BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia bukanlah mahluk yang sunyi akan dosa dan kesalahan seperti halnya malaikat. Ia adalah insan ya ng senantiasa terlibat dengan konflik antara baik dan buruk. Kalaupun ada kalangan manusia yang dinyatakan “ma’sum” hanyalah segelintir saja diantara seluruh manusia yaitu para Nabi dan Rasu. Selebihnya senantiasa berada dalam tarik menarik antara kebaikan dan kejahatan. Suatu sa’at kebaikan muncul sebagai pemenang yang membawa manusia kepada insan yang mulia dan luhur dan di saat kejahatan muncul sebagai pemenang yang membawa manusia kepada kehinaan yang akhirnya jatuh kedalam dosa.
Dalam situasi yang demikian, hubungan manusia dengan Tuhan menjadi cemar, karena dosa membuat manusia jauh dari Tuhan. Oleh karena itu manusia mesti berusaha agar hubungannya dengan tuhan dapat terjalin dan dekat kembali. Dalam kaitannya dengan hal ini, agama sebagai sistem ritual manusia terhadap Tuhan, (Burhanuddin Salam,1995: 81) biasanya mengatur upaya tersebut dalam suatu ajaran yang diistilahkan dengan taubat.
Dalam ajaran islam, taubat merupakan ajaran pertama yang realisasi dari etikika manusia terhadap Allah. Taubat di pandang sebagai akhlak sekaligus kewajiban manusia kepada Allah. Karena pada dasarnya manusia adalah mahkluk yang tidak terlepas dari dosa. Oleh karen itu wajib bertaubat membersihkan diri dari kotoran tersebut agar ia menjadi bersih sehingga mudah berhubungan dengan Allah, karena Allah itu maha suci dan hanya di dekati oleh orang yang suci. (Harun Nasution,1990: 18)
Dalam pandangan islam,seorang yang malakukan dosa dapat diampuni oleh Allah apabila ia mau bertobat dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Firman allah dalam surat at-taubah ayat 27 menyebutkan:
Artinya: sesudah itu Allah menerima taubat orang-orang yang di khendakiNya, dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang. (Departemen Agama RI,1989: 282)
Dalam surat Ali Imran Allah Swt menyebutkan:
Artinya: dan juga orang-orang yang apabila mengerkan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu meminta ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengmpuni dosa-dosa selain Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu sedang mereka mengetahui. (Departemen Agam RI, tt: 98)
Selanjutnya ditegaskan bahwa ampunan Allah akan dapat apabila bertaubat dari kejahatan dengan diikuti upaya memperbaiki diri. Firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 39 menyebutkan:
Artinya: Barang siapa bertaubat ( diantara pencuri-pencuri itu) setelah melakukan kejahatan dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang. ( Departemen Agama RI, tt: 165)
Taubat berasal dari kata “taba-yatubu-taubatan” yang artinya “kembali atau menyesal”. Menurut istilah banyak pengertian yang disampaikan oleh Ulam. Salah satu ulama yang banyak membicarakan masalah taubat adalah imam Al-Ghazali. Dalam bukunya Ihya Ulumuddin, beliau membahas permasalahan taubat secara meluas dan mendalam. Dalam bukunya ini, kajian tentang taubat amenghabiskan 40 halaman buku. (Al-Ghazali, 1993: hal) dalam bukunya yang lain, yang berjudul Mithajul Abidi. Beliau menekankan pembahasan taubat pada taubat “ Nasuha” yang dijadikan sebagai titik tolak pembersihan hati dan tingkah laku menuju pembentukan pribadi yang baru yang sama sekali berbeda dari pribadi lama yang penuh dengan dosa. (Abu Laits Samargandi,1998: 97) dari pengertian yang sedemikian ini dapat dipahami bahwa aa keterkaitan yang sangat erat antara taubat dengan kebersihan dan kesucian hati yang tentunya kan bermuara kepada kesehatan jiwa. Karena dalam taubat banyak terdapat kesehatan jiwa, seperti rasa berdosa yang sering membuat manusia gelisa, takut, rasa bersalah dan lain sebagainya ayang bisa mengarah kepada penyakit jiwa.
Al-Ghazali juga melihat, bahwa dalam diri manusia terdapat 3 sifat, yaitu sifat ketuhanan (Rubbiyah), kesetanan (syaitoniyah) dan kebinatangan ( Hayawaniyah) yang ketiga sifat ini bisa membawa manusia kepada perbuatan dosa. Perbuatan dosa sudah tentu akan menjadikan hati atau jiwa yang bersih menjadi tidak bersih, dan untuk mengembalikan hati yang tidak bersih tersebut kembali menjadi bersih, taubat adalah salah satu langkah yang mesti dilakukan. (Al-Ghazali,1998: 582-586)
Bertaubat dari dosa merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena dosa mempunyai pengaruh negatif dalam perkembangan manusia, terutama dalamaspek kejiwaan. Abu Zar Al-Qolmuni dalam karyanya Faffiru illa-Alla menyebutkan bahwa ada 45 halaman akibat dari dosa yang dilakukan seseorang. Diantara akibat tersebut adalah menimbulkan kekosongan hati (jiwa) dan kegelapan hati. (Abu Zar Al-Qolami1993: 43) sementara itu Labib Mz dalam bukunya 90 dosa-dosa besar menyebutkan bahwa orang yang berdosa hatinya akan gelisa dan mengalami kegoncangan jiwa. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh imam Ahmad, nabi menjelaskan bahwa orang yang aberdosa jiwanya akan goncang dan hatinya gelisa, walaupun ia memperoleh fatwa dari ahli fatwa. Sabdanya:
Berbuat baik adalah dapat membuat jiwa tentram dan hati tenang, sedangkan berbuat dosa dapat menjadikan jiwa goncang dan hati gelisa, walaupun ia memperoleh fatwa dari ahli fatwa. (Labib Mz,1994: 19)
Al-Ghazali mengungkapkan bahwa taubat dalam kehidupan spiritualisasi isalm sangat penting, karena taubat berhubungan dengan keselamatan jiwa sesudah seseorang jatuh dalam perbuatan dosa dan jauh dari agama. Diantara soal taubat yang berhubuingan dengan keselamatan jiwa adalah soal pengakuan dosa (Al-I’tiraf bi Zhulm) dan penyesalan diri ( Al-Nadam). Dalam pengakuan dosa, orang mengungkapkan dosa dan kesalahan yang ia lakukan secara sadar.
Sedangkan dalam penyelesaian orang menginsafi dan menyesali dirinya karena telah berbuat dosa dan salah, serta berniat untuk memperbaikinya. Suasana taubat yang demikian, dapat mendorong orang meninggalkan perbuatan dosa, kemudian berlaku taat dalam agama. Orang yang bertaubat kepada Allah dengan benar dan sadar ( taubatan nasuha), akan memperoleh ampunan, kasih sayang,keselamatan (Al-Najat) dan kemenangan (Al-Falah) dari Allah serta kedekatan diri dengannya.
Apabila ditinjau dari kesalahan mental, maka taubat berfungsi sebagai pengobatan, pencegahan dan pembinaan. Apabila taubat merupakan pengakuan dosa dan penyesalan diri, maka orang yang menderita apat mengungkapkan perasaan dosa dan salahnya kepada Allah serta menyadari dan memperbaiki kekeliruannya. Dengan bertaubat orang akan memperoleh kelegaan batin, karena ia merasa pengakuan dosa dan penyesalan dirinya di dengar,diperhatikan dan diterima oleh Allah,serta merasa memperoleh ampunan dan kasih sayangnya kembali . semakin sering orang bertaubat, semakin bersihlah hatinya dari rasa dosa, salah dan kelalaian, dan semakin tenang dan tentramlah jiwanya, serta semakin dekat ahlak dan dirinya kepada Allah. (Yahya Jaya, 1994: 123) berangkat dari hal yang sedemikian ini, penulis merasa tertarik untuk mengkaji masalah taubat an kesehatan jiwa, maka penulis mengangkat tulisan ini dengan judul “ Taubat dan Kesehatan Jiwa menurut Al-Ghazali”.
B. Alasan Pemilihan Judul
Ada beberapa alasan mengapa penulis memilih judul ini:
1. Masalah taubat merupakan masalah yang sangat urgent dalam kehidupan manusia, karena manusia buaknlah mahluk ya g suci dan sepi dari dosa. Oleh karena itu dalam rangka mebersihkan diri dari dosa tersebut maka taubat adalah sarana yang mesti di tempuh.
2. maslah taubat dalam kesehatan jiwa menurut Al-Ghazali belum secara mendetail di kaji oleh orang. Kalaupun ada barulah buku yang di karang oleh Yahya Jaya dengan judul “ Peranan taubat dan manfaat dalam kesehatan mental”. Tetapi dalam buku ini Yahya Jaya melihatnya secara umum (Kosep Islam),tidak melihat secara khusu (Konsep Al-Ghazali). Sedangkan dalam tulisan ini, penulis ingin melihat secara khusus yaitu taubat dalam kesehatan jiwa menurut Al-Ghazali.
3. Al-Ghazali merupakan tokoh / ulama yang menguasai berbagai displin ilmu pengetahuan. Penguasaannya terdapat berbagai disiplin ilmu ini dapat dilihat dari karya-karyanya yang tidak hanya mengkaji masalah tasauf/ahlak, tetapi juga ilmu-ilmu yang lain seperti filsafat, theologi, fiqih, tafsir dan lain-lain. Dari disiplin ilmu yang dikuasianya, tasawuf atau ahlak merupakan satu disiplin ilmu yang dikaji oleh Al-Ghazali secara mendalam yang akhirnya membawa ia lari dari filsafat yang pada mulanya merupakan kajian yang terpenting baginya. Sementara taubat merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari kajian taswuf dan mengkaji maslah taubat juga akan mengkaji masalah jiwa. Oleh karenanya Al-Ghazali mengkaji atau membahas secara mendetail konsep taubat dan jiwa dalam karya-karyanya, terutama dalam bidang tasawuf / ahlak; maka kajian tentang taubat dan kesehatan jiwa menurut Al-Ghazali ini sangat perlu untuk dikembangkan.
C. Penegasan Istilah
Supaya tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda – beda terhadap judul penelitian ini, maka penulisan memberikan penegasan sebagai berikut:
1. Taubat “ kembali dari perbuatan dosa kepada perbuatan baik dan ketaatan setelah mengetahuai dan menyadari buruk bahayanya perbuatan dosa”.
2. Kesehatan jiwa “terwujudnya keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungan”.
Jadi yang dimaksud” Taubat dalam kesehatan jiwa menurut Al-Ghazali” dalam judul penelitian ini adalah “ hubungan sikap seseorang yang kembali kepada kebaikan dari dosa yang dilakukan terhadap terbentuknya keserasian fungsi-fungsi kejiwaan dalam mewujudkan penyesuaian diri dengan manusia dan lingkungannya menurut pandangannya Al-Ghazali.
D. Permasalahan
Permasalahan yang akan dicari dalam penelitian ini adalah bagaimana pandangan Al-Ghazalali tentang hubungan taubat dengan kesehatan jiwa, yang kemudian permasalahan ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan Al-Ghazali tentang taubat?
2. Bagaimana pandangan Al-Ghazali tentang kesehatan jiwa?
3. Bagaimana hubungan taubat dengan kesehatan jiwa menurut Al-Ghazali?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan penelitian
1. untuk mengetahui konsep taubat menurut Al-Ghazali
2. untuk mengetahui pandangan Al-Ghazali tentang jiwa.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan taubat dengan kesehatan jiwa menurut Al-Ghazali.
b. Kegunaan Penelitian
Penleitian ini berguna untuk:
Sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia ilmiah, khususnya dalam memahami konsep taubat yang akemudian bisa dijadikan refrensi dalam pengalaman konsep tersebut dalam rangka menghilangkan rasa dosa untuk mewujudkan jiwa yang sehat.
F. Tinjauan Pustaka
Abu Laits Samarqandi membahas taubat sebagai akhlak dan kewajiban mansia terhadap Allah. Dalam buku yang berjudul Tanbihul Ghafilin beliau melihat sisi pentingnya taubat bukan hanya sebagai upaya seseorang hamba untuk mendapatkan ampunan bagi dosa-dosanya, melainkan justru sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam hal ini sebagai uswah, muhammad Saw, sebagaiman diceritakan dalam hadist, setiap hari nabi tidak kurang dari seratus kali bertaubat, meskipun beliau adalah hamba pilihan Allah yang dinyatakan Ma’sum, yang seandainya melakukan kesalahanpun telah diampuni tampa harus bertaubat terlebih dahulu. Maka taubat yang dilakukan oleh Rasulullah semata-mata untuk medekatkan diri kepada Allah Swt. (Abu Laits Samarqandi,1994: 123)
Abu zakaria Yahya dalam karangannya yang terma’syur berjudul Riyadhatus Shalihin menyatakan bahwa taubat itu wajib bagi setiap orang yang berbuat maksiat. Ada tiga syarat yang meti dipenuhi seorang yang melakukan maksiat menyangkut pelanggaran terhadat hak-hak Allah yaitu: Hendaklah berhenti dari maksiat, menyesali perbuatn maksiat dan berteguh hati tidak akan melakukan pelanggaran terhadap hak-hak Allah itu. Sedangkan dosa yang menyangkut pelanggaran terhadap hak-hak sesama manusia, selain memenuhi tiga hal tersebut juga harus menyelesaikan permasalahn dengan orang yang bersangkutan.
Al-Ghazli membahas permasalahn taubat dalam karyanya Ihya ulumuddin secara luas dan mendalam. Beliau melihat exsistensi taubat dari tinjauan tasawuf dan filsafat isalm. Dalam bukunya yang lain yang berjudul Minhajul Abidin, beliau membahas taubat nasuha sebagai titik tolak pembersihan dan tingkah laku menuju pembentukan pribadi yang baru yang sama sekali berbeda dengan pribadi lama yang penuh dengan dosa. Dalam kedua bukunya ini, secara terperinci Al-Ghazali menjelaskan kewajiban mendahulukan taubat dalam hal Rub Al-Muhlikai dengan menguraikan hakikat, syarat, sebab tanda dan buahnya serta penyakit yang mengalami dan obat yang memudahkan (Yahya Jaya,1994: 51)
Syeh Sihabuddin Ahmad Bin Hajar Al-Haitani dalam karyanya Irsyadul “ Ibad illah Sabilirrosyad”, mengatakan bahwa bertaubat itu wajib seketika, oleh karna itu barang siapa menangguhkan taubat dengan jarak waktu yang kiranya cukup untuk bertaubat lantas tidak bertaubat maka berdosalah lantaran penanggulan itu, sekalipun dosa yang dilakukan kecil. Beliau juga mengatakan bahwa upaya seseorang mengetahui dosa-dosa yang dilakukan secara terperinci, maka harus bertaubat satu persatu dari dosa itu dan tidak cukup sekali taubat, sebab taubat sekali utnuk seluruh dosa kurang cukup ( tidak sah). (Syeh Sihabuddin Bin Hajar,tt: 870)
Sementara itu kajian tentang kesehatan jiwa telah banyak dilakukan oleh para ahli. Marie Jahoda dalam karyanya Cur Reni Conceps of possitive Mental Health memberikan batasan yang sangat luas tentangkesehatan jiwa. Menurutnya kesehatan jiwa tidak hanya terbatas pada terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit kejiwaan, akan tetapi juga harus memiliki karakter utama sebagai berikut:
1. Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri dalam arti ia dapat mengenal dirinya dengan baik.
2. Pertumbunhan perkembangan dan perwujudan diri yang baik
3. Integrasi diri yang meliputi keseimbangan mental, kesatuan pandangan dan tahan terhadap tekanan-tekanan yang terjadi
4. Otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakukan-kelakukan bebas.
5. Persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan serta memiliki kepekaan sosial
6. Kemampuan untuk menguasai lingkungan dan berintegrasi dengannya secara baik ( yahya Jaya,tt: 870)
Zakiyah Derajat dalam karyanya Kesehatan Mental Dalam Pendidikan dan Pengajaran memandang bahwa kesehatan jiwa terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketagwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia dunia dan akhirat. Dalam kajiannya ini, Zaskiyah derajat memasukkan aspek-aspek agama keimanan ketaqwaan sebagai salah satu aspek yang sangat urgen dalam pembentukan jiwa yang sehat. Karena beliau melihat bahwa agama memiliki peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia, disamping agama itu sendiri kebutuhan bagi manusia.
Sementara itu imam Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin melihat bahwa orang yang sehat jiwanya (Shihhiyat Al-Nafs) adalah orang yang memiliki keadilan dalam jiwa dalam berahlak atau dengan kata lain mulia ahlaknya. Sebaliknya orang yang sakit jiwanya adalah orang yang tidak memiliki ketidakadilan jiwa dengan berahlak atau dengan kata lain buruk ahlaknya, Al-Ghazali memandang bahwa pada dasarnya semua manusia dalam keadaan sakit (gangguan jiwa) kecuali manusia yang dikhendaki Allah untuk tidak sakit, yaitu Nabi dan Rasul-Nya. Cuma bedanya manusia ada yang sadar akan penyakitnya dan ada yang tidak sadar. Al-Ghazali juga melihat bahwa jiwa yang tidak sehat akan membuat manusia malakukan tindakan-tindakan yang berlawanan dengan ketentuan agama, yang akhirnya membawa manusia kedalam kemaksiatan dan dosa. Penyakit jiwa seperti iri hati, hasad, kikir, bakhil, pemara, cinta dunia, ria dan lain sebagainya mampu menimbulkan gangguan kejiwaan dan membawa kepada ketidaktentraman jiwa. ( Zakiya Derajat,1978: 62)
Kajian tentang pandangan al-Ghazali dalam berbagai disiplin keilmuan dan aspek kehidupan, terutama aspek agama telah banyak dilakukan oleh orang, baik kalangan mahasiswa maupun ilmuan lainnya. Diantara mereka yang menulis tentang konsep-konsep Al-Ghazali misalnya Dr. Yahya Jaya dalam bukunya “Spritualisasi islam”. Dalam bukunya ini Yahya jaya mengambil konsep-konsep asl-Ghazali tentang kehidupan dpritual dalam karyanya yang terbesar “Ihya Ulumuddin”. Sahid Hawa dengan karangannya. “ Jalan Ruhani” juga mengambil konsep-konsep Al-ghazali yang terdapat dalam Ihya Ulmuddin. Selain dari tokoh dan ilmuan , kalangan mahasiswa juga tidak ketinggalan dalam mengkaji konsep-konsep AlGhazali, seperti Noor Mariza binti Mustafa (mahasiswa Uin Suska) dengan tulisannya Konsep Ahlak Menurut Al-Ghazali. Rosdianti mahasiswa IAIN SUSKA) dengan tulisannya Propil Al-Ghazali, dan masih banyak lagi yang lainnya. Walaupun kajian konsep tentang Al-Ghazali banyak dipelajari dan di teliti oleh tokoh dan ilmuan dan juga mahasiswa, namun kajian tentang taubat dan kesehatan jiwa secara mendalam dan mendetail beluim dilakukan penelitian dan pengkajian. Atas dasar inilah maka penulis mengangkat dan mengkaji msalah taubat dan kesehatan jiwa menurut Al-Ghazali.
G. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan langkah-langkah sebga berikut:
1. Sumber Data
Penelitian ini merupakan study kepustakaan (Library Research) data dikumpul dengan cara menelaah dan meneliti buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, khususnya pendapat Al-Ghazali dalam aspek taubat dan kesehatan jiwa. Buku-buku diutamakan buku-buku yang dikarang oleh Al-Ghazali seperti Ihya Ulumuddin,Minhajul Abidin,Madarijus Shalihin dan lain sebagainya.
2. Tehnik Analisis Data
Analsisi data dalam penulisan ini menggunakan tehnik deskriptif deduktif Analisis. Yaitu dengan menggambarkan data-data yang bersifat umum dan ditarik kesimpulan yang bersifat khusus kemudian dijelaskan dan dianalisa.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika yang dipakai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
BAB I Berisisikan latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, penegasan istilah, permasalahan, tujuan dan kegunaan, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Berisikan riwayat hidup Al-Ghazali, pendidikan dan karya-karya al-Ghazali.
BAB III Tinjauan umum tentang taubat dan kesehatan jiwa. Berisikan pengertian taubat, dosa dan macamnya, akibat dosa, batas waktu bertaubat, pengertian jiwa, maslah gangguan kejiwaan dan maslah kesehatan jiwa.
BAB IV Hubungan taubat dengan kesehatan jiwa menurut Al-Ghazali yang berisikan pandangan Al-Ghazali tantang taubat dan hubungannya dengan kesehatan jiwa.
BAB V brisikan kesimpulan dan saran.
MUHAMMAD MUZAYYIN RUKHAN lahir di Kediri 2 April l950 kakek dari empat cucu, fasa, sifa, hanum dan nisa’. pensiunan pelatih motivator program keluarga berenca nasional sekarang aktif dalam kegiatan pelayanan umat, seorang khatib masjid jamik Mambaul Ulum, menyisakan umurnya untuk menuntun umat meniti dan kembali kejalan Allah
Cari Blog Ini
Jumat, 30 September 2011
Kamis, 29 September 2011
Tujuh Kebiasaan Yang Memperkaya Hidup
1. Kebiasaan mengucap syukur.
Ini adalah kebiasaan istimewa yang bisa mengubah hidup selalu menjadi lebih baik. Bahkan agama mendorong kita bersyukur tidak saja untuk hal-hal yang baik , tapi juga dalam kesusahan dan hari-hari yang buruk......
Ada rahasia besar dibalik ucapan syukur yang sudah terbukti sepanjang sejarah. Hellen Keller yang buta dan tuli sejak usia dua tahun, telah menjadi orang yang terkenal dan dikagumi diseluruh dunia. Salah satu ucapannya yang banyak memotivasi orang adalah "Aku bersyukur atas cacat-cacat ini aku menemukan diriku, pekerjaanku dan TUHAN-ku".
Memang sulit untuk mengucap syukur terhadap segala 'kesusahan', 'kegagalan', hambatan' maupun 'kekurangan' dan sejenisnya. Namun kita bisa belajar secara bertahap. Mulailah mensyukuri kehidupan, mensyukuri berkat, kesehatan, keluarga, sahabat dsb. Lama kelamaan kita bahkan bisa bersyukur atas kesusahan dan situasi yang buruk.
2. Kebiasaan berpikir positif.
"You are what you think!" Hidup dibentuk oleh apa yang paling sering kita pikirkan. Kalau selalu berpikiran positif, kita cenderung menjadi pribadi yang yang positif. Ciri-ciri dari pikiran yang positif selalu mengarah kepada kebenaran, kebaikan, kasih sayang, harapan dan suka cita.
