neo-sufisme sangat menekankan perlunya pelibatan diri dalam masyaraat secara lebih kuat dari pada sufisme lama.


BAGIAN KEDUA
ALTERNATIF METODOLOGIS
DALAM MENJAWAB PERSOALAN KRISIS SPIRITUAL
TAFSIR ISYARI
PROF. DR. NASHRUDDIN BAIDAN
I
Salah satu kenytaan empiric yang tak dapat di bantah berkenan dengan ayat-ayat suci alquran ialah kemungkinan untuk ditafsirkan dalam berbagai bentuk dan metode sesuai latar belakang keahlian mufassir dan tujuan yang hendak dicapainya. Berdasarkan inilah Dr. Darraz menyatakan bahwa ayat-ayat Al-Quran itu bagaikan batu pertama yang setiap sudutnya memantulkan cahaya, dan pantulannya pun tidak sama sesuai dengan kesanya masing-masing sisi, tergantung sudut pandang orang melihatnya, misalnya kaum teolog cenderung menfsirkan Al-Quran dari sudut pandang teologis, para Fuqoha dari sudut pandang fiqih. Ahli bahasa dari sudut pandang kaidah-kaidah bahasa, filosof dari pemikiran-pemikiran filosuf, kaum sufi dari ajaran-ajaran tasawuf, yang kemudian karya tafsir mreka terkenal dengan julukan TAFSIR ISYARI atau TAFSIR SUFI, begitu seterusnya.
II
Tafsir isyari adalah salah satu corak tafsir yang populer, sama halnya dengan corak falsafi, fiqhi, kalami, social kemasyarakatan, dan lain-lain. Jika demikian, maka tafsir isyari adalah satu sub bahasan atai kajian dari ilmu tafsir. Untuk lebih jelasnya lihat skema terlampir. Tafsir isyari ini adalah termasuk tafsir yang tertua karena ia telah terlahir sejak Nabi Muhammad saw.
Secara etimologi ISYARI berasal dari bahasa arab asyara-yusyiru isyaratan yang mempunyai arti isyarat atau petunjuk. Dengan demikian tafsir isyari berarti sebuah penafsiran Al-Quran yang berangkat dari isyarat atau petunjuk.
Ajaran tasawuf di bagi menjadi dua kategori, yaitu tasawuf nazhari yakni tasawuf yang mengembangkan pemikiran dan analisis rasional, dan tasawuf amali yaitu yang mengembangkan sikap hidup sederhana, zuhud dan memusatkan perhatian semata-mata untuk beribadah kepada Allah.



FIQIH DAN TASAWUF
WACANA DIALOGIS?
DR. AHMAD ROFIQ, MA

MUQODDIMAH

Ada perbedaan prinsipil antara fiqih dan tasawuf dalam tataran empiric perilaku masyarakat. Fiqih bercorak esoteric-formalistik, cenderung melihat sebuah tindakan dari syarat dan rukun. Karena itu masih bersifat hitam putih, sah dan tidak sah. Sedangkan tasawuf bercorak isoterik, yang lebih berorientasi pada kedalaman spiritualitas, dan mengutamakan pendekatan diri kepada allah.

RASULULLAH MUHAMMAD SAW ANTARA FIQIH DAN TASAWUF
Allah menegaskan bahwa muhammad adalah figur teladan (uswah hasanah) bagi hamba-hambaNya yang mengharap rahmatNya, kebahagiaan hari kiamat, dan banyak berdzikir kepadaNya. Memang ada spesifik pada diri Rasulullah. Selain sebagai pembawa syari’ah yang kemudian dicoba fahami para Sahabat diformulasiakan ke dalam fiqih. Kecen drungan sufistik Rasulullah saw telah dilakukan sebelum dia menerima wahyu kerasulan, sebagai pembawa risalah kenabian tentu beliau konsisten menjalankannya, baik dalam bentuk ibadah murni maupun sosial. secara harfiah Fiqih berarti memahami dalam (QS.al-Nisa”:78)

78. di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?

Dalam QS. Al-Taubah: 122 allah menegaskan:

122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Rasulullah saw meski telah dijamin segal-galanya oleh allah, namun beliau menghabiskan 2/3 malam harinya untuk taqorrub dan munajat kepada allah. Karenaitu tidak ada alasan yang cukup reasonable bagi siapapun yang ingin memisahkan diametral antara fiqih dan tasawuf.


SUBTANSI FIQIH: PENDEKATAN SUFISTIK
Banyak Al-Quran yang mengisyaratkan bahwa pelaksanaan ibadah – pengalaman fiqih – yang bersifat habl minallah baik dalam kontek kejiwaan maupun material, lebih ditempatkan sebagai simbolisme meski tetap wajib dilaksanakan. QS. Al-Hajj, 22:37 menegaskan bahwa: Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.dalam QS. Al-Baqoroh, 2.177 “ bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.
Ayat di atas menunjukkan secara rinci bahwa substansi pelaksanaan ibadah yang terdiri dari iman, amal dan ikhsan adalah ketaqwaan kepada Allah SWT.
Dalam rumusan Iman. Islam dan ihksan, sebagaimana dalam sabda nabi saw,

عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال : بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر , لا يرى عليه أثر السفر , ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأسند ركبته إلى ركبتيه ووضح كفيه على فخذيه , وقال : يا محمد أخبرني عن الإسلام , فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم " الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا " قال صدقت فعجبا له يسأله ويصدقه , قال : أخبرني عن الإيمان قال " أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره " قال : صدقت , قال : فأخبرني عن الإحسان , قال " أن تعبد الله كأنك تراه , فإن لم تكن تراه فإنه يراك " قال , فأخبرني عن الساعة , قال " ما المسئول بأعلم من السائل " قال فأخبرني عن اماراتها . قال " أن تلد الأمة ربتها وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان " . ثم انطلق فلبث مليا , ثم قال " يا عمر , أتدري من السائل ؟" , قلت : الله ورسوله أعلم , قال " فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم " رواه مسلم
“Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anh, dia berkata: ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya." Orang itu berkata,"Engkau benar," kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk" Orang tadi berkata," Engkau benar" Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah menjawab,"Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Orang itu berkata lagi,"Beritahukan kepadaku tentang kiamat" Rasulullah menjawab," Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." selanjutnya orang itu berkata lagi,"beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya" Rasulullah menjawab," Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan." Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Saya menjawab," Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui" Rasulullah berkata," Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu"
Al-Gozali (w.1111 M) adalah sosok fiqih yang sufi, sekaligus fillosuf dan ahli kalam. Karya monumentalnya Ikhya’ Ulumuddin adalah cermin dari al-Ghizali melakukan substansiasin fiqih dengan tasawuf. Diantaranya ia mengatakan, “ilmu bagi saya lebih mudah dari pada mengamalkan
Dengan memperhatikan uraian di atas dapat difahami bahwa fiqih saja tanpa di isi dengan tasawuf maka hasil yang akan di peroleh adalah kulinya saj, atau bisa dikataka basa basi seorang hamba dengan sang khaliqnya.

KHOTIMAH

Kita telah cukup mendapatkan pelajaran berharga, pengalaman fiqih saja akan menghasilkan manusia-manusian formalistic, namun kering dalam bahasa nuansa etika, sehingga melahirkan sebuah masyarakat yang cenderung mengalami keterpecahan integritas moralnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan meninggalkan komentar anda di kolom yang telah kami sediakan.......