Sering-seringlah memantau apa yang sedang dipikirkan. Kalau terbenam dalam pikiran negatif, kendalikanlah segera ke arah yang positif.
Jadikanlah berpikir positif sebagai kebiasaan dan lihatlah betapa banyak hal-hal positif sebagai kebiasaan dan lihatlah betapa banyak hal-hal positif yang akan dialami.
3. Kebiasaan menabur benih.
Prinsip tabur benih ini berlaku dalam kehidupan. Pada waktunya kita akan 'menuai' apa yang kita 'tabur'. Taburkanlah egoisme, kebencian antar kelompok, kemalasan, gosip, hasutan, adu domba dan sejenisnya dan.......lihatlah dan buktikan apa yang akan dituai. Bayangkanlah, betapa kayanya hidup bila yang ditebar selalu benih 'kebaikan'.
Sebaliknya, betapa miskinnya bila yang rajin ditabur adalah keburukan.
4. Kebiasaan berempati.
Kemampuan berhubungan dengan orang lain merupakan kelebihan yang berharga. Dan salah satu unsur penting dalam berhubungan dengan orang lain adalah empati, kemampuan atau kepekaan untuk memandang dari sudut pandang orang lain. Orang yang berempati cenderung bisa merasakan perasaan orang lain, mengerti keinginannya dan menangkap motif dibalik sikap orang lain.
Ini berlawanan dengan sikap egois, yang justru menuntut diperhatikan dan dimengerti orang lain. Meskipun tidak semua orang mudah berempati, namun kita bisa belajar dengan membiasakan diri melakukan tindakan-tindakan yang empatik. Misalnya, jadilah pendengar yang baik, belajarlah menempatkan diri pada posisi orang lain, belajarlah melakukan lebih dulu apa yang kita ingin orang lain lakukan kepada kita.
5. Kebiasaan mendahulukan yang penting.
Pikirkanlah apa saja yang paling penting, dan dahulukanlah! ! Jangan biarkan hidup kita terjebak dalam hal-hal yang tidak penting sementara hal-hal yang penting terabaikan. Mulailah memilah-milah mana yang penting dan mana yg tidak. Kebiasaan mendahulukan yang penting akan membuat hidup lebih efektif dan produktif dan berpengaruh terhadap pencitraan diri.
6. Kebiasaan bertindak.
Bila kita sudah mempunyai pengetahuan, sudah mempunyai tujuan yang hendak dicapai dan sudah mempunyai kesadaran mengenai apa yang harus dilakukan, so langkah selanjutnya. .....bertindaklah!
Biasakan untuk menghargai waktu, lawanlah rasa malas dengan bersikap aktif.
Kebanyakan orang yang gagal dalam hidup karena terlalu dikuasai 'impian' dan hanya mempunyai tujuan tapi........ gagal melangkah!
" A journey of thousand miles begin with......a single step!"
7. Kebiasaan berlaku jujur.
Kejujuran adalah bagian dari pribadi yang utuh. Ketidakjujuran merusak harga diri dan masa depan kita sendiri. Mulailah terbiasa bersikap jujur, tidak saja kepada diri sendiri tapi juga terhadap orang lain. Mulailah mengatakan kebenaran, meskipun mengandung resiko. Bila terpaksa perlu berbohong, kendalikanlah kebohongan sedikit demi sedikit.
SEMOGA BERMANFAAT UNTUK KITA YANG MAU DAN INGIN MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP KITA PRIBADI, KELUARGA DAN ORANG2 DI SEKITAR KITA.
Ini adalah kebiasaan istimewa yang bisa mengubah hidup selalu menjadi lebih baik. Bahkan agama mendorong kita bersyukur tidak saja untuk hal-hal yang baik , tapi juga dalam kesusahan dan hari-hari yang buruk......
Ada rahasia besar dibalik ucapan syukur yang sudah terbukti sepanjang sejarah. Hellen Keller yang buta dan tuli sejak usia dua tahun, telah menjadi orang yang terkenal dan dikagumi diseluruh dunia. Salah satu ucapannya yang banyak memotivasi orang adalah "Aku bersyukur atas cacat-cacat ini aku menemukan diriku, pekerjaanku dan TUHAN-ku".
Memang sulit untuk mengucap syukur terhadap segala 'kesusahan', 'kegagalan', hambatan' maupun 'kekurangan' dan sejenisnya. Namun kita bisa belajar secara bertahap. Mulailah mensyukuri kehidupan, mensyukuri berkat, kesehatan, keluarga, sahabat dsb. Lama kelamaan kita bahkan bisa bersyukur atas kesusahan dan situasi yang buruk.
2. Kebiasaan berpikir positif.
"You are what you think!" Hidup dibentuk oleh apa yang paling sering kita pikirkan. Kalau selalu berpikiran positif, kita cenderung menjadi pribadi yang yang positif. Ciri-ciri dari pikiran yang positif selalu mengarah kepada kebenaran, kebaikan, kasih sayang, harapan dan suka cita.
Sering-seringlah memantau apa yang sedang dipikirkan. Kalau terbenam dalam pikiran negatif, kendalikanlah segera ke arah yang positif.
Jadikanlah berpikir positif sebagai kebiasaan dan lihatlah betapa banyak hal-hal positif sebagai kebiasaan dan lihatlah betapa banyak hal-hal positif yang akan dialami.
3. Kebiasaan menabur benih.
Prinsip tabur benih ini berlaku dalam kehidupan. Pada waktunya kita akan 'menuai' apa yang kita 'tabur'. Taburkanlah egoisme, kebencian antar kelompok, kemalasan, gosip, hasutan, adu domba dan sejenisnya dan.......lihatlah dan buktikan apa yang akan dituai. Bayangkanlah, betapa kayanya hidup bila yang ditebar selalu benih 'kebaikan'.
Sebaliknya, betapa miskinnya bila yang rajin ditabur adalah keburukan.
4. Kebiasaan berempati.
Kemampuan berhubungan dengan orang lain merupakan kelebihan yang berharga. Dan salah satu unsur penting dalam berhubungan dengan orang lain adalah empati, kemampuan atau kepekaan untuk memandang dari sudut pandang orang lain. Orang yang berempati cenderung bisa merasakan perasaan orang lain, mengerti keinginannya dan menangkap motif dibalik sikap orang lain.
Ini berlawanan dengan sikap egois, yang justru menuntut diperhatikan dan dimengerti orang lain. Meskipun tidak semua orang mudah berempati, namun kita bisa belajar dengan membiasakan diri melakukan tindakan-tindakan yang empatik. Misalnya, jadilah pendengar yang baik, belajarlah menempatkan diri pada posisi orang lain, belajarlah melakukan lebih dulu apa yang kita ingin orang lain lakukan kepada kita.
5. Kebiasaan mendahulukan yang penting.
Pikirkanlah apa saja yang paling penting, dan dahulukanlah! ! Jangan biarkan hidup kita terjebak dalam hal-hal yang tidak penting sementara hal-hal yang penting terabaikan. Mulailah memilah-milah mana yang penting dan mana yg tidak. Kebiasaan mendahulukan yang penting akan membuat hidup lebih efektif dan produktif dan berpengaruh terhadap pencitraan diri.
6. Kebiasaan bertindak.
Bila kita sudah mempunyai pengetahuan, sudah mempunyai tujuan yang hendak dicapai dan sudah mempunyai kesadaran mengenai apa yang harus dilakukan, so langkah selanjutnya. .....bertindaklah!
Biasakan untuk menghargai waktu, lawanlah rasa malas dengan bersikap aktif.
Kebanyakan orang yang gagal dalam hidup karena terlalu dikuasai 'impian' dan hanya mempunyai tujuan tapi........ gagal melangkah!
" A journey of thousand miles begin with......a single step!"
7. Kebiasaan berlaku jujur.
Kejujuran adalah bagian dari pribadi yang utuh. Ketidakjujuran merusak harga diri dan masa depan kita sendiri. Mulailah terbiasa bersikap jujur, tidak saja kepada diri sendiri tapi juga terhadap orang lain. Mulailah mengatakan kebenaran, meskipun mengandung resiko. Bila terpaksa perlu berbohong, kendalikanlah kebohongan sedikit demi sedikit.
SEMOGA BERMANFAAT UNTUK KITA YANG MAU DAN INGIN MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP KITA PRIBADI, KELUARGA DAN ORANG2 DI SEKITAR KITA.
ALLAH, PEMBERI RIZKI KITA YANG PALING UTAMA
Oleh : Wawan TBH
Sahabats…
Di sela-sela kesibukan kita, yang rasanya tidak pernah berakhir, mari kita rehat sejenak.. Mari kita tengok perjalanan hidup kita..
Seringkah kita merenungi tentang asal dari rizki yang kita nikmati selama ini?
Apakah rizki itu betul-betul murni hanya dari usaha kita?
Seandainya Allah tidak mengizinkannya, masih bisakah rizki itu sampai ke tangan kita?
Pernahkah kita memperoleh rizki dari hal-hal yang jelas2 bukan kita yang mengusahakannya?
Lalu, siapakah sebenarnya yang paling menentukan dalam pembagian rizki setiap makhluk di semesta alam ini?
Nah sahabats…
Mari kita jawab pertanyaan-pertanyaan di atas, yang utama jawaban itu untuk diri kita sendiri. Setelah itu kita lihat perkataan Allah SWT dalam Al-Quran tentang permasalahan di atas, dan kita bandingkan keduanya dengan jujur, Insya Allah kita akan memperoleh pelajaran yang berharga.
Allah SWT mengemukakan Pendapat-Nya tentang hal itu di antaranya:
“Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki, Yang Memiliki Kekuatan lagi sangat Kokoh.” (QS. 51: 58)
juga,
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya, Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat yang baik itu adalah bagi orang yang bertakwa.”(QS. 20: 132)
Yach.. Allah menegaskan bahwa Dia-lah yang menjamin rizki kita. Apakah kita kurang percaya dengan jaminan-Nya? Padahal sejak kita belum lahir dulu, sampai saat ini Allah telah dan akan tetap menjamin rizki dari milyaran makhluk ciptaan-Nya.
Disinilah masalah besar kita, seandainya keyakinan kita terhadap jaminan Allah kepada kita lemah.
Sahabats..
Nampaknya ini seperti masalah teknis rizki, namun justru sebenarnya ini adalah masalah keimanan khususnya keyakinan !!!
Bagaimana Cara Kita Mensikapinya?
Pada ayat di atas, Allah menyambungkan perintah shalat dan bersabar dalam mengerjakannya dengan masalah penjaminan rizki.
Pada ayat lainnya Allah berfirman, “Minta tolonglah dengan kesabaran dan shalat.”(QS. 2: 45)
Apa hubungan anatara sabar dan shalat dengan masalah rizki?
Kira-kira begini logikanya:
Jika kita mampu bersabar, maka Allah akan selalu menolong kita. “..Dan beri kanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yang bila ditmpa musibah, mengatakan:Sesungguhnya segala sesuatu milik Allah dan kepad-Nyalah dikembalikan segala sesuatu. Mereka itulah yang mendapat shalawat yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS. 2: 155-157)
Sedangkan shalat yang kita tegakkan- bukan sekedar dilaksanakan doang lho…- akan menjadikan kita sebagai hamba Allah yang bertakwa. Kemudian, Allah berjanji akan senantiasa menjamin rizki hamba-Nya yang bertakwa.
“…Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari yang tidak diasangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”(QS. 65: 2-3)
Nah.., jika keadaan kita sudah demikian, kekhawatiran apalagi yang mungkin ada dalam diri kita?
Harus kita akui secara jujur bahwa untuk mencapai semua itu adalah tidak mudah.. Namun, dengan semangat juang yang selalu kita tingkatkan dan pengorbanan yang rela kitalakukan, semoga Allah menolong kita…
Setuju?
Wallahu a’lam bi shawwab
Sahabats…
Di sela-sela kesibukan kita, yang rasanya tidak pernah berakhir, mari kita rehat sejenak.. Mari kita tengok perjalanan hidup kita..
Seringkah kita merenungi tentang asal dari rizki yang kita nikmati selama ini?
Apakah rizki itu betul-betul murni hanya dari usaha kita?
Seandainya Allah tidak mengizinkannya, masih bisakah rizki itu sampai ke tangan kita?
Pernahkah kita memperoleh rizki dari hal-hal yang jelas2 bukan kita yang mengusahakannya?
Lalu, siapakah sebenarnya yang paling menentukan dalam pembagian rizki setiap makhluk di semesta alam ini?
Nah sahabats…
Mari kita jawab pertanyaan-pertanyaan di atas, yang utama jawaban itu untuk diri kita sendiri. Setelah itu kita lihat perkataan Allah SWT dalam Al-Quran tentang permasalahan di atas, dan kita bandingkan keduanya dengan jujur, Insya Allah kita akan memperoleh pelajaran yang berharga.
Allah SWT mengemukakan Pendapat-Nya tentang hal itu di antaranya:
“Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki, Yang Memiliki Kekuatan lagi sangat Kokoh.” (QS. 51: 58)
juga,
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya, Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat yang baik itu adalah bagi orang yang bertakwa.”(QS. 20: 132)
Yach.. Allah menegaskan bahwa Dia-lah yang menjamin rizki kita. Apakah kita kurang percaya dengan jaminan-Nya? Padahal sejak kita belum lahir dulu, sampai saat ini Allah telah dan akan tetap menjamin rizki dari milyaran makhluk ciptaan-Nya.
Disinilah masalah besar kita, seandainya keyakinan kita terhadap jaminan Allah kepada kita lemah.
Sahabats..
Nampaknya ini seperti masalah teknis rizki, namun justru sebenarnya ini adalah masalah keimanan khususnya keyakinan !!!
Bagaimana Cara Kita Mensikapinya?
Pada ayat di atas, Allah menyambungkan perintah shalat dan bersabar dalam mengerjakannya dengan masalah penjaminan rizki.
Pada ayat lainnya Allah berfirman, “Minta tolonglah dengan kesabaran dan shalat.”(QS. 2: 45)
Apa hubungan anatara sabar dan shalat dengan masalah rizki?
Kira-kira begini logikanya:
Jika kita mampu bersabar, maka Allah akan selalu menolong kita. “..Dan beri kanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yang bila ditmpa musibah, mengatakan:Sesungguhnya segala sesuatu milik Allah dan kepad-Nyalah dikembalikan segala sesuatu. Mereka itulah yang mendapat shalawat yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS. 2: 155-157)
Sedangkan shalat yang kita tegakkan- bukan sekedar dilaksanakan doang lho…- akan menjadikan kita sebagai hamba Allah yang bertakwa. Kemudian, Allah berjanji akan senantiasa menjamin rizki hamba-Nya yang bertakwa.
“…Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari yang tidak diasangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”(QS. 65: 2-3)
Nah.., jika keadaan kita sudah demikian, kekhawatiran apalagi yang mungkin ada dalam diri kita?
Harus kita akui secara jujur bahwa untuk mencapai semua itu adalah tidak mudah.. Namun, dengan semangat juang yang selalu kita tingkatkan dan pengorbanan yang rela kitalakukan, semoga Allah menolong kita…
Setuju?
Wallahu a’lam bi shawwab
Sabtu, 24 September 2011
MURAQABAH - Allah Ada Dimana-mana
oleh SALAM - BULLETIN JUM'AT pada 14 Juli 2010 jam 19:31
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman ; Artinya : "Dan Dia-lah Allah (yang disembah) di langit dan di bumi. Dia mengetahui yang kamu rahasiakan dan yang kamu nyatakan dan mengetahui apa yang kamu usahakan". (Al An'aam : 3)
Media cetak maupun tv pada awal Juli ‘97 yang lalu ramai memberitakan masalah korupsi. Topik ini sempat hangat juga saat kita masih dalam masa kampanye pemilu yang lalu. Menurut Menpan TB Silalahi, korupsi ini hanya bisa dihapus di sorga (Harian Republika, Rabu, 9 Juli 1997, hal. 2). Kemudian diberitakan pula bahwa satu lembaga konsultan asing bernama Political And Economy Risk Consultans (PERC) telah membuat laporan bahwa ada indikasi negara kita adalah negara paling korup di Asia. Dan diberitakan juga pernyataan dari Badan Pengawas Keuangan (BPK) bahwa pada semester I tahun 96/97 terdapat 33 (tiga puluh tiga) kasus korupsi yang merugikan negara sampai senilai Rp.585,05 miliar. Suatu angka yang sungguh sangat fantastis bila dibandingkan dengan dana untuk daerah tertinggal (IDT). Kemudian ditulis bahwa sebenarnya Indonesia sudah memiliki undang-undang anti korupsi yaitu UU No.3/1971; UU tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. Masya Allah. Mengapa ya, koq bisa terjadi. Siapa dan apanya yang salah? Kenapa mereka tidak takut, padahal sanksinya ada.
Sebagai umat Islam, kita tahu bahwa hal itu adalah karena kesalahan kita juga, karena kita lebih cinta dunia daripada akhirat. Kecintaan kita kepada dunia telah mengalahkan kegairahan diri kita terhadap keridhaan Allah, sehingga kita berani melanggar rambu-rambu larangan-Nya dan menjauhi perintah-Nya. Padahal ajaran Islam itu menyuruh sebaliknya yaitu hendaklah kita mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Korupsi itu bersaudara kandung dengan mencuri; keduanya sama-sama merugikan orang lain dan sama-sama dilaknat. Beda secara garis besar adalah dari pekerjaan atau jabatan si personal yang melakukannya. Korupsi dilakukan oleh orang yang diangkat atau dipercaya untuk menjalankan suatu tugas, baik oleh lembaga negara maupun swasta. Dia melakukan korupsi tidak hanya dalam bentuk uang atau harta saja tetapi juga dalam bentuk lain seperti waktu, fasilitas yang ada, menerima suap, menggunakan jabatan dan wewenang untuk kepentingan diri pribadi, keluarga serta kerabat (conflict of interest), dll.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, korupsi berarti penyelewengan, penggelapan (uang negara atau perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Mencuri berarti mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi. Bagai mana sanksi hukuman yang diberikan kepada mereka? Islam memberikan hukuman had kepada pencuri dengan memotong tangannya sebatas pergelangan tangan kanan bagi orang lelaki atau perempuan berusia baligh, yaitu bila dia terbukti mencuri dengan nilai mencapai seperempat dinar yakni sama dengan satu mitsqal mata uang emas murni (Lihat Surah Al Maidah : 38 dan Kitab Fiqh Fat-hul Mu’in).
Kelihatan kejam hukum Islam itu, tetapi kalau kita pelajari hikmah yang terkandung di dalamnya maka sebenarnya tidak karena had ini akan membuat orang tidak berani untuk berbuat. Bagaimana dengan hukuman bagi koruptor? Mestinya dapat hukuman yang lebih berat, apalagi yang disikat mencapai milyaran rupiah. Dalam hal ini perlu dikaji hadist dari Rasulullah SAW sbb : “Jamin aku dengan enam hal, dan aku akan jamin engkau dengan surga : Bila seorang di antara kalian berkata, dia tak boleh berkata bohong; bila dia dipercaya (diberi amanat), dia tak boleh berkhianat; bila dia berjanji, dia tidak boleh ingkar; engkau harus menahan tanganmu (dari berbuat dosa); engkau tidak boleh mencari-cari persoalan; dan engkau harus menjaga kemaluanmu (kehormatanmu)”.
Dari hadist di atas yang bernama pencuri, penipu, pengkhianat dan ingkar janji itu dapat dipegang rangkap oleh seorang koruptor. Jadi sungguh berat sebenarnya hukuman bagi seorang koruptor daripada seorang pencuri. Tetapi bagaimana kenyataan yang kita hadapi sekarang dengan menggunakan hukum dunia buatan manusia? Tergantung pada situasi dan kondisi jaksa yang menuntut dan juga hakim yang mengadili.
Yang terpenting bagi kita saat ini adalah bagaimana cara mencegah diri agar tidak terjerat oleh kedua kejahatan itu? Islam mengajarkan agar kita melakukan muraqabah. Melakukan mawas diri dengan selalu menjadikan Allah SWT sebagai Pengawas. Cara ini akan menyebabkan diri kita tetap terpelihara dan terhindar jauh dari perbuatan yang dilarang-Nya karena kita merasakan Allah ada di mana-mana dan selalu ada mengawasi seluruh gerak rohani jasmani kita. Dia mengetahui segala sesuatu, walaupun hal itu dirahasiakan jauh di lubuk hati kita nan dalam, demikian Allah SWT berfirman ; Artinya : "Dan Dia-lah Allah (yang disembah) di langit dan di bumi. Dia mengetahui yang kamu rahasiakan dan yang kamu nyatakan dan mengetahui apa yang kamu usahakan". (Al An'aam : 3)
Artinya : "Dan ketahuilah sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-Nya dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun". (Al Baqarah : 235)
Untuk itu kita harus selalu ingat-ingat bahwa apapun yang kita perbuat akan di catat dan pada sa’atnya dibukakan untuk dilihat lagi pada hari akhir kelak dan Allah itu menghitung segala sesuatu tanpa ada yang tertinggal, demikian difirmankan Allah SWT ; Artinya : "Dan diletakkan kitab (buku amal), lalu engkau melihat orang-orang berdosa itu ketakutan dari apa-apa (yang tertulis) padanya dan mereka berkata : "Wahai celakanya kami, mengapakah kitab ini tidak (melupakan) yang besar dan yang kecil melainkan dihitung semuanya. Dan mereka mendapat apa-apa yang telah dikerjakannya itu hadir (tercatat). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seseorang". (Al Kahfi : 49)
Rasulullah SAW telah mengingatkan pula bahwa janganlah kita terjang larangan Allah walaupun ketika itu sedang sepi sendirian, karena hal itu akan menghilangkan pahala kebaikan : "Sungguh saya mengetahui beberapa kaum dari umatku datang pada hari kiamat kelak dengan membawa kebaikan-kebaikan seperti gunung Tihamah yang putih, lalu Allah menjadikan kebaikan-kebaikan itu (seperti) debu yang beterbangan. Adapun mereka itu adalah saudara-saudaramu, dan dari jenis kulitmu, dan menjadikan malamnya sebagaimana kamu menjadikannya, akan tetapi mereka adalah kaum yang apabila sepi (menyendiri) dengan hal-hal yang diharamkan oleh Allah, mereka menerjangnya". (HR. Ibnu Majah)
Abul Qasim al Junaidi ketika menguji para santrinya untuk bermuraqabah telah menyuruh mereka mengadakan rihlah rahasia di padang pasir dan meminta mereka agar menyembelih burung di tempat sepi yang tidak ada seorangpun dapat melihatnya. Hanya seorang saja yang tidak mampu untuk melaksanakannya, karena katanya Allah SWT selalu ada di mana-mana bersamanya.
Bahkan Sayidina Umar bin Khattab RA pun pernah terperangah ketika menguji iman seorang budak kecil yang menjadi penggembala ternak kambing melalui "jual beli" tanpa sepengetahuan si majikan pemilik ternak. Jawaban anak itu sungguh mengharukan ketika dikatakan bahwa majikannya tidak akan tahu bila dikatakan kambingnya dimakan serigala; dan lalu si anak berkata : " Allah ada dimana ?". (Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin).
Qashash (Kisah) yang telah diceritakan di atas adalah untuk meneguhkan hati, sebagai pengajaran dan peringatan agar kita tidak lengah dalam meniti jembatan menuju keridhaan Allah.
Allah SWT telah berfirman ; Artinya : "Dan segala yang Kami ceritakan kepadamu dari cerita rasul-rasul yang dengannya Kami kuatkan hatimu, dan dalam cerita ini telah datang kepadamu kebenaran, pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman". (Huud : 120)
Anda dapat memetik hikmah dari kisah tersebut, menjadi pelajaran sehingga selalu istiqomah, secara tetap dan terus menerus, teguh, disiplin dalam berbagai ketaatan kepada Allah, melaksanakan perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya baik dalam terang maupun gelap, dalam keramaian maupun dalam kesendirian dan selalu melakukan muhasabah (introspeksi) tentang amal-amal yang lalu, karena Nabi SAW telah berpesan : "Orang yang cerdik adalah orang yang menghitung-hitung (kekurangan) dirinya dan beramal untuk bekal nanti sesudah mati. Dan orang yang lemah adalah orang yang memperturutkan nafsunya untuk memenuhi segala keinginannya dan mengangan-angankan ampunan kepada Allah Ta'ala (tanpa dibarengi dengan amal perbuatan)". (Dalam Tanbihul Ghafilin)
Biasakanlah selalu untuk berbuat amal kebaikan dengan mengerjakan yang disunnahkan di samping yang wajib (yaitu menjauhi larangan-Nya dan mematuhi perintah-Nya), baik ketika sendiri maupun ketika disaksikan, karena setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan pula.
Firman Allah SWT ; Artinya : "Dan barangsiapa mengerjakan kebaikan, Kami tambahkan kebaikan kepadanya; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penerima syukur". (Asy Syuuraa : 23)
Rasulullah SAW bersabda : "Allah Ta'ala berfirman (Dalam hadits Qudsi) : "Siapa saja yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku nyatakan perang kepadanya. Sesuatu yang paling Aku sukai dari yang dikerjakan hamba-Ku untuk mendekatkan diri (taqarub) kepada-Ku, yaitu apabila ia mengerjakan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Seseorang itu senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengerjakan amalan-amalan sunnah, sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, maka Aku merupakan pendengaran yang ia pergunakan untuk mendengar, Aku merupakan penglihatan yang ia pergunakan untuk melihat, Aku merupakan tangan yang ia pergunakan untuk menyerang dan Aku merupakan kaki yang ia pergunakan untuk berjalan. Seandainya ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya, seandainya ia berlindung diri kepada-Ku, niscaya Aku melindunginya". (HR. Bukhari)
Barangsiapa yang membiasakan dirinya memelihara perintah Allah dan larangan Allah maka akan dirasakannya bahwa Allah selalu ada besertanya. Inilah sikap ihsan yang sempurna, merasakan bahwa Allah selalu hadir dan mengawasinya.
Diriwayatkan bahwa Jibril AS bertanya kepada Rasulullah SAW perihal arti ihsan (berbuat baik). Beliau SAW lalu menjawab dengan sabdanya : “Hendaklah engkau menyembah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya dan jikalau engkau tidak dapat seolah-olah melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia itu melihatmu” (HR. Muslim).
Rasulullah SAW juga bersabda :"Peliharalah (perintah dan larangan) Allah, niscaya kamu akan selalu merasakan kehadiran-Nya. Kenali lah Allah ketika senang, niscaya Allah akan mengenali ketika kamu kesulitan. Ketahuilah, apa yang luput dan apa yang akan mengenaimu pasti tidak akan meleset dari kamu". (HR. Turmudzi)
Adapun cara yang telah diajarkan Nabi SAW, hendaklah berusaha sekerasnya menjaga pandangan mata dalam upaya menjauhi dan menghindari perbuatan yang dilarang-Nya, sesuai sabda Rasulullah SAW dengan membawakan firman Allah dalam hadits Qudsi : "Pandangan mata adalah panah beracun dari antara panah-panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada-Ku maka Aku ganti dengan keimanan yang dirasakan manis dalam hatinya". (HR. Hakim).
Jangan karena pandangan itu hati jadi tergoda kepada kesenangan duniawi, sebab segala bentuk kesenangan ataupun kenikmatan yang kita lihat gemerlapan di dunia ini adalah ujian bagi mereka yang menikmatinya, demikian Allah SWT telah berfirman ; Artinya : "Dan janganlah engkau tujukan penglihatanmu kepada yang Kami beri kesenangan dengannya berbagai golongan dari mereka berupa perhiasan kehidupan dunia, supaya Kami menguji mereka padanya, sedang rezeki Tuhanmu lebih baik dan kekal". (Thaahaa : 131)
Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menceritakan bahwa ada seseorang bertanya kepada Junaid : “Dengan jalan apakah aku dapat menolong diriku sendiri supaya dapat memejamkan mata?”. Junaid lalu menjawab : “Yaitu supaya engkau menginsafi bahwa pandangan Dzat yang melihat padamu itu lebih dulu penglihatan-Nya daripada pandanganmu pada sesuatu yang hendak kau lihat itu”.
Agar pandangan kita menghasilkan rasa syukur atas nikmat karunia Allah, maka hendaklah melihat kepada yang lebih rendah dari kita (dari segi kekayaan yang dimiliki), demikian Rasulullah SAW telah bersabda : “Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripada kalian dan janganlah melihat hal yang lebih tinggi dari kalian, karena hal tersebut lebih mendorong kalian untuk tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan kepada kalian”. (HR. Ibnu Majah)
Dan Allah mengingatkan bahwa rasa syukur kepada-Nya akan mendapat tambahan nikmat pula sesuai firman-Nya ; Artinya : "Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memberitahukan, "Sungguh jika kamu bersyukur, niscaya Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkarinya, sungguh azab-Ku sangat keras". (Ibraahiim : 7)
Untuk menambah kedekatan diri kepada Allah, maka ingatlah akan mati dan mengingat apa yang ada dibalik kematian; pertanyaan dalam kubur, siksa kubur, hari hisab dan siksa neraka; maka nikmat dunia ini akan menjadi hambar dan upaya ini akan membawa kita pada maqam (tingkatan) orang yang zuhud. Syaikh Abdul Qadir Jailani memberi petuah kepada para muridnya : “Wahai pencari yang jauh dari rumah, wahai musafir yang tersesat di hutan belantara takdir! Engkau perlu membereskan kamar pribadimu. Jangan tinggalkan di dalamnya dirham maupun dinar, dan adapun barang-barang perhiasan, engkau memiliki cukup dengan kunci ada di kantungmu. Engkau perlu mengosongkan hatimu dari dunia ini, dari selera hawa nafsu dan perhatian yang remeh. Hendaknya hati hanya diisi dengan dzikir dan tafakur, dengan mengingat mati dan mengingat apa yang terjadi di balik kematian. Di dalamnya engkau harus mengamalkan alkemi (kimiya’) membatasi harapan. Engkau harus katakan, “Aku sudah mati”, karena tindakan menjadi murni melalui pengurangan harapan (qashrul-amal). Jika engkau terlalu banyak berharap, maka engkau akan berupaya membuat kesan pada orang di sini, dan bersikap munafik terhadap orang itu di sana. Orang yang telah dapat membatasi harapan, maka dia terpisah dari segala sesuatu, terputus hubungan dengan segalanya. Dia mengenakan pakaian kezuhudan, kemudian pakaian peniadaan (fana’), lalu pakaian pengalaman hakiki (ma’rifah)”. (Malfuzhat Syaikh Abdul Qadir Jailani)
Sikap zuhud yang diajarkan dalam Islam bukanlah dengan menolak sama sekali kenikmatan dunia itu, tetapi hendaklah memilikinya sesuai kebutuhan atau dengan cara tidak berlebih-lebihan. Dengan demikian zuhud adalah kebalikan dari tamak, rakus dan serakah. Penyakit tamak, rakus, serakah inilah yang mendorong seseorang itu menjadi koruptor.
Imam Al Ghazali menyatakan bahwa zuhud adalah menghindarkan diri dari segala keinginan jiwa yang tidak patut apalagi terlarang dan beralih kepada sesuatu yang lebih baik dan lebih utama, karena menyadari bahwa yang harus ditinggalkan tadi adalah suatu yang hina dan tercela sedang yang dipakai adalah yang mulia dan terpuji.
Dalam Al Qur’an disebutkan ada tujuh macam benda-benda dunia yang perlu dizuhudi, sesuai firman-Nya ; Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga)". (Aali 'Imraan : 14)
Kemudian di dalam Al Qur’an juga disebutkan bahwa barangsiapa yang dapat mengekang nafsunya dari keinginan yang hina maka surga adalah tempatnya.
Firman Allah SWT ; Artinya : “Dan ada pun orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari hawa nafsunya, maka sesungguhnya surga itulah tempat tinggal (nya)”. (Surah Nazi’at 40-41)
Sekiranya kita umat Islam ini dapat melaksanakan ajaran Islam dengan benar dan murni sesuai dengan Al Qur’an dan Hadist, maka pasti tidak akan tersesat jalannya dan kita pun tidak akan pernah mendengar ada seorang koruptor yang Muslim.
"Hasbiyallaahu laa ilaaha illaa huwa 'alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul 'arsyil 'azhiim" - "Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'arasy yang agung". (At Taubah : 129);
Jadikanlah ayat tersebut merupakan bacaan wirid pada tiap pagi dan sore apabila mendapat kesulitan dalam urusan dunia maupun akhirat, karena Rasulullah SAW telah berpesan demikian : "Barangsiapa berkata setiap hari ketika memasuki waktu pagi dan ketika memasuki waktu sore : Hasbiyallaahu laa ilaaha illaa huwa 'alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul 'arsyil 'azhiim - 7 kali, Allah akan mencukupinya dalam hal-hal yang menyulitkannya, berupa urusan dunia dan akhirat". (HR. Abu Dawud, Ibnu Asakir dan Ibnu Suni)
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman ; Artinya : "Dan Dia-lah Allah (yang disembah) di langit dan di bumi. Dia mengetahui yang kamu rahasiakan dan yang kamu nyatakan dan mengetahui apa yang kamu usahakan". (Al An'aam : 3)
Media cetak maupun tv pada awal Juli ‘97 yang lalu ramai memberitakan masalah korupsi. Topik ini sempat hangat juga saat kita masih dalam masa kampanye pemilu yang lalu. Menurut Menpan TB Silalahi, korupsi ini hanya bisa dihapus di sorga (Harian Republika, Rabu, 9 Juli 1997, hal. 2). Kemudian diberitakan pula bahwa satu lembaga konsultan asing bernama Political And Economy Risk Consultans (PERC) telah membuat laporan bahwa ada indikasi negara kita adalah negara paling korup di Asia. Dan diberitakan juga pernyataan dari Badan Pengawas Keuangan (BPK) bahwa pada semester I tahun 96/97 terdapat 33 (tiga puluh tiga) kasus korupsi yang merugikan negara sampai senilai Rp.585,05 miliar. Suatu angka yang sungguh sangat fantastis bila dibandingkan dengan dana untuk daerah tertinggal (IDT). Kemudian ditulis bahwa sebenarnya Indonesia sudah memiliki undang-undang anti korupsi yaitu UU No.3/1971; UU tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. Masya Allah. Mengapa ya, koq bisa terjadi. Siapa dan apanya yang salah? Kenapa mereka tidak takut, padahal sanksinya ada.
Sebagai umat Islam, kita tahu bahwa hal itu adalah karena kesalahan kita juga, karena kita lebih cinta dunia daripada akhirat. Kecintaan kita kepada dunia telah mengalahkan kegairahan diri kita terhadap keridhaan Allah, sehingga kita berani melanggar rambu-rambu larangan-Nya dan menjauhi perintah-Nya. Padahal ajaran Islam itu menyuruh sebaliknya yaitu hendaklah kita mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Korupsi itu bersaudara kandung dengan mencuri; keduanya sama-sama merugikan orang lain dan sama-sama dilaknat. Beda secara garis besar adalah dari pekerjaan atau jabatan si personal yang melakukannya. Korupsi dilakukan oleh orang yang diangkat atau dipercaya untuk menjalankan suatu tugas, baik oleh lembaga negara maupun swasta. Dia melakukan korupsi tidak hanya dalam bentuk uang atau harta saja tetapi juga dalam bentuk lain seperti waktu, fasilitas yang ada, menerima suap, menggunakan jabatan dan wewenang untuk kepentingan diri pribadi, keluarga serta kerabat (conflict of interest), dll.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, korupsi berarti penyelewengan, penggelapan (uang negara atau perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Mencuri berarti mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi. Bagai mana sanksi hukuman yang diberikan kepada mereka? Islam memberikan hukuman had kepada pencuri dengan memotong tangannya sebatas pergelangan tangan kanan bagi orang lelaki atau perempuan berusia baligh, yaitu bila dia terbukti mencuri dengan nilai mencapai seperempat dinar yakni sama dengan satu mitsqal mata uang emas murni (Lihat Surah Al Maidah : 38 dan Kitab Fiqh Fat-hul Mu’in).
Kelihatan kejam hukum Islam itu, tetapi kalau kita pelajari hikmah yang terkandung di dalamnya maka sebenarnya tidak karena had ini akan membuat orang tidak berani untuk berbuat. Bagaimana dengan hukuman bagi koruptor? Mestinya dapat hukuman yang lebih berat, apalagi yang disikat mencapai milyaran rupiah. Dalam hal ini perlu dikaji hadist dari Rasulullah SAW sbb : “Jamin aku dengan enam hal, dan aku akan jamin engkau dengan surga : Bila seorang di antara kalian berkata, dia tak boleh berkata bohong; bila dia dipercaya (diberi amanat), dia tak boleh berkhianat; bila dia berjanji, dia tidak boleh ingkar; engkau harus menahan tanganmu (dari berbuat dosa); engkau tidak boleh mencari-cari persoalan; dan engkau harus menjaga kemaluanmu (kehormatanmu)”.
Dari hadist di atas yang bernama pencuri, penipu, pengkhianat dan ingkar janji itu dapat dipegang rangkap oleh seorang koruptor. Jadi sungguh berat sebenarnya hukuman bagi seorang koruptor daripada seorang pencuri. Tetapi bagaimana kenyataan yang kita hadapi sekarang dengan menggunakan hukum dunia buatan manusia? Tergantung pada situasi dan kondisi jaksa yang menuntut dan juga hakim yang mengadili.
Yang terpenting bagi kita saat ini adalah bagaimana cara mencegah diri agar tidak terjerat oleh kedua kejahatan itu? Islam mengajarkan agar kita melakukan muraqabah. Melakukan mawas diri dengan selalu menjadikan Allah SWT sebagai Pengawas. Cara ini akan menyebabkan diri kita tetap terpelihara dan terhindar jauh dari perbuatan yang dilarang-Nya karena kita merasakan Allah ada di mana-mana dan selalu ada mengawasi seluruh gerak rohani jasmani kita. Dia mengetahui segala sesuatu, walaupun hal itu dirahasiakan jauh di lubuk hati kita nan dalam, demikian Allah SWT berfirman ; Artinya : "Dan Dia-lah Allah (yang disembah) di langit dan di bumi. Dia mengetahui yang kamu rahasiakan dan yang kamu nyatakan dan mengetahui apa yang kamu usahakan". (Al An'aam : 3)
Artinya : "Dan ketahuilah sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-Nya dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun". (Al Baqarah : 235)
Untuk itu kita harus selalu ingat-ingat bahwa apapun yang kita perbuat akan di catat dan pada sa’atnya dibukakan untuk dilihat lagi pada hari akhir kelak dan Allah itu menghitung segala sesuatu tanpa ada yang tertinggal, demikian difirmankan Allah SWT ; Artinya : "Dan diletakkan kitab (buku amal), lalu engkau melihat orang-orang berdosa itu ketakutan dari apa-apa (yang tertulis) padanya dan mereka berkata : "Wahai celakanya kami, mengapakah kitab ini tidak (melupakan) yang besar dan yang kecil melainkan dihitung semuanya. Dan mereka mendapat apa-apa yang telah dikerjakannya itu hadir (tercatat). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seseorang". (Al Kahfi : 49)
Rasulullah SAW telah mengingatkan pula bahwa janganlah kita terjang larangan Allah walaupun ketika itu sedang sepi sendirian, karena hal itu akan menghilangkan pahala kebaikan : "Sungguh saya mengetahui beberapa kaum dari umatku datang pada hari kiamat kelak dengan membawa kebaikan-kebaikan seperti gunung Tihamah yang putih, lalu Allah menjadikan kebaikan-kebaikan itu (seperti) debu yang beterbangan. Adapun mereka itu adalah saudara-saudaramu, dan dari jenis kulitmu, dan menjadikan malamnya sebagaimana kamu menjadikannya, akan tetapi mereka adalah kaum yang apabila sepi (menyendiri) dengan hal-hal yang diharamkan oleh Allah, mereka menerjangnya". (HR. Ibnu Majah)
Abul Qasim al Junaidi ketika menguji para santrinya untuk bermuraqabah telah menyuruh mereka mengadakan rihlah rahasia di padang pasir dan meminta mereka agar menyembelih burung di tempat sepi yang tidak ada seorangpun dapat melihatnya. Hanya seorang saja yang tidak mampu untuk melaksanakannya, karena katanya Allah SWT selalu ada di mana-mana bersamanya.
Bahkan Sayidina Umar bin Khattab RA pun pernah terperangah ketika menguji iman seorang budak kecil yang menjadi penggembala ternak kambing melalui "jual beli" tanpa sepengetahuan si majikan pemilik ternak. Jawaban anak itu sungguh mengharukan ketika dikatakan bahwa majikannya tidak akan tahu bila dikatakan kambingnya dimakan serigala; dan lalu si anak berkata : " Allah ada dimana ?". (Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin).
Qashash (Kisah) yang telah diceritakan di atas adalah untuk meneguhkan hati, sebagai pengajaran dan peringatan agar kita tidak lengah dalam meniti jembatan menuju keridhaan Allah.
Allah SWT telah berfirman ; Artinya : "Dan segala yang Kami ceritakan kepadamu dari cerita rasul-rasul yang dengannya Kami kuatkan hatimu, dan dalam cerita ini telah datang kepadamu kebenaran, pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman". (Huud : 120)
Anda dapat memetik hikmah dari kisah tersebut, menjadi pelajaran sehingga selalu istiqomah, secara tetap dan terus menerus, teguh, disiplin dalam berbagai ketaatan kepada Allah, melaksanakan perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya baik dalam terang maupun gelap, dalam keramaian maupun dalam kesendirian dan selalu melakukan muhasabah (introspeksi) tentang amal-amal yang lalu, karena Nabi SAW telah berpesan : "Orang yang cerdik adalah orang yang menghitung-hitung (kekurangan) dirinya dan beramal untuk bekal nanti sesudah mati. Dan orang yang lemah adalah orang yang memperturutkan nafsunya untuk memenuhi segala keinginannya dan mengangan-angankan ampunan kepada Allah Ta'ala (tanpa dibarengi dengan amal perbuatan)". (Dalam Tanbihul Ghafilin)
Biasakanlah selalu untuk berbuat amal kebaikan dengan mengerjakan yang disunnahkan di samping yang wajib (yaitu menjauhi larangan-Nya dan mematuhi perintah-Nya), baik ketika sendiri maupun ketika disaksikan, karena setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan pula.
Firman Allah SWT ; Artinya : "Dan barangsiapa mengerjakan kebaikan, Kami tambahkan kebaikan kepadanya; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penerima syukur". (Asy Syuuraa : 23)
Rasulullah SAW bersabda : "Allah Ta'ala berfirman (Dalam hadits Qudsi) : "Siapa saja yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku nyatakan perang kepadanya. Sesuatu yang paling Aku sukai dari yang dikerjakan hamba-Ku untuk mendekatkan diri (taqarub) kepada-Ku, yaitu apabila ia mengerjakan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Seseorang itu senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengerjakan amalan-amalan sunnah, sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, maka Aku merupakan pendengaran yang ia pergunakan untuk mendengar, Aku merupakan penglihatan yang ia pergunakan untuk melihat, Aku merupakan tangan yang ia pergunakan untuk menyerang dan Aku merupakan kaki yang ia pergunakan untuk berjalan. Seandainya ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya, seandainya ia berlindung diri kepada-Ku, niscaya Aku melindunginya". (HR. Bukhari)
Barangsiapa yang membiasakan dirinya memelihara perintah Allah dan larangan Allah maka akan dirasakannya bahwa Allah selalu ada besertanya. Inilah sikap ihsan yang sempurna, merasakan bahwa Allah selalu hadir dan mengawasinya.
Diriwayatkan bahwa Jibril AS bertanya kepada Rasulullah SAW perihal arti ihsan (berbuat baik). Beliau SAW lalu menjawab dengan sabdanya : “Hendaklah engkau menyembah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya dan jikalau engkau tidak dapat seolah-olah melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia itu melihatmu” (HR. Muslim).
Rasulullah SAW juga bersabda :"Peliharalah (perintah dan larangan) Allah, niscaya kamu akan selalu merasakan kehadiran-Nya. Kenali lah Allah ketika senang, niscaya Allah akan mengenali ketika kamu kesulitan. Ketahuilah, apa yang luput dan apa yang akan mengenaimu pasti tidak akan meleset dari kamu". (HR. Turmudzi)
Adapun cara yang telah diajarkan Nabi SAW, hendaklah berusaha sekerasnya menjaga pandangan mata dalam upaya menjauhi dan menghindari perbuatan yang dilarang-Nya, sesuai sabda Rasulullah SAW dengan membawakan firman Allah dalam hadits Qudsi : "Pandangan mata adalah panah beracun dari antara panah-panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada-Ku maka Aku ganti dengan keimanan yang dirasakan manis dalam hatinya". (HR. Hakim).
Jangan karena pandangan itu hati jadi tergoda kepada kesenangan duniawi, sebab segala bentuk kesenangan ataupun kenikmatan yang kita lihat gemerlapan di dunia ini adalah ujian bagi mereka yang menikmatinya, demikian Allah SWT telah berfirman ; Artinya : "Dan janganlah engkau tujukan penglihatanmu kepada yang Kami beri kesenangan dengannya berbagai golongan dari mereka berupa perhiasan kehidupan dunia, supaya Kami menguji mereka padanya, sedang rezeki Tuhanmu lebih baik dan kekal". (Thaahaa : 131)
Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menceritakan bahwa ada seseorang bertanya kepada Junaid : “Dengan jalan apakah aku dapat menolong diriku sendiri supaya dapat memejamkan mata?”. Junaid lalu menjawab : “Yaitu supaya engkau menginsafi bahwa pandangan Dzat yang melihat padamu itu lebih dulu penglihatan-Nya daripada pandanganmu pada sesuatu yang hendak kau lihat itu”.
Agar pandangan kita menghasilkan rasa syukur atas nikmat karunia Allah, maka hendaklah melihat kepada yang lebih rendah dari kita (dari segi kekayaan yang dimiliki), demikian Rasulullah SAW telah bersabda : “Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripada kalian dan janganlah melihat hal yang lebih tinggi dari kalian, karena hal tersebut lebih mendorong kalian untuk tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan kepada kalian”. (HR. Ibnu Majah)
Dan Allah mengingatkan bahwa rasa syukur kepada-Nya akan mendapat tambahan nikmat pula sesuai firman-Nya ; Artinya : "Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memberitahukan, "Sungguh jika kamu bersyukur, niscaya Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkarinya, sungguh azab-Ku sangat keras". (Ibraahiim : 7)
Untuk menambah kedekatan diri kepada Allah, maka ingatlah akan mati dan mengingat apa yang ada dibalik kematian; pertanyaan dalam kubur, siksa kubur, hari hisab dan siksa neraka; maka nikmat dunia ini akan menjadi hambar dan upaya ini akan membawa kita pada maqam (tingkatan) orang yang zuhud. Syaikh Abdul Qadir Jailani memberi petuah kepada para muridnya : “Wahai pencari yang jauh dari rumah, wahai musafir yang tersesat di hutan belantara takdir! Engkau perlu membereskan kamar pribadimu. Jangan tinggalkan di dalamnya dirham maupun dinar, dan adapun barang-barang perhiasan, engkau memiliki cukup dengan kunci ada di kantungmu. Engkau perlu mengosongkan hatimu dari dunia ini, dari selera hawa nafsu dan perhatian yang remeh. Hendaknya hati hanya diisi dengan dzikir dan tafakur, dengan mengingat mati dan mengingat apa yang terjadi di balik kematian. Di dalamnya engkau harus mengamalkan alkemi (kimiya’) membatasi harapan. Engkau harus katakan, “Aku sudah mati”, karena tindakan menjadi murni melalui pengurangan harapan (qashrul-amal). Jika engkau terlalu banyak berharap, maka engkau akan berupaya membuat kesan pada orang di sini, dan bersikap munafik terhadap orang itu di sana. Orang yang telah dapat membatasi harapan, maka dia terpisah dari segala sesuatu, terputus hubungan dengan segalanya. Dia mengenakan pakaian kezuhudan, kemudian pakaian peniadaan (fana’), lalu pakaian pengalaman hakiki (ma’rifah)”. (Malfuzhat Syaikh Abdul Qadir Jailani)
Sikap zuhud yang diajarkan dalam Islam bukanlah dengan menolak sama sekali kenikmatan dunia itu, tetapi hendaklah memilikinya sesuai kebutuhan atau dengan cara tidak berlebih-lebihan. Dengan demikian zuhud adalah kebalikan dari tamak, rakus dan serakah. Penyakit tamak, rakus, serakah inilah yang mendorong seseorang itu menjadi koruptor.
Imam Al Ghazali menyatakan bahwa zuhud adalah menghindarkan diri dari segala keinginan jiwa yang tidak patut apalagi terlarang dan beralih kepada sesuatu yang lebih baik dan lebih utama, karena menyadari bahwa yang harus ditinggalkan tadi adalah suatu yang hina dan tercela sedang yang dipakai adalah yang mulia dan terpuji.
Dalam Al Qur’an disebutkan ada tujuh macam benda-benda dunia yang perlu dizuhudi, sesuai firman-Nya ; Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga)". (Aali 'Imraan : 14)
Kemudian di dalam Al Qur’an juga disebutkan bahwa barangsiapa yang dapat mengekang nafsunya dari keinginan yang hina maka surga adalah tempatnya.
Firman Allah SWT ; Artinya : “Dan ada pun orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari hawa nafsunya, maka sesungguhnya surga itulah tempat tinggal (nya)”. (Surah Nazi’at 40-41)
Sekiranya kita umat Islam ini dapat melaksanakan ajaran Islam dengan benar dan murni sesuai dengan Al Qur’an dan Hadist, maka pasti tidak akan tersesat jalannya dan kita pun tidak akan pernah mendengar ada seorang koruptor yang Muslim.
"Hasbiyallaahu laa ilaaha illaa huwa 'alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul 'arsyil 'azhiim" - "Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'arasy yang agung". (At Taubah : 129);
Jadikanlah ayat tersebut merupakan bacaan wirid pada tiap pagi dan sore apabila mendapat kesulitan dalam urusan dunia maupun akhirat, karena Rasulullah SAW telah berpesan demikian : "Barangsiapa berkata setiap hari ketika memasuki waktu pagi dan ketika memasuki waktu sore : Hasbiyallaahu laa ilaaha illaa huwa 'alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul 'arsyil 'azhiim - 7 kali, Allah akan mencukupinya dalam hal-hal yang menyulitkannya, berupa urusan dunia dan akhirat". (HR. Abu Dawud, Ibnu Asakir dan Ibnu Suni)
Jumat, 23 September 2011
menunda mati
Kematian memang di tangan Allah. Maka ada satu hal yang bisa membuat kematian menjadi sesuatu yang bisa ditunda, yaitu kemauan bersedekah, kemauan berbagi dan peduli.
SUATU hari, Malaikat Kematian mendatangi Nabiyallah Ibrahim, dan bertanya, “Siapa anak muda yang tadi mendatangimu wahai Ibrahim?”
“Yang anak muda tadi maksudnya?” tanya Ibrahim. “Itu sahabat sekaligus muridku.”
“Ada apa dia datang menemuimu?”
“Dia menyampaikan bahwa dia akan melangsungkan pernikahannya besok pagi.”
“Wahai Ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai besok pagi.” Habis berkata seperti itu, Malaikat Kematian pergi meninggalkan Nabiyallah Ibrahim. Hampir saja Nabiyallah Ibrahim tergerak untuk rriemberitahu anak muda tersebut, untuk menyegerakan pernikahannya malam ini, dan memberitahu tentang kematian anak muda itu besok. Tapi langkahnya terhenti. Nabiyallah Ibrahim memilih kematian tetap menjadi rahasia Allah.
Esok paginya, Nabiyallah Ibrahim ternyata melihat dan menyaksikan bahwa anak muda tersebut tetap bisa melangsungkan pernikahannya.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, Nabiyallah Ibrahim malah melihat anak muda ini panjang umurnya.
Hingga usia anak muda ini 70 tahun, Nabiyallah Ibrahim bertanya kepada Malaikat Kematian, apakah dia berbohong tempo hari sewaktu menyampaikan bahwa anak muda itu umurnya tidak akan sampai besok pagi? Malaikat Kematian menjawab bahwa dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda tersebut, tapi Allah menahannya.
“Apa gerangan yang membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawa anak muda tersebut, dulu?”
“Wahai Ibrahim, di malam menjelang pernikahannya, anak muda tersebut menyedekahkan separuh dari kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah memutuskan untuk memanjangkan umur anak muda tersebut, hingga engkau masih melihatnya hidup.”
Saudara-saudaraku, pembaca “Kajian WisataHati” dimanapun Anda berada, kematian memang di tangan Allah. justru itu, memajukan dan memundurkan kematian adalah hak Allah. Dan Allah memberitahu lewat kalam Rasul-Nya, Muhammad shalla `alaih bahwa sedekah itu bisa memanjangkan umur. jadi, bila disebut bahwa ada sesuatu yang bisa menunda kematian, itu adalah…sedekah.
Maka, tengoklah kanan-kiri Anda, lihat-lihatlah sekeliling Anda. Bila Anda menemukan ada satu-dua kesusahan tergelar. maka sesungguhnya Andalah yang butuh pertolongan. Karena siapa tahu kesusahan itu digelar Allah untuk memperpanjang umur Anda. Tinggal apakah Anda bersedia menolongnya atau tidak. Bila bersedia, maka kemungkinan besar memang Allah akan memanjangkan umur Anda.
Saudara-saudaraku sekalian, tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan ajalnya akan sampai. Dan, tidak seseorangpun yang mengetahui dalam kondisi apa ajalnya tiba. Maka mengeluarkan sedekah bukan saja akan memperpanjang umur, melainkan juga memungkinkan kita meninggal dalam keadaan baik. Bukankah sedekah akan mengundang cintanya Allah? Sedangkan kalau seseorang sudah dicintai oleh Allah, maka tidak ada masalahnya yang tidak diselesaikan, tidak ada keinginannya yang tidak dikabulkan, tidak ada dosanya yang tidak diampunkan, dan tidak ada nyawa yang dicabut dalam keadaan husnul khatimah.
Mudah-mudahan Allah berkenan memperpanjang umur, sehingga kita semua berkesempatan untuk mengejar ampunan Allah dan mengubah segala kelakuan kita, sambil mempersiapkan kematian datang.
“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan” (An-Nisaa: 78)
SUATU hari, Malaikat Kematian mendatangi Nabiyallah Ibrahim, dan bertanya, “Siapa anak muda yang tadi mendatangimu wahai Ibrahim?”
“Yang anak muda tadi maksudnya?” tanya Ibrahim. “Itu sahabat sekaligus muridku.”
“Ada apa dia datang menemuimu?”
“Dia menyampaikan bahwa dia akan melangsungkan pernikahannya besok pagi.”
“Wahai Ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai besok pagi.” Habis berkata seperti itu, Malaikat Kematian pergi meninggalkan Nabiyallah Ibrahim. Hampir saja Nabiyallah Ibrahim tergerak untuk rriemberitahu anak muda tersebut, untuk menyegerakan pernikahannya malam ini, dan memberitahu tentang kematian anak muda itu besok. Tapi langkahnya terhenti. Nabiyallah Ibrahim memilih kematian tetap menjadi rahasia Allah.
Esok paginya, Nabiyallah Ibrahim ternyata melihat dan menyaksikan bahwa anak muda tersebut tetap bisa melangsungkan pernikahannya.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, Nabiyallah Ibrahim malah melihat anak muda ini panjang umurnya.
Hingga usia anak muda ini 70 tahun, Nabiyallah Ibrahim bertanya kepada Malaikat Kematian, apakah dia berbohong tempo hari sewaktu menyampaikan bahwa anak muda itu umurnya tidak akan sampai besok pagi? Malaikat Kematian menjawab bahwa dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda tersebut, tapi Allah menahannya.
“Apa gerangan yang membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawa anak muda tersebut, dulu?”
“Wahai Ibrahim, di malam menjelang pernikahannya, anak muda tersebut menyedekahkan separuh dari kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah memutuskan untuk memanjangkan umur anak muda tersebut, hingga engkau masih melihatnya hidup.”
Saudara-saudaraku, pembaca “Kajian WisataHati” dimanapun Anda berada, kematian memang di tangan Allah. justru itu, memajukan dan memundurkan kematian adalah hak Allah. Dan Allah memberitahu lewat kalam Rasul-Nya, Muhammad shalla `alaih bahwa sedekah itu bisa memanjangkan umur. jadi, bila disebut bahwa ada sesuatu yang bisa menunda kematian, itu adalah…sedekah.
Maka, tengoklah kanan-kiri Anda, lihat-lihatlah sekeliling Anda. Bila Anda menemukan ada satu-dua kesusahan tergelar. maka sesungguhnya Andalah yang butuh pertolongan. Karena siapa tahu kesusahan itu digelar Allah untuk memperpanjang umur Anda. Tinggal apakah Anda bersedia menolongnya atau tidak. Bila bersedia, maka kemungkinan besar memang Allah akan memanjangkan umur Anda.
Saudara-saudaraku sekalian, tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan ajalnya akan sampai. Dan, tidak seseorangpun yang mengetahui dalam kondisi apa ajalnya tiba. Maka mengeluarkan sedekah bukan saja akan memperpanjang umur, melainkan juga memungkinkan kita meninggal dalam keadaan baik. Bukankah sedekah akan mengundang cintanya Allah? Sedangkan kalau seseorang sudah dicintai oleh Allah, maka tidak ada masalahnya yang tidak diselesaikan, tidak ada keinginannya yang tidak dikabulkan, tidak ada dosanya yang tidak diampunkan, dan tidak ada nyawa yang dicabut dalam keadaan husnul khatimah.
Mudah-mudahan Allah berkenan memperpanjang umur, sehingga kita semua berkesempatan untuk mengejar ampunan Allah dan mengubah segala kelakuan kita, sambil mempersiapkan kematian datang.
“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan” (An-Nisaa: 78)
Menghidupkan Malam Nishfu Sya'ban
-
Sabda Nabi Saw:
مَنْ أَحْيَا لَيْلَةَ الْعِيْدِ وَلَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ حِيْنَ تَمُوْتُ الْقُلُوْبُ
"Barang siapa yang menghidupkan malam hari raya (Ied) dan malam Nishfu Sya'ban, maka tidak matilah hatinya ketika umumnya hati (manusia) mati. (Durrotun Nashihin, Mu'jam Ibnul A'robi Juz V, Al-Fawakihud Dawani Juz III, Hasyiyah ad-Dasuqi Juz IV, Hasyiyatush-Showi Juz II)
Dari A'isyah Ra.: "Suatu malam Rasulullah shalat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: "Hai A'isyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (H.R. Baihaqi)
Dari Ali Ra., Rasulullah bersabda:
"Malam nisfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda: "Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." ( H.R. Ibnu Majah, Baihaqi).
من إحياء علوم الدين - ج 1 / ص 210
وَأَمَّا صَلاَةُ شَعْبَانَ: فَلَيْلَةُ الْخَامِسَ عَشَرَ مِنْهُ يُصَلِّي مِائَةَ رَكْعَةٍ كُلُّ رَكْعَتَيْنِ بِتَسْلِيْمَةٍ يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ إِحْدَى عَشَرَةَ مَرَّةً، وَإِنْ شَآءَ صَلَّى عَشْرَ رَكَعَاتٍ يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ مِائَةَ مَرَّةٍ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، فَهَذَا أَيْضاً مَرْوِيٌّ فِيْ جُمْلَةِ الصَّلَوَاتِ كَانَ السَّلَفُ يُصَلُّوْنَ هَذِهِ الصَّلاَةَ وَيُسَمُّوْنَهَا صَلاَةَ الْخَيْرِ وَيَجْتَمِعُوْنَ فِيْهَا وَرُبَّمَا صَلُّوْهَا جَمَاعَةً. رُوِيَ عَنِ الْحَسَنِ أَنَّهُ قَالَ: حَدَّثَنِيْ ثَلاَثُوْنَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ مَنْ صَلَّى هَذِهِ الصَّلاَةَ هَذِهِ اللَّيْلَةِ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِ سَبْعِيْنَ نَظْرَةً وَقَضَى لَهُ بِكُلِّ نَظْرَةٍ سَبْعِيْنَ حَاجَةً أَدْنَاهَا الْمَغْفِرَةُ.
Dari Ihya Ulumuddin, karya Imam al-Ghazali Rhm. (Juz I: 210):
Adapun mengenai sholat Sya'ban, maka pada malam yang ke lima belas daripadanya, melakukan sholat ia 100 raka'at. Setiap 2 raka'at dengan satu salam. Pada setiap raka'atnya sesudah Fatihah ia membaca Surat Al-Ikhlash (Qul-Hu) sebanyak 11 kali. Dan jika ia menghendaki (cara yang lain) boleh ia melakukannya dengan 10 raka'at dengan membaca Surat Al-Ikhlash (Qul-Hu) sebanyak 100 kali sesudah membaca Fatihah. (Shalat) ini juga diriwayatkan dalam sejumlah sholat-sholat (yang dianjurkan). Sholat ini (juga) dilakukan oleh Ulama Salaf (terdahulu), mereka menamakannya dengan Sholat Khoyr (Sholat Kebajikan), dan mereka berkumpul karena sholat ini, dan terkadang mereka melakukannya dengan berjama'ah. Diriwayatkan dari Hasan (Al-Bashri) Ra. bahwasanya ia berkata: Telah menceritakan kepadaku oleh 30 sahabat Nabi Saw bahwa barang siapa yang mengerjakan sholat pada malam (Nishfu Sya'ban) ini niscaya Allah melihatnya dengan 70 pandangan dan dengan setiap pandangan-Nya itu ditunaikan 70 hajat (kebutuhannya), sekurang-kurangnya adalah ampunan .
* Disebutkan pula dalam kitab Sayid Bakri Syatha' ad-Dimyathi dalam kitab I'anatut Tholibin, Tafsir Haqqi, Syekh Abu Thalib al-Makki dalam Quutul Qulub.
Sabda Nabi Saw:
مَنْ أَحْيَا لَيْلَةَ الْعِيْدِ وَلَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ حِيْنَ تَمُوْتُ الْقُلُوْبُ
"Barang siapa yang menghidupkan malam hari raya (Ied) dan malam Nishfu Sya'ban, maka tidak matilah hatinya ketika umumnya hati (manusia) mati. (Durrotun Nashihin, Mu'jam Ibnul A'robi Juz V, Al-Fawakihud Dawani Juz III, Hasyiyah ad-Dasuqi Juz IV, Hasyiyatush-Showi Juz II)
Dari A'isyah Ra.: "Suatu malam Rasulullah shalat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: "Hai A'isyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (H.R. Baihaqi)
Dari Ali Ra., Rasulullah bersabda:
"Malam nisfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda: "Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." ( H.R. Ibnu Majah, Baihaqi).
من إحياء علوم الدين - ج 1 / ص 210
وَأَمَّا صَلاَةُ شَعْبَانَ: فَلَيْلَةُ الْخَامِسَ عَشَرَ مِنْهُ يُصَلِّي مِائَةَ رَكْعَةٍ كُلُّ رَكْعَتَيْنِ بِتَسْلِيْمَةٍ يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ إِحْدَى عَشَرَةَ مَرَّةً، وَإِنْ شَآءَ صَلَّى عَشْرَ رَكَعَاتٍ يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ مِائَةَ مَرَّةٍ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، فَهَذَا أَيْضاً مَرْوِيٌّ فِيْ جُمْلَةِ الصَّلَوَاتِ كَانَ السَّلَفُ يُصَلُّوْنَ هَذِهِ الصَّلاَةَ وَيُسَمُّوْنَهَا صَلاَةَ الْخَيْرِ وَيَجْتَمِعُوْنَ فِيْهَا وَرُبَّمَا صَلُّوْهَا جَمَاعَةً. رُوِيَ عَنِ الْحَسَنِ أَنَّهُ قَالَ: حَدَّثَنِيْ ثَلاَثُوْنَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ مَنْ صَلَّى هَذِهِ الصَّلاَةَ هَذِهِ اللَّيْلَةِ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِ سَبْعِيْنَ نَظْرَةً وَقَضَى لَهُ بِكُلِّ نَظْرَةٍ سَبْعِيْنَ حَاجَةً أَدْنَاهَا الْمَغْفِرَةُ.
Dari Ihya Ulumuddin, karya Imam al-Ghazali Rhm. (Juz I: 210):
Adapun mengenai sholat Sya'ban, maka pada malam yang ke lima belas daripadanya, melakukan sholat ia 100 raka'at. Setiap 2 raka'at dengan satu salam. Pada setiap raka'atnya sesudah Fatihah ia membaca Surat Al-Ikhlash (Qul-Hu) sebanyak 11 kali. Dan jika ia menghendaki (cara yang lain) boleh ia melakukannya dengan 10 raka'at dengan membaca Surat Al-Ikhlash (Qul-Hu) sebanyak 100 kali sesudah membaca Fatihah. (Shalat) ini juga diriwayatkan dalam sejumlah sholat-sholat (yang dianjurkan). Sholat ini (juga) dilakukan oleh Ulama Salaf (terdahulu), mereka menamakannya dengan Sholat Khoyr (Sholat Kebajikan), dan mereka berkumpul karena sholat ini, dan terkadang mereka melakukannya dengan berjama'ah. Diriwayatkan dari Hasan (Al-Bashri) Ra. bahwasanya ia berkata: Telah menceritakan kepadaku oleh 30 sahabat Nabi Saw bahwa barang siapa yang mengerjakan sholat pada malam (Nishfu Sya'ban) ini niscaya Allah melihatnya dengan 70 pandangan dan dengan setiap pandangan-Nya itu ditunaikan 70 hajat (kebutuhannya), sekurang-kurangnya adalah ampunan .
* Disebutkan pula dalam kitab Sayid Bakri Syatha' ad-Dimyathi dalam kitab I'anatut Tholibin, Tafsir Haqqi, Syekh Abu Thalib al-Makki dalam Quutul Qulub.
Al-Hasan Al-Bashri (21 H - 110 H)
Zuhud merupakan kedudukan yang luhur, sungguh indah apa bila manusia bersifat zuhud dan tidak memiliki keinginan terhadap yang ada di tangan orang alin. Karena itu, Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah patut mendapat pujian dari orang-orang sezamannya.
Al-Hasan Al-Bashri adalah rambu-rambu yang berwujud manusia di muka bumi. Dia adalah teladan yang amal dan perilakunya dilihat orang banyak. Dia juga tuan yang perintahnya ditunggu oleh banyak manusia.
DR. 'Aidh Al-Qarni dalam bukunya Hakadza Haddatsana Az-Zaman berkata : “Aku berpesan padamu untuk membaca kisah hidup orang-orang shalih, para Shahabat Nabi, Tabi'in, Ahli ibadah dan kezuhudan dari kalangan Ahlussannah”,
Berhentilah sejenak pada kabar-kabar mereka, dan bacalah perjalanan hidup mereka. Karena itu akan memompa kekuatan semangatmu, menorehkan kehausan untuk meneladani mereka. Atau setidaknya membuatmu malu terhadap dirimu sendiri, malu kepada Tuhanmu saat engkau membandingkan hidup mereka dengan hidupmu sendiri.
Maka taburilah kisah-kisah mereka. Hiduplah bersama mereka dalam kezuhudan, kewara'an, penghambaan, rasa khauf pada Allah, ketawadhuan, keindahan pekerti dan kesabaran mereka".
Kelahiran, Kehidupan keluarga, Pendidikan
Al-Hasan Al-Bashri lahir pada tahun 21 H di kota madinah, dipenghujung masa kekhalifahan Umar bin khattab radhiyallahu anhu ayahnya bernama yasar, seorang budaknya Zaid bin tsabit Al-Anshari radhiyallahu anhu, ibunya bernama khairah, seorang budaknya Ummu Salamah, isteri Rasulullah shallallahu aliahi wasallama.
Sejak kecil Al-Hasan Al-Bashri sudah terdidik di rumah Ummul Mukminin, Ummu Salamah yang sangat mencintai Al-Hasan kecil, di mana saat itu rumah-rumah para isteri Rasulullah shallallahu aliahi wasallama satu sama lain saling berdekatan. Si Al-Hasan kecil selalu berpindah-pindah dari satu rumah salah seorang isteri Rasulullah shallallahu aliahi wasallama ke rumah yang lainnya. Dan dia banyak mendapatkan pendidikan dari mereka, -sehingga dia memiliki akhlaq yang amat mulia- khususnya dari Ummu Salamah radhiyallahu anha, yang dikenal sebagai salah seorang yang banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah shallallahu aliahi wasallama.
Pada masa mudanya, sebelum umurnya menginjak 14 tahun, Al-Hasan Al-Bashri telah hafal Al-Qur'an. Dan dia juga mendapatkan kesempatan emas untuk menggali pengetahuan tentang Sunnah Nabawiyyah, serta meriwayatkan dari beberapa shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallama, antara lain Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy'ari, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Anas bin Malik, Jabir bin Abdillah dan lainnya.
Ketika Al-Hasan berumur 14 tahun dan memasuki usia remaja, ia pindah bersama ayahnya ke Bashrah dan menetap di sana bersama keluarganya. Dan dari sinilah kenapa di akhir namanya dicantumkan Al-Bashri, yaitu nisbat pada kota Bashrah sehingga dikenal banyak orang dengan sebutan Al-Hasan Al-Bashri.
Ketika pindah ke sana kota Bashrah merupakan benteng ilmu terbesar di negeri Islam. Masjidnya yang agung penuh dengan pembesar-pembesar shahabat dan tabi'in. Berbagai kajiam ilmu meramaikan ruagan masjid.
Al-Hasan menetap di masjid dan mengikuti secara khusus pengajian yang dipandu Abdullah bin Abbas, seorang ulama terkemuka umat Islam. Darinya dia belajar tafsir, hadits dan qira'at, fiqh, bahasa, sastra dan lainnya. Dan kemudian dia menjadi seorang alim dan ahli fiqih, karenanya banyak yang datang berguru padanya.
Sifat dan keutamaannya
Al-Hasan Al-Bashri terkenal sebagai ulama yang berpengetahuan sangat luas, baik baik dalam bidang tafsir maupun hadits. Ia bagaikan seorang dokter berpengalaman telah menjalankan praktek pengobatan dalam waktu yang cukup lama.
Selain itu ia juga sangat fasih, logikanya indah, memiliki daya gugah terhadap pendengarannya. Ia juga sangat jujur dalam kebenaran, pemberani, tidak takut terhadap resiko yang ditimbulkan oleh perkataan dan perbuatannya, dimana sifat inilah yang menjadi rahasia pengaruh dalam hati, ketersihiran dan ketundukan banyak manusia kepadanya. Ia memiliki perasaan yang kuat, semangat yang menyala-yala, sosok yang pada dirinya bertabur butir keikhlasan, mensinergikan antara kefasihan lisan dan kekuatan iman, benar-benar meyakini apa yang diucapkannya, serta berbuat sesuai dengan apa yang dia yakini, apa yang ia ucapkan benar-benar keluar dari dasar hati, maka tutur katanya pun menyentuh sampai ke dasar hati.
Kisah Seorang Pengemis
Suatu hari setelah shalat zhuhur, seorang pengemis mengetuk pintu Al-Hasan, mendengar ketukan itu pembantunya segera datang dan membuka pintu. Dari dalam, Al-Hasan berkata : "Siapa yang mengetuk pintu?", Seorang pengemis tuan", jawab pembantunya. "Berilah makanan yang kita punya", sahut Al-Hasan Al-Bashri. Sementara di rumah itu hanya ada sepuluh butir telur, pembantu itu segera memberikan sembilan butir saja, sementara satu butir lagi disimpan lagi ia simpan untuk jaga-jaga jika kelaparan.
Ketika sang pengemis telah pergi, terdengar ketukan kembali, Al-Hasan Al-Bashri bertanya : "Siapa yang mengetuk pintu?". "Tamu, wahai Imam", jawab pembantu. "Persilahkan masuk dan lihat apa yang sedang ia bawa". " Beliau membawa sembilan puluh butir telur tuan", jawab pembantunya. Sambil menggeleng-geleng kepala, Al-Hasan Al-Bashri berkata : "Kamu telah menahan sepuluh butir telur untuk kita, apa kamu tidak tahu bahwa Allah telah berfirman :
" Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya…"
Mulai Dari Dirimu
Pada hari jum'at, sebelum Al-Hasan naik mimbar, ia didatangi seorang laki-laki, membisikan sesuatu ketelinganya: "Wahai Imam, berbicaralah tentang keutamaan membebaskan hamba sahaya, dan anjurkanlah mereka untuk melakukannya".
Lalu orang itu berlalu di antara para jama'ah, mendengarkan khuthbah Al-Imam, anehnya dia tidak berbicara sama sekali tentang masalah pembebasan budak. Jum'at demi jum'at berlalu,….pada jum'at keempat barulah Al-Hasan menganjurkan jama'ah untuk melakukan hal itu, laki-laki itu dangan heran dengan tindakan Al-Hasan.
Al-Hasan menjawab : "Saudaraku, tidak layak bagi saya untuk berbicara di hadapan jama'ah, hingga saya berusaha mencari uang, dan pergi ke pasar untuk membeli budak untuk dibebaskan, apa anda ingin saya termasuk dalam daftar yang diperingatkan oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya :
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka apakah kamu tidak berpikir?".
Komentar Ulama Tentang Al-Hasan Al-Bashri
Tidak sedikit para ulama salaf, baik yang semasa dengan Al-Hasan Al-Bashri maupun mereka yang hidup setelahnya, memberikan komentar yang indah terhapap sepak terjang yang pernah dilakukan semasa hidup sang pencetus dan peletak prinsip-prisip kezuhudan, berikut komentar mereka :
Al-A'masy berkata : "Al-Hasan Al-Bashri selalu menyimpan hikmah di dalam dirinya sehingga ia ungkapkan".
Ayyub As-Sakhtiyani berkata kepada Sufyan bin Uyainah : "Jika Anda melihat Al-Hasan, pasti anda akan berkata bahwa anda belum pernah bertemu dengan seorang faqih sama sekali".
Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali berkata : "Perkataan Al-Hasan Al-Bashri - semoga Allah merahmatinya – paling mirip dengan perkataan kenabian, dan paling dekat dengan petunjuk para shahabat radhiyallahu anhum, semua pendapat menyepakati kebenaran hal ini".
Rabi' bin Anas berkata : "Aku berguru kepada Al-Hasan Al-Bashri hampir sepuluh tahun, tiada hari kecuali aku mendengar hal yang hal yang belum pernah aku dengar sebelumnya.
Muhammad bin Sa'ad berkata : "Al-Hasan merupakan ulama yang menguasai ilmu secara integral, alim, tinggi, faqih, dipercaya, kata-katanya menjadi referensi, jujur, ahli ibadah, fasih, baik dan tampan".
Peletak Prinsip-Prinsip Zuhud
Al-Hasan Al-Bashri terus bergerak mengajak orang kepada zuhud dan ketaqwaan, bisa disebut bahwa ia merupakan orang yang pertama yang meletakan prinsip-prinsip zuhud, metode muhasabah diri, serta mengangkat posisi khauf dan raja' ( harap dan camas ).
Pernah suatu hari ada seseorang yang ingin memilki sifat zuhud seperti Al-Hasan, kewara'an Ibnu Sirin, ibadahnya Amir bin Abdul Qais, dan kefaqihan sa'id ibnul Musayyib. Ternyata dia mendapati semua sifat ini berkumpul pada diri Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah.
Belia sering berkata : "Sesungguhnya harap dan cemas merupakan tiang pokok penyanggah bagi seorang mu'min, dengan catatan bahwa cemas baginya lebih kuat dari harap, karena jika harap lebih dominan dari cemas. Akan mengakibatkan rusaknya hati.
Ia juga berkata : "Sesungguhnya seorang mu'min akan merasa sedih di pagi dan sore hari, dan tidak ada jalan lain kecuali itu, karena sesungguhnya ia akan selalu berada diantara dua ketakutan, antara dosa yang telah lalu, dia tidak tahu apakah yang akan diperbuat oleh Allah terhadapnya, dan masa yang tersisa, yang dia tidak tahu mushibah apa yang bakal menimpanya".
"Wahai anak manusia injakkan kakimu ke bumi, karena sebentar lagi engkau akan menginjak kuburmu, engkau akan menghancurkan umurmu begitu begitu engkau keluar dari rahim ibumu".
"Wahai anak manusia, sesungguhnya engkau adalah hari-hari, semakin hari itu pergi maka sebagian dirimu telah pergi".
Tidak hanya berhenti di sini, Al-hasan Al-Bashri dengan gigih memerangi penyelewengan, ketamakan, serta mengajak orang sekitarnya untuk meninggalkan ambisi untuk mendekati orang-orang kaya, selalu mendatangi para raja penguasa.
Al-Hasan Al-Bashri dan Permasalahan Umat
Kehidupan Al-Hasan Al-Bashri tidak hanya berkisar pada masjid dan mengajar. Beliau juga terlibat dalam berbagai permasalahan umat. Dia menjadi hakim di kota Bashrah. Ia bahkan salah seorang hakim yang populer yang menjadi kebanggaan sejarah kota ini. Al-Hasan Al-Bashri adalah seorang hakim yang langka yang memandang permasalahan denga kacamata fiqih seorang ulama uamng mumpuni, sehingga keputusan-keputusan hukumnya begitu tepat dan adil.
Al-Hasan Al-Bashri dan Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi
Ketika Al-Hajaj ats-Tsaqofi memegang kekuasan gubernur Iraq, ia terkenal akan kediktatorannya. Perlakuannya terhadap rakyat terkadang sangat melampaui batas. Nyaris tak ada seorang pun penduduk Basrah yang berani mengajukan kritik atasnya atau menentangnya. Al-Hasan Al-Bashri adalah salah satu di antara sedikit penduduk Basrah yang berani mengutarakan kritik pada Al-Hajjaj. Bahkan di depan Al-Hajaj sendiri, Al-Hasan Al-Bashri pernah mengutarakan kritiknya yang amat pedas, dan membeberkan buruknya perbuatan Al-Hajjaj dihadapan orang-orang dan berkata benar di depannya.
Diantara contohnya, Al-Hajjaj membangun suatu bangunan di daerah Wasith untuk kepentingan pribadinya. Ketika bangunan tersebut rampung, Al-Hajjaj mengajak orang-orang agar keluar untuk bersenang-senang bersamanya dan mendoakan keberkahan untuknya.
Rupanya, Al-Hasan Al-Bashri tidak ingin kalau kesempatan berkumpulnya orang-orang ini lewat begitu saja. Dia keluar menemui mereka untuk menasehati, mengingatkan, mengajak zuhud dari bergelimang harta dunia dan menganjurkan supaya mencari keridhaan Allah.
Ketika sampai di tempat, dan melihat orang-orang berkumpul mengelilingi istana yang megah, dia berdiri di depan mereka dan berceramah banyak. Diantara yang dia ucapakan adalah : "Kita telah melihat apa yang dibangun oleh manusia paling keji ini tidak ubahnya seperti apa yang kita temukan pada masa Fir'aun yang telah membangun bangunan yang besar dan tinggi, kemudian Allah membinasakan Fir'aun dan menghancurkan apa yang dia bangun dan di kokohkan itu. Mudah-mudahan Al-Hajjaj mengetahui bahwa penduduk langit telah mengutuknya dan bahwa penduduk buki telah menipunya".
Dia terus berbicara dengan gaya seperti ini, sehingga salah seorang yang hadir merasa khawatir kalau al-Hajjaj akan menyiksanya. Karena itu, orang tadi berkata kepadanya : "Cukup wahai Abu Sa'id! Cukup!".
Al-Hasan Al-Bashri berkata : "Allah telah mengambil perjanjian kepada Ahli ilmu, bahwa dia akan menjelaskannya kepada manusia dan tidak menyembunyikannya".
Keesokan harinya, Al-Hajjaj memasuki ruangannya dengan menahan amarah, lalu berkata kepada orang-orangnya : " Celakalah engkau! Seorang hamba sahaya milik penduduk Bashrah berdiri dan berkata tentang kita seenaknya, Lalu tak seorang pun membalasnya dan mengiungkarinya! Demi Allah, aku akan menyiramkan darahnya kepadamu wahai para pengecut!". lalu dia menyuruh supaya pedang dan kain alas untuk darah dihadirkan, selanjutnya dia memerintahkan orangnya untuk membawa Al-Hasan Al-Bashri untuk menghadapnya.
Tak lama kemudian datang lah Al-Hasan, seluruh pandangan orang tertuju padanya, hati-hati mereka bergetar.
Ketika melihat pedang dan alas darah, Al-Hasan menggerakan kedua bibirnya. kKemudian menghadap Al-Hajjaj dengan penug izzah seorang mu'min, kewibawaan Islam dan keteguhan seorang da'i yang menyeru kepada Allah.
Ketika Al-Hajjaj melihatnya dengan kondisi seperti itu, dia menjadi sangat gentar, lalu berkata padanya : "Kemari wahai Abu Sa'id! kemarilah!".
Orang-orang yang menyaksikan hal itu kaget dan heran. Al-Hajjaj lalu mempersilahkannya dudk di atas permadaninya.
Begitu hasan duduk, Al-Hajjaj menoleh ke arahnya dan mulai menanyakan berbagai permasalahan agama kepadanya. Sementara Al-Hasan menjawab setiap pertanyaan tersebut dengan mantap dan pasti. Penjelasan yang diberikannya demikian memikat, bersumber dari ilmu yang mumpuni.
Al-Hajjaj berkata kepadanya : "Engkau adalah tuan para ulama, wahai Abu Sa'id".
Kemudian dia meminta supaya dibawa kehadapannya beberapa macam minyak wangi, lalu meminyaki jengot Al-Hasan.
Ketika Al-Hasan Al-Bashri keluar, pengawal Al-Hajjaj mengikutinya dan berkata kepadanya : "Wahai Abu Sa'id! sungguh, Al-Hajjaj memanggil anda bukan untuk tujuan seperti yang baru saja ia lakukan. Aku melihatmu ketika menghadap dan memandangi pedang dan kain alas darah, seakan menggerakan kedua bibir, apa yang engkau baca?".
Al-Hasan menjawab : "Aku telah membaca :
"Wahai pembela nikmatku, dan Pelindungku pada saat aku dalam bahaya, jadikanlah siksanya dingin dan keselamatan padaku, sebagaimana Engkau telah menjadikan api menjadikan api menjadi dingin dan keselamtan kepada Ibrahim".
Sikap Al-Hasan Al-Bashri ini sering terjadi terhadap penguasa dan pejabat. Dia keluar dari setiap kejadian tersebut dalam kondisi agung di mata penguasa dan terjaga di bawah naungan perintah Allah.
Ali bin Yazid bin Jad'an berkata : "ketika kami berada di sisi Al-Hasan Al-Bashri, sedang dia sedang bersembunyi di rumah Abi Khalifah Al-Abdi, datang seorang laki-laki lalu berkata : "Wahai Abu Sa'id, Al-Hajjaj telah meninggal, maka dia pun langsung sujud".
Kembali keharibaan Allah subhanahu wata'ala
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah menapaki kehidupan dunia selama 88 ahun. Dia isi lembaran hidupnya dengan menaati Allah Ta'ala dan persiapan untuk berjumpa dengan-Nya sampai tiba detik-detik yang ditunggu-tunggu oleh para kekasih Allah dan yang tidak diharapkan kedatangannya oleh para musuh-Nya yang menentang agama-Nya. Al-Hasan Al-Bashri adalah orang yang selalu waspada terhadap detik-detik ini. Bekal dan kendaraan telah dipersiapkan untuknya.
Pada malam jum'at tanggal 1 Rajab 110 H, Al-Hasan Al-Bashri memenuhi panggilan Allah subhanahu wata'ala maka ketika pagi menyingsing, dan orang-orang mulai medengar berita kematian, kota bashrah berguncang dengan kematiannya.
Seorang laki-laki menemui Muhammad bin Sirin, dan berkata kepadanya : "Al-Hasan telah wafat". Maka secara sepontanitas Ibnu Sirin mendoakan untuknya agar mendapatkan rahmat dari Allah, wajahnaya berubah, serta diam seribu bahasa, tidak berbicara sampai tenggelamnya matahari, orang-orang pun mencoba untuk tidak berbicara dengannya karena kesedihan yang mereka lihat di wajahnya.
Al-Hasan Al-Bashri adalah rambu-rambu yang berwujud manusia di muka bumi. Dia adalah teladan yang amal dan perilakunya dilihat orang banyak. Dia juga tuan yang perintahnya ditunggu oleh banyak manusia.
DR. 'Aidh Al-Qarni dalam bukunya Hakadza Haddatsana Az-Zaman berkata : “Aku berpesan padamu untuk membaca kisah hidup orang-orang shalih, para Shahabat Nabi, Tabi'in, Ahli ibadah dan kezuhudan dari kalangan Ahlussannah”,
Berhentilah sejenak pada kabar-kabar mereka, dan bacalah perjalanan hidup mereka. Karena itu akan memompa kekuatan semangatmu, menorehkan kehausan untuk meneladani mereka. Atau setidaknya membuatmu malu terhadap dirimu sendiri, malu kepada Tuhanmu saat engkau membandingkan hidup mereka dengan hidupmu sendiri.
Maka taburilah kisah-kisah mereka. Hiduplah bersama mereka dalam kezuhudan, kewara'an, penghambaan, rasa khauf pada Allah, ketawadhuan, keindahan pekerti dan kesabaran mereka".
Kelahiran, Kehidupan keluarga, Pendidikan
Al-Hasan Al-Bashri lahir pada tahun 21 H di kota madinah, dipenghujung masa kekhalifahan Umar bin khattab radhiyallahu anhu ayahnya bernama yasar, seorang budaknya Zaid bin tsabit Al-Anshari radhiyallahu anhu, ibunya bernama khairah, seorang budaknya Ummu Salamah, isteri Rasulullah shallallahu aliahi wasallama.
Sejak kecil Al-Hasan Al-Bashri sudah terdidik di rumah Ummul Mukminin, Ummu Salamah yang sangat mencintai Al-Hasan kecil, di mana saat itu rumah-rumah para isteri Rasulullah shallallahu aliahi wasallama satu sama lain saling berdekatan. Si Al-Hasan kecil selalu berpindah-pindah dari satu rumah salah seorang isteri Rasulullah shallallahu aliahi wasallama ke rumah yang lainnya. Dan dia banyak mendapatkan pendidikan dari mereka, -sehingga dia memiliki akhlaq yang amat mulia- khususnya dari Ummu Salamah radhiyallahu anha, yang dikenal sebagai salah seorang yang banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah shallallahu aliahi wasallama.
Pada masa mudanya, sebelum umurnya menginjak 14 tahun, Al-Hasan Al-Bashri telah hafal Al-Qur'an. Dan dia juga mendapatkan kesempatan emas untuk menggali pengetahuan tentang Sunnah Nabawiyyah, serta meriwayatkan dari beberapa shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallama, antara lain Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy'ari, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Anas bin Malik, Jabir bin Abdillah dan lainnya.
Ketika Al-Hasan berumur 14 tahun dan memasuki usia remaja, ia pindah bersama ayahnya ke Bashrah dan menetap di sana bersama keluarganya. Dan dari sinilah kenapa di akhir namanya dicantumkan Al-Bashri, yaitu nisbat pada kota Bashrah sehingga dikenal banyak orang dengan sebutan Al-Hasan Al-Bashri.
Ketika pindah ke sana kota Bashrah merupakan benteng ilmu terbesar di negeri Islam. Masjidnya yang agung penuh dengan pembesar-pembesar shahabat dan tabi'in. Berbagai kajiam ilmu meramaikan ruagan masjid.
Al-Hasan menetap di masjid dan mengikuti secara khusus pengajian yang dipandu Abdullah bin Abbas, seorang ulama terkemuka umat Islam. Darinya dia belajar tafsir, hadits dan qira'at, fiqh, bahasa, sastra dan lainnya. Dan kemudian dia menjadi seorang alim dan ahli fiqih, karenanya banyak yang datang berguru padanya.
Sifat dan keutamaannya
Al-Hasan Al-Bashri terkenal sebagai ulama yang berpengetahuan sangat luas, baik baik dalam bidang tafsir maupun hadits. Ia bagaikan seorang dokter berpengalaman telah menjalankan praktek pengobatan dalam waktu yang cukup lama.
Selain itu ia juga sangat fasih, logikanya indah, memiliki daya gugah terhadap pendengarannya. Ia juga sangat jujur dalam kebenaran, pemberani, tidak takut terhadap resiko yang ditimbulkan oleh perkataan dan perbuatannya, dimana sifat inilah yang menjadi rahasia pengaruh dalam hati, ketersihiran dan ketundukan banyak manusia kepadanya. Ia memiliki perasaan yang kuat, semangat yang menyala-yala, sosok yang pada dirinya bertabur butir keikhlasan, mensinergikan antara kefasihan lisan dan kekuatan iman, benar-benar meyakini apa yang diucapkannya, serta berbuat sesuai dengan apa yang dia yakini, apa yang ia ucapkan benar-benar keluar dari dasar hati, maka tutur katanya pun menyentuh sampai ke dasar hati.
Kisah Seorang Pengemis
Suatu hari setelah shalat zhuhur, seorang pengemis mengetuk pintu Al-Hasan, mendengar ketukan itu pembantunya segera datang dan membuka pintu. Dari dalam, Al-Hasan berkata : "Siapa yang mengetuk pintu?", Seorang pengemis tuan", jawab pembantunya. "Berilah makanan yang kita punya", sahut Al-Hasan Al-Bashri. Sementara di rumah itu hanya ada sepuluh butir telur, pembantu itu segera memberikan sembilan butir saja, sementara satu butir lagi disimpan lagi ia simpan untuk jaga-jaga jika kelaparan.
Ketika sang pengemis telah pergi, terdengar ketukan kembali, Al-Hasan Al-Bashri bertanya : "Siapa yang mengetuk pintu?". "Tamu, wahai Imam", jawab pembantu. "Persilahkan masuk dan lihat apa yang sedang ia bawa". " Beliau membawa sembilan puluh butir telur tuan", jawab pembantunya. Sambil menggeleng-geleng kepala, Al-Hasan Al-Bashri berkata : "Kamu telah menahan sepuluh butir telur untuk kita, apa kamu tidak tahu bahwa Allah telah berfirman :
" Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya…"
Mulai Dari Dirimu
Pada hari jum'at, sebelum Al-Hasan naik mimbar, ia didatangi seorang laki-laki, membisikan sesuatu ketelinganya: "Wahai Imam, berbicaralah tentang keutamaan membebaskan hamba sahaya, dan anjurkanlah mereka untuk melakukannya".
Lalu orang itu berlalu di antara para jama'ah, mendengarkan khuthbah Al-Imam, anehnya dia tidak berbicara sama sekali tentang masalah pembebasan budak. Jum'at demi jum'at berlalu,….pada jum'at keempat barulah Al-Hasan menganjurkan jama'ah untuk melakukan hal itu, laki-laki itu dangan heran dengan tindakan Al-Hasan.
Al-Hasan menjawab : "Saudaraku, tidak layak bagi saya untuk berbicara di hadapan jama'ah, hingga saya berusaha mencari uang, dan pergi ke pasar untuk membeli budak untuk dibebaskan, apa anda ingin saya termasuk dalam daftar yang diperingatkan oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya :
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka apakah kamu tidak berpikir?".
Komentar Ulama Tentang Al-Hasan Al-Bashri
Tidak sedikit para ulama salaf, baik yang semasa dengan Al-Hasan Al-Bashri maupun mereka yang hidup setelahnya, memberikan komentar yang indah terhapap sepak terjang yang pernah dilakukan semasa hidup sang pencetus dan peletak prinsip-prisip kezuhudan, berikut komentar mereka :
Al-A'masy berkata : "Al-Hasan Al-Bashri selalu menyimpan hikmah di dalam dirinya sehingga ia ungkapkan".
Ayyub As-Sakhtiyani berkata kepada Sufyan bin Uyainah : "Jika Anda melihat Al-Hasan, pasti anda akan berkata bahwa anda belum pernah bertemu dengan seorang faqih sama sekali".
Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali berkata : "Perkataan Al-Hasan Al-Bashri - semoga Allah merahmatinya – paling mirip dengan perkataan kenabian, dan paling dekat dengan petunjuk para shahabat radhiyallahu anhum, semua pendapat menyepakati kebenaran hal ini".
Rabi' bin Anas berkata : "Aku berguru kepada Al-Hasan Al-Bashri hampir sepuluh tahun, tiada hari kecuali aku mendengar hal yang hal yang belum pernah aku dengar sebelumnya.
Muhammad bin Sa'ad berkata : "Al-Hasan merupakan ulama yang menguasai ilmu secara integral, alim, tinggi, faqih, dipercaya, kata-katanya menjadi referensi, jujur, ahli ibadah, fasih, baik dan tampan".
Peletak Prinsip-Prinsip Zuhud
Al-Hasan Al-Bashri terus bergerak mengajak orang kepada zuhud dan ketaqwaan, bisa disebut bahwa ia merupakan orang yang pertama yang meletakan prinsip-prinsip zuhud, metode muhasabah diri, serta mengangkat posisi khauf dan raja' ( harap dan camas ).
Pernah suatu hari ada seseorang yang ingin memilki sifat zuhud seperti Al-Hasan, kewara'an Ibnu Sirin, ibadahnya Amir bin Abdul Qais, dan kefaqihan sa'id ibnul Musayyib. Ternyata dia mendapati semua sifat ini berkumpul pada diri Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah.
Belia sering berkata : "Sesungguhnya harap dan cemas merupakan tiang pokok penyanggah bagi seorang mu'min, dengan catatan bahwa cemas baginya lebih kuat dari harap, karena jika harap lebih dominan dari cemas. Akan mengakibatkan rusaknya hati.
Ia juga berkata : "Sesungguhnya seorang mu'min akan merasa sedih di pagi dan sore hari, dan tidak ada jalan lain kecuali itu, karena sesungguhnya ia akan selalu berada diantara dua ketakutan, antara dosa yang telah lalu, dia tidak tahu apakah yang akan diperbuat oleh Allah terhadapnya, dan masa yang tersisa, yang dia tidak tahu mushibah apa yang bakal menimpanya".
"Wahai anak manusia injakkan kakimu ke bumi, karena sebentar lagi engkau akan menginjak kuburmu, engkau akan menghancurkan umurmu begitu begitu engkau keluar dari rahim ibumu".
"Wahai anak manusia, sesungguhnya engkau adalah hari-hari, semakin hari itu pergi maka sebagian dirimu telah pergi".
Tidak hanya berhenti di sini, Al-hasan Al-Bashri dengan gigih memerangi penyelewengan, ketamakan, serta mengajak orang sekitarnya untuk meninggalkan ambisi untuk mendekati orang-orang kaya, selalu mendatangi para raja penguasa.
Al-Hasan Al-Bashri dan Permasalahan Umat
Kehidupan Al-Hasan Al-Bashri tidak hanya berkisar pada masjid dan mengajar. Beliau juga terlibat dalam berbagai permasalahan umat. Dia menjadi hakim di kota Bashrah. Ia bahkan salah seorang hakim yang populer yang menjadi kebanggaan sejarah kota ini. Al-Hasan Al-Bashri adalah seorang hakim yang langka yang memandang permasalahan denga kacamata fiqih seorang ulama uamng mumpuni, sehingga keputusan-keputusan hukumnya begitu tepat dan adil.
Al-Hasan Al-Bashri dan Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi
Ketika Al-Hajaj ats-Tsaqofi memegang kekuasan gubernur Iraq, ia terkenal akan kediktatorannya. Perlakuannya terhadap rakyat terkadang sangat melampaui batas. Nyaris tak ada seorang pun penduduk Basrah yang berani mengajukan kritik atasnya atau menentangnya. Al-Hasan Al-Bashri adalah salah satu di antara sedikit penduduk Basrah yang berani mengutarakan kritik pada Al-Hajjaj. Bahkan di depan Al-Hajaj sendiri, Al-Hasan Al-Bashri pernah mengutarakan kritiknya yang amat pedas, dan membeberkan buruknya perbuatan Al-Hajjaj dihadapan orang-orang dan berkata benar di depannya.
Diantara contohnya, Al-Hajjaj membangun suatu bangunan di daerah Wasith untuk kepentingan pribadinya. Ketika bangunan tersebut rampung, Al-Hajjaj mengajak orang-orang agar keluar untuk bersenang-senang bersamanya dan mendoakan keberkahan untuknya.
Rupanya, Al-Hasan Al-Bashri tidak ingin kalau kesempatan berkumpulnya orang-orang ini lewat begitu saja. Dia keluar menemui mereka untuk menasehati, mengingatkan, mengajak zuhud dari bergelimang harta dunia dan menganjurkan supaya mencari keridhaan Allah.
Ketika sampai di tempat, dan melihat orang-orang berkumpul mengelilingi istana yang megah, dia berdiri di depan mereka dan berceramah banyak. Diantara yang dia ucapakan adalah : "Kita telah melihat apa yang dibangun oleh manusia paling keji ini tidak ubahnya seperti apa yang kita temukan pada masa Fir'aun yang telah membangun bangunan yang besar dan tinggi, kemudian Allah membinasakan Fir'aun dan menghancurkan apa yang dia bangun dan di kokohkan itu. Mudah-mudahan Al-Hajjaj mengetahui bahwa penduduk langit telah mengutuknya dan bahwa penduduk buki telah menipunya".
Dia terus berbicara dengan gaya seperti ini, sehingga salah seorang yang hadir merasa khawatir kalau al-Hajjaj akan menyiksanya. Karena itu, orang tadi berkata kepadanya : "Cukup wahai Abu Sa'id! Cukup!".
Al-Hasan Al-Bashri berkata : "Allah telah mengambil perjanjian kepada Ahli ilmu, bahwa dia akan menjelaskannya kepada manusia dan tidak menyembunyikannya".
Keesokan harinya, Al-Hajjaj memasuki ruangannya dengan menahan amarah, lalu berkata kepada orang-orangnya : " Celakalah engkau! Seorang hamba sahaya milik penduduk Bashrah berdiri dan berkata tentang kita seenaknya, Lalu tak seorang pun membalasnya dan mengiungkarinya! Demi Allah, aku akan menyiramkan darahnya kepadamu wahai para pengecut!". lalu dia menyuruh supaya pedang dan kain alas untuk darah dihadirkan, selanjutnya dia memerintahkan orangnya untuk membawa Al-Hasan Al-Bashri untuk menghadapnya.
Tak lama kemudian datang lah Al-Hasan, seluruh pandangan orang tertuju padanya, hati-hati mereka bergetar.
Ketika melihat pedang dan alas darah, Al-Hasan menggerakan kedua bibirnya. kKemudian menghadap Al-Hajjaj dengan penug izzah seorang mu'min, kewibawaan Islam dan keteguhan seorang da'i yang menyeru kepada Allah.
Ketika Al-Hajjaj melihatnya dengan kondisi seperti itu, dia menjadi sangat gentar, lalu berkata padanya : "Kemari wahai Abu Sa'id! kemarilah!".
Orang-orang yang menyaksikan hal itu kaget dan heran. Al-Hajjaj lalu mempersilahkannya dudk di atas permadaninya.
Begitu hasan duduk, Al-Hajjaj menoleh ke arahnya dan mulai menanyakan berbagai permasalahan agama kepadanya. Sementara Al-Hasan menjawab setiap pertanyaan tersebut dengan mantap dan pasti. Penjelasan yang diberikannya demikian memikat, bersumber dari ilmu yang mumpuni.
Al-Hajjaj berkata kepadanya : "Engkau adalah tuan para ulama, wahai Abu Sa'id".
Kemudian dia meminta supaya dibawa kehadapannya beberapa macam minyak wangi, lalu meminyaki jengot Al-Hasan.
Ketika Al-Hasan Al-Bashri keluar, pengawal Al-Hajjaj mengikutinya dan berkata kepadanya : "Wahai Abu Sa'id! sungguh, Al-Hajjaj memanggil anda bukan untuk tujuan seperti yang baru saja ia lakukan. Aku melihatmu ketika menghadap dan memandangi pedang dan kain alas darah, seakan menggerakan kedua bibir, apa yang engkau baca?".
Al-Hasan menjawab : "Aku telah membaca :
"Wahai pembela nikmatku, dan Pelindungku pada saat aku dalam bahaya, jadikanlah siksanya dingin dan keselamatan padaku, sebagaimana Engkau telah menjadikan api menjadikan api menjadi dingin dan keselamtan kepada Ibrahim".
Sikap Al-Hasan Al-Bashri ini sering terjadi terhadap penguasa dan pejabat. Dia keluar dari setiap kejadian tersebut dalam kondisi agung di mata penguasa dan terjaga di bawah naungan perintah Allah.
Ali bin Yazid bin Jad'an berkata : "ketika kami berada di sisi Al-Hasan Al-Bashri, sedang dia sedang bersembunyi di rumah Abi Khalifah Al-Abdi, datang seorang laki-laki lalu berkata : "Wahai Abu Sa'id, Al-Hajjaj telah meninggal, maka dia pun langsung sujud".
Kembali keharibaan Allah subhanahu wata'ala
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah menapaki kehidupan dunia selama 88 ahun. Dia isi lembaran hidupnya dengan menaati Allah Ta'ala dan persiapan untuk berjumpa dengan-Nya sampai tiba detik-detik yang ditunggu-tunggu oleh para kekasih Allah dan yang tidak diharapkan kedatangannya oleh para musuh-Nya yang menentang agama-Nya. Al-Hasan Al-Bashri adalah orang yang selalu waspada terhadap detik-detik ini. Bekal dan kendaraan telah dipersiapkan untuknya.
Pada malam jum'at tanggal 1 Rajab 110 H, Al-Hasan Al-Bashri memenuhi panggilan Allah subhanahu wata'ala maka ketika pagi menyingsing, dan orang-orang mulai medengar berita kematian, kota bashrah berguncang dengan kematiannya.
Seorang laki-laki menemui Muhammad bin Sirin, dan berkata kepadanya : "Al-Hasan telah wafat". Maka secara sepontanitas Ibnu Sirin mendoakan untuknya agar mendapatkan rahmat dari Allah, wajahnaya berubah, serta diam seribu bahasa, tidak berbicara sampai tenggelamnya matahari, orang-orang pun mencoba untuk tidak berbicara dengannya karena kesedihan yang mereka lihat di wajahnya.
”SYAIR-SYAIR RABI’AH AL-ADAWIYAH.
Rabi’ah Al adawiyah
Posted under Tokoh tasawuf islam by on Thursday 27 January 2011 at 3:50 pm
Rabi’ah Al adawiyah
Posted under Tokoh tasawuf islam by on Thursday 27 January 2011 at 3:50 pm
SYAIR-SYAIR RABI’AH AL-ADAWIYAH.
“Tuhanku,tenggelamkan aku dalam cinta-Mu hingga tak ada sesuatu pun menggangguku dalam jumpa-Mu. Tuhanku, bintang-gemintang, berkelip-kelip Manusia terlena dalam buai tidur lelap Pintu-pintu istana pun telah tertutup rapat. Tuhanku, demikian malam pun berlalu Dan inilah siang dating menjelang, aku menjadi gelisah, Apakah persembahan malamku kau terima, hingga aku mereguk bahagia Ataukah itu kautolak, hingga aku di himpit duka. Demi kemahakuasan_Mu. Inilah yang akan ku lakukan Selama kau beri aku kehidupan Demi kemanusiaan –Mu, Andai kau usir aku dari pintu-Mu aku tak aian pergi berlalu karena cintaku pada-Mu sepenuh kalbu”.
“Aku mencintai-Mu dengan dua cinta, cinta karena diriku dan cinta karenadiri-Mu. Cinta kerena diriku adalah keadaan senantiasa mengingat –Mu. Cinta karena diri-Mu adalah keadaaan –Mu mengungkap tabir hingga Engkau kulihat Baik untuk ini maupun untuk itu. Pujian bukanlah bagiku, Bagimu pujian untuk semua itu”.
“Salatmu
Adalah cahaya
Ketka manusia tidur terlena.
Tidurmu
Sebagai penghalang
Bagi shalat malammu.
Umurmu
Adalah keuntungan besar
Bila engkau memanfaatkannya.
Membiarkan waktu berlalu
Yang tiada makna dan arti
Adalah kerugian besar
Yang tak mungkin dapat ditebus”.
”Ya, Allah apa pun yang akan Engkau karuniakan padaku di dunia ini, berikanlah kepada musuh- musuh-Mu. Dan apa pun yang akan Engkau karuniakan ke padaku di akhirat nanti, berikanlah kepada sahabat-sahabat-Mu,karena engkau sendiri, cukuplah bagiku.”
“Buah hatiku, hanya Engkau yang kukasihi beri ampunlah pembuat dosa yang akan datang kehadirat-Mu. Engkau harapanku, kebahagian dan kesenanganku, Hatiku telah enggan mencintai selain dari Engkau”.
“Orang – orang telah nyenyak dalam tidurnya Namun, Rabi’ah yang dalam keadaan bersalah tetap berdiri di hadapan-Mu, tertuju ke hadapan-Mu,agar membuatnya selalu dalam keadaan bangun. Demi mengabdi kepada-Mu Demi keagungan dan kebesaran-Mu aku tetap dalam keadaan bangun baik siang maupun malam, demi mengabdi kepada-Mu, sampai aku berhasil menemui-Mu”.
“Ketika kudengar suara azan yang kudengar hanyalah panggilan kiamat, ketika kulihat salju yang kuingat hanyalahbulu beterbangan, ketika kulihat belalang yang teringat hanyalah hari perhitungan.”
“Suatu hari Rabi’ah membawa air di tangankiri dan obor di tangan kanan;
Kemana engkau hendak pergi Rabi’ah, Tanya seseorang kepadanya,
Saya mau ke langit untuk membakar surga dan memadamkan api neraka, agar keduanya tak menjadi sebab manusia Menyembah-Nya.
Sekiranya ALLAH tak menjadikan pahala dan siksa, masih adakah di antara mereka yang menyembah-Nya??”
“Tuhanku,tenggelamkan aku dalam cinta-Mu hingga tak ada sesuatu pun menggangguku dalam jumpa-Mu. Tuhanku, bintang-gemintang, berkelip-kelip Manusia terlena dalam buai tidur lelap Pintu-pintu istana pun telah tertutup rapat. Tuhanku, demikian malam pun berlalu Dan inilah siang dating menjelang, aku menjadi gelisah, Apakah persembahan malamku kau terima, hingga aku mereguk bahagia Ataukah itu kautolak, hingga aku di himpit duka. Demi kemahakuasan_Mu. Inilah yang akan ku lakukan Selama kau beri aku kehidupan Demi kemanusiaan –Mu, Andai kau usir aku dari pintu-Mu aku tak aian pergi berlalu karena cintaku pada-Mu sepenuh kalbu”.
“Aku mencintai-Mu dengan dua cinta, cinta karena diriku dan cinta karenadiri-Mu. Cinta kerena diriku adalah keadaan senantiasa mengingat –Mu. Cinta karena diri-Mu adalah keadaaan –Mu mengungkap tabir hingga Engkau kulihat Baik untuk ini maupun untuk itu. Pujian bukanlah bagiku, Bagimu pujian untuk semua itu”.
“Salatmu
Adalah cahaya
Ketka manusia tidur terlena.
Tidurmu
Sebagai penghalang
Bagi shalat malammu.
Umurmu
Adalah keuntungan besar
Bila engkau memanfaatkannya.
Membiarkan waktu berlalu
Yang tiada makna dan arti
Adalah kerugian besar
Yang tak mungkin dapat ditebus”.
”Ya, Allah apa pun yang akan Engkau karuniakan padaku di dunia ini, berikanlah kepada musuh- musuh-Mu. Dan apa pun yang akan Engkau karuniakan ke padaku di akhirat nanti, berikanlah kepada sahabat-sahabat-Mu,karena engkau sendiri, cukuplah bagiku.”
“Buah hatiku, hanya Engkau yang kukasihi beri ampunlah pembuat dosa yang akan datang kehadirat-Mu. Engkau harapanku, kebahagian dan kesenanganku, Hatiku telah enggan mencintai selain dari Engkau”.
“Orang – orang telah nyenyak dalam tidurnya Namun, Rabi’ah yang dalam keadaan bersalah tetap berdiri di hadapan-Mu, tertuju ke hadapan-Mu,agar membuatnya selalu dalam keadaan bangun. Demi mengabdi kepada-Mu Demi keagungan dan kebesaran-Mu aku tetap dalam keadaan bangun baik siang maupun malam, demi mengabdi kepada-Mu, sampai aku berhasil menemui-Mu”.
“Ketika kudengar suara azan yang kudengar hanyalah panggilan kiamat, ketika kulihat salju yang kuingat hanyalahbulu beterbangan, ketika kulihat belalang yang teringat hanyalah hari perhitungan.”
“Suatu hari Rabi’ah membawa air di tangankiri dan obor di tangan kanan;
Kemana engkau hendak pergi Rabi’ah, Tanya seseorang kepadanya,
Saya mau ke langit untuk membakar surga dan memadamkan api neraka, agar keduanya tak menjadi sebab manusia Menyembah-Nya.
Sekiranya ALLAH tak menjadikan pahala dan siksa, masih adakah di antara mereka yang menyembah-Nya??”
Posted under Tokoh tasawuf islam by on Thursday 27 January 2011 at 3:50 pm
Rabi’ah Al adawiyah
Posted under Tokoh tasawuf islam by on Thursday 27 January 2011 at 3:50 pm
SYAIR-SYAIR RABI’AH AL-ADAWIYAH.
“Tuhanku,tenggelamkan aku dalam cinta-Mu hingga tak ada sesuatu pun menggangguku dalam jumpa-Mu. Tuhanku, bintang-gemintang, berkelip-kelip Manusia terlena dalam buai tidur lelap Pintu-pintu istana pun telah tertutup rapat. Tuhanku, demikian malam pun berlalu Dan inilah siang dating menjelang, aku menjadi gelisah, Apakah persembahan malamku kau terima, hingga aku mereguk bahagia Ataukah itu kautolak, hingga aku di himpit duka. Demi kemahakuasan_Mu. Inilah yang akan ku lakukan Selama kau beri aku kehidupan Demi kemanusiaan –Mu, Andai kau usir aku dari pintu-Mu aku tak aian pergi berlalu karena cintaku pada-Mu sepenuh kalbu”.
“Aku mencintai-Mu dengan dua cinta, cinta karena diriku dan cinta karenadiri-Mu. Cinta kerena diriku adalah keadaan senantiasa mengingat –Mu. Cinta karena diri-Mu adalah keadaaan –Mu mengungkap tabir hingga Engkau kulihat Baik untuk ini maupun untuk itu. Pujian bukanlah bagiku, Bagimu pujian untuk semua itu”.
“Salatmu
Adalah cahaya
Ketka manusia tidur terlena.
Tidurmu
Sebagai penghalang
Bagi shalat malammu.
Umurmu
Adalah keuntungan besar
Bila engkau memanfaatkannya.
Membiarkan waktu berlalu
Yang tiada makna dan arti
Adalah kerugian besar
Yang tak mungkin dapat ditebus”.
”Ya, Allah apa pun yang akan Engkau karuniakan padaku di dunia ini, berikanlah kepada musuh- musuh-Mu. Dan apa pun yang akan Engkau karuniakan ke padaku di akhirat nanti, berikanlah kepada sahabat-sahabat-Mu,karena engkau sendiri, cukuplah bagiku.”
“Buah hatiku, hanya Engkau yang kukasihi beri ampunlah pembuat dosa yang akan datang kehadirat-Mu. Engkau harapanku, kebahagian dan kesenanganku, Hatiku telah enggan mencintai selain dari Engkau”.
“Orang – orang telah nyenyak dalam tidurnya Namun, Rabi’ah yang dalam keadaan bersalah tetap berdiri di hadapan-Mu, tertuju ke hadapan-Mu,agar membuatnya selalu dalam keadaan bangun. Demi mengabdi kepada-Mu Demi keagungan dan kebesaran-Mu aku tetap dalam keadaan bangun baik siang maupun malam, demi mengabdi kepada-Mu, sampai aku berhasil menemui-Mu”.
“Ketika kudengar suara azan yang kudengar hanyalah panggilan kiamat, ketika kulihat salju yang kuingat hanyalahbulu beterbangan, ketika kulihat belalang yang teringat hanyalah hari perhitungan.”
“Suatu hari Rabi’ah membawa air di tangankiri dan obor di tangan kanan;
Kemana engkau hendak pergi Rabi’ah, Tanya seseorang kepadanya,
Saya mau ke langit untuk membakar surga dan memadamkan api neraka, agar keduanya tak menjadi sebab manusia Menyembah-Nya.
Sekiranya ALLAH tak menjadikan pahala dan siksa, masih adakah di antara mereka yang menyembah-Nya??”
“Tuhanku,tenggelamkan aku dalam cinta-Mu hingga tak ada sesuatu pun menggangguku dalam jumpa-Mu. Tuhanku, bintang-gemintang, berkelip-kelip Manusia terlena dalam buai tidur lelap Pintu-pintu istana pun telah tertutup rapat. Tuhanku, demikian malam pun berlalu Dan inilah siang dating menjelang, aku menjadi gelisah, Apakah persembahan malamku kau terima, hingga aku mereguk bahagia Ataukah itu kautolak, hingga aku di himpit duka. Demi kemahakuasan_Mu. Inilah yang akan ku lakukan Selama kau beri aku kehidupan Demi kemanusiaan –Mu, Andai kau usir aku dari pintu-Mu aku tak aian pergi berlalu karena cintaku pada-Mu sepenuh kalbu”.
“Aku mencintai-Mu dengan dua cinta, cinta karena diriku dan cinta karenadiri-Mu. Cinta kerena diriku adalah keadaan senantiasa mengingat –Mu. Cinta karena diri-Mu adalah keadaaan –Mu mengungkap tabir hingga Engkau kulihat Baik untuk ini maupun untuk itu. Pujian bukanlah bagiku, Bagimu pujian untuk semua itu”.
“Salatmu
Adalah cahaya
Ketka manusia tidur terlena.
Tidurmu
Sebagai penghalang
Bagi shalat malammu.
Umurmu
Adalah keuntungan besar
Bila engkau memanfaatkannya.
Membiarkan waktu berlalu
Yang tiada makna dan arti
Adalah kerugian besar
Yang tak mungkin dapat ditebus”.
”Ya, Allah apa pun yang akan Engkau karuniakan padaku di dunia ini, berikanlah kepada musuh- musuh-Mu. Dan apa pun yang akan Engkau karuniakan ke padaku di akhirat nanti, berikanlah kepada sahabat-sahabat-Mu,karena engkau sendiri, cukuplah bagiku.”
“Buah hatiku, hanya Engkau yang kukasihi beri ampunlah pembuat dosa yang akan datang kehadirat-Mu. Engkau harapanku, kebahagian dan kesenanganku, Hatiku telah enggan mencintai selain dari Engkau”.
“Orang – orang telah nyenyak dalam tidurnya Namun, Rabi’ah yang dalam keadaan bersalah tetap berdiri di hadapan-Mu, tertuju ke hadapan-Mu,agar membuatnya selalu dalam keadaan bangun. Demi mengabdi kepada-Mu Demi keagungan dan kebesaran-Mu aku tetap dalam keadaan bangun baik siang maupun malam, demi mengabdi kepada-Mu, sampai aku berhasil menemui-Mu”.
“Ketika kudengar suara azan yang kudengar hanyalah panggilan kiamat, ketika kulihat salju yang kuingat hanyalahbulu beterbangan, ketika kulihat belalang yang teringat hanyalah hari perhitungan.”
“Suatu hari Rabi’ah membawa air di tangankiri dan obor di tangan kanan;
Kemana engkau hendak pergi Rabi’ah, Tanya seseorang kepadanya,
Saya mau ke langit untuk membakar surga dan memadamkan api neraka, agar keduanya tak menjadi sebab manusia Menyembah-Nya.
Sekiranya ALLAH tak menjadikan pahala dan siksa, masih adakah di antara mereka yang menyembah-Nya??”
Hasan al-Bashri
Adalah Abu Said al-Hasan bin Yasar al-Bashri nama lengkap seorang tokoh sufi ini yang terkenal dengan sebutan Hasan al-Bashri. Beliau dilahirkan pada tahun 21 H. Ibunya bernama Khairah. Hasan al-Bashri adalah termasuk Ulama besar dan termasuk Imam besar serta orang yang terkemuka dari kalangan Tabi’in.[1] Seorang ahli tafsir, ulama fikih, ahli ibadah dan ulama ahli sunnah. Ilmu beliau sangat luas dan dalam, menjadi ikutan umat di masanya dan juga seorang wali (kekasih Allah) yang terkenal.
Hujjatul Islam al-Ghazali pernah berkata mengenai beliau: “ perkataan al-Hasan al-Bashri mendekati perkataan Nabi. Petunjuk yang diperolehnya hamper sama dengan petunjuk para sahabat.
Beliau juga seorang Imam besar di Bashrah. Beliau wafat pada tahun 110 H. di Bashrah. Jenasah beliau diantar dan dilepas oleh hamper seluruh penduduk bashrah.
Termasuk kata-kata hikmah beliau antara lain:
“ carilah menisnya amal dalam tiga perkara. Kalau kamu mendapatkannya maka bergembiralah dan teruslah mencapai tujuan dan jika kamu belum mendapatkannya maka ketahuilah pintu masih tertutup rapat. Tiga perkara tersebut ialah :
a. Ketika kamu membaca al-Qur’an.
b. Ketika kamu berdzikir, dan
c. Ketika kamu bersujud.”
“ Tuntutlah ilmu, tapi tidak melupakan ibadah. Dan kerjakanlah ibadah , tapi tidak boleh lupa pada ilmu.”
Berapa banyak orang yang tidak dilahirkan oleh ibunya sendiri. Dan karena itulah, ada orang mengatakan : “ kekerabatan itu memerlukan kesayangan, sedangkan kesayangan itu tidak membutuhkan kekerabatan.”
by Adieb
Hujjatul Islam al-Ghazali pernah berkata mengenai beliau: “ perkataan al-Hasan al-Bashri mendekati perkataan Nabi. Petunjuk yang diperolehnya hamper sama dengan petunjuk para sahabat.
Beliau juga seorang Imam besar di Bashrah. Beliau wafat pada tahun 110 H. di Bashrah. Jenasah beliau diantar dan dilepas oleh hamper seluruh penduduk bashrah.
Termasuk kata-kata hikmah beliau antara lain:
“ carilah menisnya amal dalam tiga perkara. Kalau kamu mendapatkannya maka bergembiralah dan teruslah mencapai tujuan dan jika kamu belum mendapatkannya maka ketahuilah pintu masih tertutup rapat. Tiga perkara tersebut ialah :
a. Ketika kamu membaca al-Qur’an.
b. Ketika kamu berdzikir, dan
c. Ketika kamu bersujud.”
“ Tuntutlah ilmu, tapi tidak melupakan ibadah. Dan kerjakanlah ibadah , tapi tidak boleh lupa pada ilmu.”
Berapa banyak orang yang tidak dilahirkan oleh ibunya sendiri. Dan karena itulah, ada orang mengatakan : “ kekerabatan itu memerlukan kesayangan, sedangkan kesayangan itu tidak membutuhkan kekerabatan.”
by Adieb
kisah tulus hasan al basri
Inilah kisahnya untukmu secara rinci.
‘Adalah Al-Hasan Al-Basri duduk dalam majelisnya dimana setiap hari ia mengadakan majelis ditempat itu. Adapun Habib Al-Ajami duduk dalam majelisnya dimana ahli dunia dan perdagangan mendatanginya. Dan ia lalai dengan menjelis Al-Hasan Al-Basri, dan tidak menoleh sedikitpun dengan apa yang disampaikan oleh Al-Hasan Al-Basri. Hingga suatu hari ia ingin mengetahui apa yang disampaikan Al-Hasan Al-Basri, maka dikatakan kepadanya : “Dalam majelis Al-Hasan Al-Basri diceritakan tentang surga, neraka dan manusia diberi semangat untuk mendapatkan akhirat, dan ditanamkan sikap zuhud terhadap dunia (memfokuskan segala karunia Allah untuk akhirat). Maka perkataan ini menancap dalah hatinya, lalu ia pun berkata : “Mari kita mendatangi majelis Al-Hasan Al-Basri!”, maka berkatalah orang-orang yang duduk dalam majelis kepada Al-Hasan Al-Basri : “Wahai Abu Said ini adalah Habih Al-Ajami menghadap kepadamu nasehatilah ia. Lalu Habib Al-Ajami menghadap Hasan Al-Basri dan Hasan Al-Basri menghadap kepadanya, lalu ia nasehati Habib Al-Ajami, ia ingatkan dengan syurga, ia takut-takuti dengan neraka, ia hasung untuk melakukan kebaikan, ia ingatkan untuk berlaku zuhud di dunia. Maka Habib Al-Ajami pun terpengaruh dengan nasehat itu, lalu bersedekah 40 ribu dinar. Dan iapun berlaku qona’ah (menerima) dengan hal sedikit, dan ia terus beribadah kepada Allah hingga meninggal dunia” [Hilyatul Aulia 6/149 dengan sedikit perubahan, dan lihat Siyar ‘Alamun Nubala 6/144]
Barangkali engkau melihat kejujuran Al-Hasan Al-Basri (semoga Allah merahmati beliau) dalam dakwahnya, selamatnya tujuan dakwahnya, hingga nasehatnya membekas dalam hati Habib Al-Ajami, nasehat yang jujur itu telah memindahkan dari riuhnya suara di pasar dan perdagangan hingga menjadi sorang ahli ibadah dan ahli zuhud yang mempunyai do’a yang mustajab (doa yang dikabulkan) dan karamah yang mulia, sebagaimana ia seorang ahli bersedekah dan berinfak di jalan Allah Ta’ala.
Alangkah indahnya perkataan Malik bin Dinar dalam permasalahan ini : “Kejujuran itu nampak dalam hati dalam keadaan lemah, lalu pemilik hati itupun mencarinya, dan Allah menambahnya hingga menjadikannya berbarakah pada dirinya, dan menjadilah perkataannya obat bagi orang-orang bersalah”.
Lalu Malik berkata : “Apakah kalian tidak melihat mereka ? kemudian ia kembali kepada dirinya : “Ya, benar demi Allah kami telah melihat mereka itu : Al-Hasan Al-Basri, Said bin Jubair dan semisal mereka itu, seorang lelaki diantara mereka yang Allah hidupkan perkataannya kepada sekelompok manusia” [Hilyatul Aulia 2/359]
Dan tatkala Zainal Abidin Ali bin Al-Husain mendengar nasehat Al-Hasan Al-Basri, ia berkata : “Maha suci Allah ini adalah perkataan orang yang jujur” [Akhbarul Hasan Al-Basri Li Ibnul Jauzi hal. 2]
Salah seorang ulama ditanya : “Mengapa perkataan Salafus Shalih lebih bermanfaat dari perkataan kita?” maka iapun menjawab : “Karena mereka berbicara untuk kemulian Islam, untuk keselamatan jiwa, untuk mencari ridho Allah Yang Maha Pemurah, sedangkan kita berbicara untuk kemuliaan diri, mencari dunia dan mencari keridhaan mahluk” [Sifatu Sofwah karya Ibnul Jauzi 4/122]
Dan sebab-sebab seseorang mendapatkan manfaat dari nasehat-nasehat Al-Hasan Al-Basri dan dari majelis-majelisnya, bahwasanya Al-Hasan Al-Basri (semoga Allah merahmati beliau) adalah panutan yang baik, dan tidaklah termasuk orang-orang yang mengatakan apa yang tidak ia kerjakan.
Dikatakan kepada salah seorang dari teman Al-Hasan Al-Basri : “Apakah sesuatu yang menyebabkan Al-Hasan Al-Basri mencapai kedudukannya seperti ini ? Padahal diantara kalian terdapat para ulama dan ahli-ahli fikih ? Teman Al-Hasan Al-Basri itupun berkata : “Adalah Al-Hasan Al-Basri jika memerintahkan suatu perkara maka ia adalah seorang manusia yang paling mengamalkan terhadap apa yang ia perintahkan, dan jika ia melarang dengan suatu kemungkaran maka ia adalah seorang manusia yang paling jauh meninggalkan larangan itu” [Tablis Iblis karya Ibnul Jauzi hal. 68]
Dan perkara lain yang wajib kita perhatikan terhadap kejadian diatas, yaitu perhatian Al-Hasan Al-Basri terhadap masalah-masalah yang halus, masalah zuhud, dan akhlak, sampai-sampai Al-Hasan Al-Basri mempunyai majelis khusus dalam majelisnya, yang mana ia tidak berbicara padanya melainkan makna-makna zuhud dan ibadah. Maka jika seseorang meminta untuk berbicara masalah lainnya karena merasa jemu, iapun berkata : “Sesungguhnya kita berkhalwat bersama-sama teman kami adalah untuk berdzikir” [Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi hal 68]
Sesungguhnya sebagian besar dari nasehat dan wasiat Al-Hasan Al-Basri adalah tentang mencela dunia, dan larangan dari memanjangkan harapan, dan perintah untuk mensucikan jiwa, serta membetulkan tujuan-tujuan dan niat-niat.
Alangkah butuhnya kita kepada semisal nasehat-nasehat itu dan larangan-larangan dari para ulama, demikianlah para ulama terdahulu, para pemberi nasehat sebagaimana yang dikatakan Ibnul Jauzi. [Akhbar Al-Hasan Al-Basri, karya Ibnul Jauzi hal. 68]
Berkata Al-Imam Ahmad bin Hambal : “Alangkah butuhnya kita terhadap penasehat yang jujur” [Akhbar Al-Hasan Al-Basri]
Dan sungguh Al-Hasan Al-Bashri pada sebagian besar keadaannya bersikap zuhud terhadap dunia, memperingatkan dari dunia, menghasung untuk akhirat, dan inilah jalan kenabian yang berpengaruh, sungguh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Sesungguhnya sesuatu yang terbesar yang aku khawatirkan kepada kalian adalah apa yang dikeluarkan dari barakah bumi”, ditanyakan : “Apakah barakah bumi itu ? Beliau menjawab : “Bunga kehidupan dunia” [Kutipan dari hadits-hadits yang diriwayatkan Bukhari dalam kitab Raqaiq, bab sesuatu yang melarang dari bunga kehidupan manusia dan berlomba untuk dunia]
Oleh karena itu Al-Hasan Al-Basri berkata : “Demi Allah saya tidaklah ta’ajjub (heran) dengan sesuatu seperti keheranan saya kepada seseorang yang tidak menganggap bahwa cinta dunia itu termasuk salah satu dosa besar, demi Allah sesungguhnya cinta kepada dunia adalah termasuk dosa-dosa besar, tidaklah cabang-cabang dosa-dosa besar itu melainkan dengan sebab cinta dunia? Tidaklah berhala-berhala disembah, Allah Subhanahu wa Ta’ala didurhakai melainkan karena cinta dunia ? (ya). Maka seorang yang mengetahui tidak akan mengeluh dari kehinaan dunia, dan tidak akan berlomba-lomba mendekatinya dan tidak akan putus asa karena jauh terhadap dunia” [Hilyatul Aulia 6/13, dan lihat Siyar ‘Alaamun An-Nubala 7/259]
Sumber: http://id.shvoong.com/f/humanities/1649027-pedagang-berharta-menjadi-org-yg/#ixzz1Yl6vxjGn
‘Adalah Al-Hasan Al-Basri duduk dalam majelisnya dimana setiap hari ia mengadakan majelis ditempat itu. Adapun Habib Al-Ajami duduk dalam majelisnya dimana ahli dunia dan perdagangan mendatanginya. Dan ia lalai dengan menjelis Al-Hasan Al-Basri, dan tidak menoleh sedikitpun dengan apa yang disampaikan oleh Al-Hasan Al-Basri. Hingga suatu hari ia ingin mengetahui apa yang disampaikan Al-Hasan Al-Basri, maka dikatakan kepadanya : “Dalam majelis Al-Hasan Al-Basri diceritakan tentang surga, neraka dan manusia diberi semangat untuk mendapatkan akhirat, dan ditanamkan sikap zuhud terhadap dunia (memfokuskan segala karunia Allah untuk akhirat). Maka perkataan ini menancap dalah hatinya, lalu ia pun berkata : “Mari kita mendatangi majelis Al-Hasan Al-Basri!”, maka berkatalah orang-orang yang duduk dalam majelis kepada Al-Hasan Al-Basri : “Wahai Abu Said ini adalah Habih Al-Ajami menghadap kepadamu nasehatilah ia. Lalu Habib Al-Ajami menghadap Hasan Al-Basri dan Hasan Al-Basri menghadap kepadanya, lalu ia nasehati Habib Al-Ajami, ia ingatkan dengan syurga, ia takut-takuti dengan neraka, ia hasung untuk melakukan kebaikan, ia ingatkan untuk berlaku zuhud di dunia. Maka Habib Al-Ajami pun terpengaruh dengan nasehat itu, lalu bersedekah 40 ribu dinar. Dan iapun berlaku qona’ah (menerima) dengan hal sedikit, dan ia terus beribadah kepada Allah hingga meninggal dunia” [Hilyatul Aulia 6/149 dengan sedikit perubahan, dan lihat Siyar ‘Alamun Nubala 6/144]
Barangkali engkau melihat kejujuran Al-Hasan Al-Basri (semoga Allah merahmati beliau) dalam dakwahnya, selamatnya tujuan dakwahnya, hingga nasehatnya membekas dalam hati Habib Al-Ajami, nasehat yang jujur itu telah memindahkan dari riuhnya suara di pasar dan perdagangan hingga menjadi sorang ahli ibadah dan ahli zuhud yang mempunyai do’a yang mustajab (doa yang dikabulkan) dan karamah yang mulia, sebagaimana ia seorang ahli bersedekah dan berinfak di jalan Allah Ta’ala.
Alangkah indahnya perkataan Malik bin Dinar dalam permasalahan ini : “Kejujuran itu nampak dalam hati dalam keadaan lemah, lalu pemilik hati itupun mencarinya, dan Allah menambahnya hingga menjadikannya berbarakah pada dirinya, dan menjadilah perkataannya obat bagi orang-orang bersalah”.
Lalu Malik berkata : “Apakah kalian tidak melihat mereka ? kemudian ia kembali kepada dirinya : “Ya, benar demi Allah kami telah melihat mereka itu : Al-Hasan Al-Basri, Said bin Jubair dan semisal mereka itu, seorang lelaki diantara mereka yang Allah hidupkan perkataannya kepada sekelompok manusia” [Hilyatul Aulia 2/359]
Dan tatkala Zainal Abidin Ali bin Al-Husain mendengar nasehat Al-Hasan Al-Basri, ia berkata : “Maha suci Allah ini adalah perkataan orang yang jujur” [Akhbarul Hasan Al-Basri Li Ibnul Jauzi hal. 2]
Salah seorang ulama ditanya : “Mengapa perkataan Salafus Shalih lebih bermanfaat dari perkataan kita?” maka iapun menjawab : “Karena mereka berbicara untuk kemulian Islam, untuk keselamatan jiwa, untuk mencari ridho Allah Yang Maha Pemurah, sedangkan kita berbicara untuk kemuliaan diri, mencari dunia dan mencari keridhaan mahluk” [Sifatu Sofwah karya Ibnul Jauzi 4/122]
Dan sebab-sebab seseorang mendapatkan manfaat dari nasehat-nasehat Al-Hasan Al-Basri dan dari majelis-majelisnya, bahwasanya Al-Hasan Al-Basri (semoga Allah merahmati beliau) adalah panutan yang baik, dan tidaklah termasuk orang-orang yang mengatakan apa yang tidak ia kerjakan.
Dikatakan kepada salah seorang dari teman Al-Hasan Al-Basri : “Apakah sesuatu yang menyebabkan Al-Hasan Al-Basri mencapai kedudukannya seperti ini ? Padahal diantara kalian terdapat para ulama dan ahli-ahli fikih ? Teman Al-Hasan Al-Basri itupun berkata : “Adalah Al-Hasan Al-Basri jika memerintahkan suatu perkara maka ia adalah seorang manusia yang paling mengamalkan terhadap apa yang ia perintahkan, dan jika ia melarang dengan suatu kemungkaran maka ia adalah seorang manusia yang paling jauh meninggalkan larangan itu” [Tablis Iblis karya Ibnul Jauzi hal. 68]
Dan perkara lain yang wajib kita perhatikan terhadap kejadian diatas, yaitu perhatian Al-Hasan Al-Basri terhadap masalah-masalah yang halus, masalah zuhud, dan akhlak, sampai-sampai Al-Hasan Al-Basri mempunyai majelis khusus dalam majelisnya, yang mana ia tidak berbicara padanya melainkan makna-makna zuhud dan ibadah. Maka jika seseorang meminta untuk berbicara masalah lainnya karena merasa jemu, iapun berkata : “Sesungguhnya kita berkhalwat bersama-sama teman kami adalah untuk berdzikir” [Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi hal 68]
Sesungguhnya sebagian besar dari nasehat dan wasiat Al-Hasan Al-Basri adalah tentang mencela dunia, dan larangan dari memanjangkan harapan, dan perintah untuk mensucikan jiwa, serta membetulkan tujuan-tujuan dan niat-niat.
Alangkah butuhnya kita kepada semisal nasehat-nasehat itu dan larangan-larangan dari para ulama, demikianlah para ulama terdahulu, para pemberi nasehat sebagaimana yang dikatakan Ibnul Jauzi. [Akhbar Al-Hasan Al-Basri, karya Ibnul Jauzi hal. 68]
Berkata Al-Imam Ahmad bin Hambal : “Alangkah butuhnya kita terhadap penasehat yang jujur” [Akhbar Al-Hasan Al-Basri]
Dan sungguh Al-Hasan Al-Bashri pada sebagian besar keadaannya bersikap zuhud terhadap dunia, memperingatkan dari dunia, menghasung untuk akhirat, dan inilah jalan kenabian yang berpengaruh, sungguh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Sesungguhnya sesuatu yang terbesar yang aku khawatirkan kepada kalian adalah apa yang dikeluarkan dari barakah bumi”, ditanyakan : “Apakah barakah bumi itu ? Beliau menjawab : “Bunga kehidupan dunia” [Kutipan dari hadits-hadits yang diriwayatkan Bukhari dalam kitab Raqaiq, bab sesuatu yang melarang dari bunga kehidupan manusia dan berlomba untuk dunia]
Oleh karena itu Al-Hasan Al-Basri berkata : “Demi Allah saya tidaklah ta’ajjub (heran) dengan sesuatu seperti keheranan saya kepada seseorang yang tidak menganggap bahwa cinta dunia itu termasuk salah satu dosa besar, demi Allah sesungguhnya cinta kepada dunia adalah termasuk dosa-dosa besar, tidaklah cabang-cabang dosa-dosa besar itu melainkan dengan sebab cinta dunia? Tidaklah berhala-berhala disembah, Allah Subhanahu wa Ta’ala didurhakai melainkan karena cinta dunia ? (ya). Maka seorang yang mengetahui tidak akan mengeluh dari kehinaan dunia, dan tidak akan berlomba-lomba mendekatinya dan tidak akan putus asa karena jauh terhadap dunia” [Hilyatul Aulia 6/13, dan lihat Siyar ‘Alaamun An-Nubala 7/259]
Sumber: http://id.shvoong.com/f/humanities/1649027-pedagang-berharta-menjadi-org-yg/#ixzz1Yl6vxjGn
Rabu, 21 September 2011
Cara Setan Menyesatkan Manusia
قَالً رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ. رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِمٌ
Sabda Nabi SAW.: Sesungguhnya syaitan berjalan dalam tubuh manusia sebagaimana perjalanan darah. (HR. Bukhari dan Muslim)
قالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةٌ ، إِذَا صََلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ. (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِمٌ)
Sabda Nabi SAW.: Sesungguhnya di dalam tubuh (manusia) ada seketul daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika dia rosak maka akan rosaklah seluruh tubuhnya, ketahuilah bahawa dialah HATI. (HR. Bukhari dan Muslim)
SYARAH AL HADIS:
Al Hafisz Ibnu Hajar Al 'Asqalaany berkata: Hadis diatas (no.1) boleh diertikan bahawa syaitan berjalan di dalam tubuh manusia secara zahir kerana Allah mampu berbuat demikian. Dan boleh juga jika diertikan secara kiasan kerana syaitan senantiasa ingin berdampingan dengan manusia. Mereka tidak mahu berpisah dari manusia sebagaimana kedudukan dan peranan darah. Jadi syaitan disamakan dengan darah kerana hubungan kedua-duanya yang sangat rapat dengan manusia.
Ibnu Abbas berkata: Syaitan akan menyelinap ke dalam hati manusia jika dia sedang lupa, lalai dan was-was. Tetapi jika ia ingat kepada Allah maka syaitan pun akan pergi.
Dari keterangan diatas jelaslah bahawa syaitan dapat menyelinap kedalam tubuh manusia. Oleh itu, dia pilih "hati" sebagai markasnya kerana peranan hati sangat menentukan pergerakan manusia. Segala gerak-gerik anggota manusia adalah atas arahan hatinya. Jika "iman" seseorang menguasai hatinya maka ia akan menjadi manusia yang baik. Tetapi jika sebaliknya "syaitan" yang menguasainya maka ia akan menjadi manusia yang jahat.
Atas sebab itulah maka Rasul bersabda: Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada seketul daging. Jika dia baik maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika dia rosak maka akan rosaklah seluruh tubuhnya, ketahuilah bahawa dialah hati.
Syaitan adalah musuh kita yang paling utama. Dialah punca segala bentuk kerusakan dan kejahatan diatas muka bumi ini. Oleh itu kita wajib membentengi hati kita denqan Iman atau Akidah yanq kukuh lagi mantap berdasarkan Al Quran dan Hadis Nabi yanq sahih. Dan selain itu kerana syaitan sangat pakar dalam menipu, maka kita juga perlu mengetahui bagaimana cara syaitan menyesatkan umat manusia.
Semoga dengan banyak mengetahui bagaimana cara dia menyesatkan manusia maka kita akan selalu waspada terhadap tipu muslihatnya.
CARA SYAITAN MENGGODA MANUSIA:
1. Menghiasi kebatilan.
Kebatilan biasanya berupa dalam gambaran yang buruk lagi, menjijikkan. Oleh sebab itu syaitan sentiasa berusaha menutup keburukan itu supaya kelihatan indah dan menarik.
(قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (39
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahawa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya". (Al Hijr: 39)
Diantara contohnya: Menyanjung Nabi secara berlebihan dikatakan sebagai tanda cinta kepadanya, menambah amalan yang tidak warid (datanq) dari Nabi dikatakan akan lebih afdal ganjarannya, bertawassul dengan para wali yang telah wafat supaya doanya lekas makbul, meninggalkan amal ma'ruf nabi mungkar demi menjalin persaudaraan, dan lain-lain.
1. Menamakan ma'siat denqan istilah yanq menarik :
(قَالَ يَاآدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى (120
Berkata Iblis: " Hai Adam, mahukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi (pohon kekekalan) dan kerajaan yang tidak akan binasa?"
(Thaaha / 20: 120)
Oleh itu jangan hairan kalau pengikut-pengikut syaitan dari kalangan manusia menamakan arak dengan minuman suci, riba dinamakan bunga atau faedah, pergaulan bebas dikatakan sebagai kemajuan atau moden, dan sebagainya.
1. Menamakan ketaatan dengan'istilah yang menakutkan:
Musyrikin Mekah berkata kepada Nabi Muhammad saw ketika beliau mengajak mereka beriman:
أَنُؤْمِنُ كَمَا ءَامَنَ السُّفَهَاءُ
"Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang bodoh itu beriman"? (Al Baqarah 13)
Didalam ayat diatas mereka menggelarkan sahabat-sahabat yang beriman kepada Nabi saw sebagai orang-orang yang bodoh. Mereka juga menggelar Nabi SAW sebagai tukang sihir, penyair gila dan pembawa ajaran sesat dan lain lain lagi.
Oleh itu jangan hairan kalau pada hari ini kita mendengar bermacam macam istilah seperti Kaum Muda, Golongan Pelampau, Dakwah Kontraversi dan lain lain dilontarkan kepada pejuang-pejuang kebenaran yang ingin menegakkan Al Quran dan Sunnah Nabi saw. Sebagaimana mereka lontarkan istilah "mundur" kepada orang yang ingin menutup aurat dan berpegang teguh dengan ajaran agamanya.
Demikianlah halnya kalau hati telah dikuasai oleh syaitan maka segala-galanya akan menjadi terbalik. Maka Hidayah akan dikatakan Dhalalah (sesat), yang sesat dikatakan petunjuk. Yang Sunnah dikatakan bid’ah, dan bid'ah dikatakan Sunnah. Yang hak dikatakan batil dan yang batil akan dikatakan hak. Ukuran kebenaran bagi mereka adalah nafsu bukan lagi Al Quran dan Sunnah Nabi.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ (فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ (الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا (59
Hai orang orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya) dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An Nisa’ / 4: 59)
1. Dia menggoda melalui kegemaran seseorang:
Syaitan menggoda seseorang melalui perkara yang paling digemari oleh orang itu. Syaitan dapat membaca kegemaran Nabi Adam iaitu agar hidup kekal dalam syurga. Oleh itu dia goda Nabi Adam mealui buah khuldi (buah kekekalan).
Adalah menjadi kegemaran manusia iaitu kuasa, takhta dan wanita. Oleh itu sungguh banyak manusia yang kecundang melalui saluran tersebut. Begitu juga dengan kegemaran bola sepak, golf, sepak takraw, badminton. Berapa banyak mereka yang mempunyai gegemaran ini akhirnya terlibat dengan judi rasywah dan meninggalkan solat?
5. Menggoda secara berangsur-angsur:
Syaitan tidak berkata: Hai manusia buatlah dosa itu dan ini! Tetapi caranya ialah dengan bertahap-tahap. Mula-mula memandang, kemudian tersenyum, lalu berteguran, kemudian berjanji, selanjutnya bertemu, dan akhirnya melakukan dosa. Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
"Hai orang-orang yanq beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar". (An Nuur / 24: 21)
Barangsiapa yang memahami kaedah " Saddudz Dzaraai " akan jelaslah baginya mengapa Islam melarang berkhalwat denqan wanita ajnabi (bukan mahram), membuat patung dan sebagainya.
6. Menghalang manusia mengikutl kebenaran:
Syaitan telah berjanji dihadapan Allah akan berusaha menyesatkan umat manusia kecuall orang-orang yang ikhlas.
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ (أَيْدِيهِمْ وَمِنْ
خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17
" Iblis menjawab: Kerana Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat) ". (Al A'raaf / 7: 16 -17)
Maksud: " Saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus ". Menurut Imam Al Qurthuby: Iaitu menghalang-halangi mereka agar jangan mengikuti jalan yang lurus. Dihiasinya kebatilan sehingga kelihatan indah dan menarik. Akhirnya mereka musnah sebagaimana dia musnah. Sedangkan maksud " Jalan yang lurus " ialah jalan boleh menyampaikan manusia ke syurga.
Menurut Al Hakam Bin 'Utaibah: " Dari hadapan mereka " ertinya dari dunia mereka, " Dari belakang mereka " ertinya dari akhirat mereka, " Dari kanan mereka " ertinya dari kebaikan mereka. " Dari kiri mereka " ertinya dari kejahatan mereka.
1. Menyamar sebagai penasihat:
Syaitan tidak mendatangi manusia sambil menyuruh: " Lakukanlah dosa ini, dosa itu supaya kamu nanti diseksa ". Tetapi biasanya syaitan datang menyamar sebagai penasihat.
(وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ (21
" Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya: " Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua ".
(Al 'Araaf / 7: 21)
Allah mengingatkan kita supaya jangan terpedaya dengan nasihat manis syaitan itu:
يَابَنِي ءَادَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ
"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana dia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari syurga".
(Al 'Araaf / 7: 27)
Diriwayatkaan dari sebahagian ulama salaf: "Jika kamu diganggu syaitan dalam solatmu dan dia berkata: Ada orang yang sedang memperhatikan solatmu oleh itu perelokkanlah solatmu. Maka orang itu tidak akan selamat kecuali dengan menolak rayuan syaitan itu, walaupun pada zahirnya seperti nasihat untuk manusia".
Oleh Ustadz Dr. Abdullah Yasin
Sabda Nabi SAW.: Sesungguhnya syaitan berjalan dalam tubuh manusia sebagaimana perjalanan darah. (HR. Bukhari dan Muslim)
قالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةٌ ، إِذَا صََلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ. (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِمٌ)
Sabda Nabi SAW.: Sesungguhnya di dalam tubuh (manusia) ada seketul daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika dia rosak maka akan rosaklah seluruh tubuhnya, ketahuilah bahawa dialah HATI. (HR. Bukhari dan Muslim)
SYARAH AL HADIS:
Al Hafisz Ibnu Hajar Al 'Asqalaany berkata: Hadis diatas (no.1) boleh diertikan bahawa syaitan berjalan di dalam tubuh manusia secara zahir kerana Allah mampu berbuat demikian. Dan boleh juga jika diertikan secara kiasan kerana syaitan senantiasa ingin berdampingan dengan manusia. Mereka tidak mahu berpisah dari manusia sebagaimana kedudukan dan peranan darah. Jadi syaitan disamakan dengan darah kerana hubungan kedua-duanya yang sangat rapat dengan manusia.
Ibnu Abbas berkata: Syaitan akan menyelinap ke dalam hati manusia jika dia sedang lupa, lalai dan was-was. Tetapi jika ia ingat kepada Allah maka syaitan pun akan pergi.
Dari keterangan diatas jelaslah bahawa syaitan dapat menyelinap kedalam tubuh manusia. Oleh itu, dia pilih "hati" sebagai markasnya kerana peranan hati sangat menentukan pergerakan manusia. Segala gerak-gerik anggota manusia adalah atas arahan hatinya. Jika "iman" seseorang menguasai hatinya maka ia akan menjadi manusia yang baik. Tetapi jika sebaliknya "syaitan" yang menguasainya maka ia akan menjadi manusia yang jahat.
Atas sebab itulah maka Rasul bersabda: Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada seketul daging. Jika dia baik maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika dia rosak maka akan rosaklah seluruh tubuhnya, ketahuilah bahawa dialah hati.
Syaitan adalah musuh kita yang paling utama. Dialah punca segala bentuk kerusakan dan kejahatan diatas muka bumi ini. Oleh itu kita wajib membentengi hati kita denqan Iman atau Akidah yanq kukuh lagi mantap berdasarkan Al Quran dan Hadis Nabi yanq sahih. Dan selain itu kerana syaitan sangat pakar dalam menipu, maka kita juga perlu mengetahui bagaimana cara syaitan menyesatkan umat manusia.
Semoga dengan banyak mengetahui bagaimana cara dia menyesatkan manusia maka kita akan selalu waspada terhadap tipu muslihatnya.
CARA SYAITAN MENGGODA MANUSIA:
1. Menghiasi kebatilan.
Kebatilan biasanya berupa dalam gambaran yang buruk lagi, menjijikkan. Oleh sebab itu syaitan sentiasa berusaha menutup keburukan itu supaya kelihatan indah dan menarik.
(قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (39
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahawa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya". (Al Hijr: 39)
Diantara contohnya: Menyanjung Nabi secara berlebihan dikatakan sebagai tanda cinta kepadanya, menambah amalan yang tidak warid (datanq) dari Nabi dikatakan akan lebih afdal ganjarannya, bertawassul dengan para wali yang telah wafat supaya doanya lekas makbul, meninggalkan amal ma'ruf nabi mungkar demi menjalin persaudaraan, dan lain-lain.
1. Menamakan ma'siat denqan istilah yanq menarik :
(قَالَ يَاآدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى (120
Berkata Iblis: " Hai Adam, mahukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi (pohon kekekalan) dan kerajaan yang tidak akan binasa?"
(Thaaha / 20: 120)
Oleh itu jangan hairan kalau pengikut-pengikut syaitan dari kalangan manusia menamakan arak dengan minuman suci, riba dinamakan bunga atau faedah, pergaulan bebas dikatakan sebagai kemajuan atau moden, dan sebagainya.
1. Menamakan ketaatan dengan'istilah yang menakutkan:
Musyrikin Mekah berkata kepada Nabi Muhammad saw ketika beliau mengajak mereka beriman:
أَنُؤْمِنُ كَمَا ءَامَنَ السُّفَهَاءُ
"Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang bodoh itu beriman"? (Al Baqarah 13)
Didalam ayat diatas mereka menggelarkan sahabat-sahabat yang beriman kepada Nabi saw sebagai orang-orang yang bodoh. Mereka juga menggelar Nabi SAW sebagai tukang sihir, penyair gila dan pembawa ajaran sesat dan lain lain lagi.
Oleh itu jangan hairan kalau pada hari ini kita mendengar bermacam macam istilah seperti Kaum Muda, Golongan Pelampau, Dakwah Kontraversi dan lain lain dilontarkan kepada pejuang-pejuang kebenaran yang ingin menegakkan Al Quran dan Sunnah Nabi saw. Sebagaimana mereka lontarkan istilah "mundur" kepada orang yang ingin menutup aurat dan berpegang teguh dengan ajaran agamanya.
Demikianlah halnya kalau hati telah dikuasai oleh syaitan maka segala-galanya akan menjadi terbalik. Maka Hidayah akan dikatakan Dhalalah (sesat), yang sesat dikatakan petunjuk. Yang Sunnah dikatakan bid’ah, dan bid'ah dikatakan Sunnah. Yang hak dikatakan batil dan yang batil akan dikatakan hak. Ukuran kebenaran bagi mereka adalah nafsu bukan lagi Al Quran dan Sunnah Nabi.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ (فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ (الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا (59
Hai orang orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya) dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An Nisa’ / 4: 59)
1. Dia menggoda melalui kegemaran seseorang:
Syaitan menggoda seseorang melalui perkara yang paling digemari oleh orang itu. Syaitan dapat membaca kegemaran Nabi Adam iaitu agar hidup kekal dalam syurga. Oleh itu dia goda Nabi Adam mealui buah khuldi (buah kekekalan).
Adalah menjadi kegemaran manusia iaitu kuasa, takhta dan wanita. Oleh itu sungguh banyak manusia yang kecundang melalui saluran tersebut. Begitu juga dengan kegemaran bola sepak, golf, sepak takraw, badminton. Berapa banyak mereka yang mempunyai gegemaran ini akhirnya terlibat dengan judi rasywah dan meninggalkan solat?
5. Menggoda secara berangsur-angsur:
Syaitan tidak berkata: Hai manusia buatlah dosa itu dan ini! Tetapi caranya ialah dengan bertahap-tahap. Mula-mula memandang, kemudian tersenyum, lalu berteguran, kemudian berjanji, selanjutnya bertemu, dan akhirnya melakukan dosa. Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
"Hai orang-orang yanq beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar". (An Nuur / 24: 21)
Barangsiapa yang memahami kaedah " Saddudz Dzaraai " akan jelaslah baginya mengapa Islam melarang berkhalwat denqan wanita ajnabi (bukan mahram), membuat patung dan sebagainya.
6. Menghalang manusia mengikutl kebenaran:
Syaitan telah berjanji dihadapan Allah akan berusaha menyesatkan umat manusia kecuall orang-orang yang ikhlas.
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ (أَيْدِيهِمْ وَمِنْ
خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17
" Iblis menjawab: Kerana Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat) ". (Al A'raaf / 7: 16 -17)
Maksud: " Saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus ". Menurut Imam Al Qurthuby: Iaitu menghalang-halangi mereka agar jangan mengikuti jalan yang lurus. Dihiasinya kebatilan sehingga kelihatan indah dan menarik. Akhirnya mereka musnah sebagaimana dia musnah. Sedangkan maksud " Jalan yang lurus " ialah jalan boleh menyampaikan manusia ke syurga.
Menurut Al Hakam Bin 'Utaibah: " Dari hadapan mereka " ertinya dari dunia mereka, " Dari belakang mereka " ertinya dari akhirat mereka, " Dari kanan mereka " ertinya dari kebaikan mereka. " Dari kiri mereka " ertinya dari kejahatan mereka.
1. Menyamar sebagai penasihat:
Syaitan tidak mendatangi manusia sambil menyuruh: " Lakukanlah dosa ini, dosa itu supaya kamu nanti diseksa ". Tetapi biasanya syaitan datang menyamar sebagai penasihat.
(وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ (21
" Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya: " Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua ".
(Al 'Araaf / 7: 21)
Allah mengingatkan kita supaya jangan terpedaya dengan nasihat manis syaitan itu:
يَابَنِي ءَادَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ
"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana dia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari syurga".
(Al 'Araaf / 7: 27)
Diriwayatkaan dari sebahagian ulama salaf: "Jika kamu diganggu syaitan dalam solatmu dan dia berkata: Ada orang yang sedang memperhatikan solatmu oleh itu perelokkanlah solatmu. Maka orang itu tidak akan selamat kecuali dengan menolak rayuan syaitan itu, walaupun pada zahirnya seperti nasihat untuk manusia".
Oleh Ustadz Dr. Abdullah Yasin
Minggu, 18 September 2011
9 alasan yang menunjukkan bahwa anda sebetulnya adalah kaya :
“Kekayaan adalah kemampuan untuk merasakan dengan sungguh-sungguh kehidupan yang kita jalani.”
Kekayaan banyak ditafsirkan orang sebagai hal-hal yang berhubungan dengan materialisme atau kemewahan. Padahal definisi tersebut masih terlalu dangkal.
Coba anda renungkan daftar dibawah ini, 9 alasan yang menunjukkan bahwa anda sebetulnya adalah kaya :
1. Anda tidak dalam perut kosong ketika tidur tadi malam.
Tahukah anda 50%* orang di muka bumi ini masih menderita kekurangan gizi.
2. Anda masih tidur di dalam rumah, bukan di alam terbuka.
Tahukah anda 80%* orang di muka bumi ini masih tinggal di rumah yang tidak memenuhi standar.
3. Anda masih mempunyai pilihan untuk menggunakan pakaian apa yang akan anda pakai hari ini.
Masih banyak orang-orang di muka bumi ini, kita seringkali menyebutnya sebagai tuna wisma, hidup di alam terbuka dan hanya memiliki sepasang atau paling banyak 2 pasang baju dan celana yang sudah lusuh untuk dipakai.
4. Anda masih memiliki cukup uang di dompet anda.
Dahulu saya cukup sering mengalami kejadian seperti ini. Ketika saya menginginkan sesuatu, namun uang di dompet saya tidak mencukupi bahkan pernah beberapa kali kosong. Saya kesal sekali waktu itu. Namun akhirnya saya menyadari bahwa saya ternyata masih beruntung.
Kalau kita lihat kembali lingkungan di sekitar kita, masih banyak orang-orang yang isi di dompetnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hari ini saja, sementara untuk keesokan hari mereka belum tahu akan mendapatkannya dari mana.
5. Anda tidak hidup dalam ketakutan.
Anda dapat membayangkan orang-orang yang hidupnya di tengah peperangan. Setiap hari mereka berpikir apakah mereka masih bisa menikmati hari esok atau tidak.
6. Anda masih bisa mandi dan minum dari air yang bersih.
Anda mungkin pernah melihat orang-orang yang mandi dan mencuci pakaian di pinggiran sungai yang sudah tidak jernih lagi, penuh dengan limbah. Mungkin anda juga pernah membaca sebuah berita di daerah pedalaman, orang-orang untuk mendapatkan air bersih harus berjalan sampai berkilo-kilo jauhnya.
7. Anda masih bisa pergi ke dokter ketika anda sakit.
Tahukah anda 1%* orang di muka bumi ini sedang dalam keadaan sekarat / hampir meninggal.
8. Anda masih bisa berakses ke internet.
Tahukah anda kurang dari 1%* orang di muka bumi ini yang memiliki komputer.
9. Anda bisa membaca.
Tahukah anda 70%* orang di muka bumi ini belum dapat membaca.
Anda dapat menambahkan masing-masing urutan ke 10, 11, dst.
Yang pasti, inti dari semuanya ini adalah anda bisa bersyukur dengan semua hal yang anda miliki dan dapatkan. Anda memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan orang lain.
sumber
Kekayaan banyak ditafsirkan orang sebagai hal-hal yang berhubungan dengan materialisme atau kemewahan. Padahal definisi tersebut masih terlalu dangkal.
Coba anda renungkan daftar dibawah ini, 9 alasan yang menunjukkan bahwa anda sebetulnya adalah kaya :
1. Anda tidak dalam perut kosong ketika tidur tadi malam.
Tahukah anda 50%* orang di muka bumi ini masih menderita kekurangan gizi.
2. Anda masih tidur di dalam rumah, bukan di alam terbuka.
Tahukah anda 80%* orang di muka bumi ini masih tinggal di rumah yang tidak memenuhi standar.
3. Anda masih mempunyai pilihan untuk menggunakan pakaian apa yang akan anda pakai hari ini.
Masih banyak orang-orang di muka bumi ini, kita seringkali menyebutnya sebagai tuna wisma, hidup di alam terbuka dan hanya memiliki sepasang atau paling banyak 2 pasang baju dan celana yang sudah lusuh untuk dipakai.
4. Anda masih memiliki cukup uang di dompet anda.
Dahulu saya cukup sering mengalami kejadian seperti ini. Ketika saya menginginkan sesuatu, namun uang di dompet saya tidak mencukupi bahkan pernah beberapa kali kosong. Saya kesal sekali waktu itu. Namun akhirnya saya menyadari bahwa saya ternyata masih beruntung.
Kalau kita lihat kembali lingkungan di sekitar kita, masih banyak orang-orang yang isi di dompetnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hari ini saja, sementara untuk keesokan hari mereka belum tahu akan mendapatkannya dari mana.
5. Anda tidak hidup dalam ketakutan.
Anda dapat membayangkan orang-orang yang hidupnya di tengah peperangan. Setiap hari mereka berpikir apakah mereka masih bisa menikmati hari esok atau tidak.
6. Anda masih bisa mandi dan minum dari air yang bersih.
Anda mungkin pernah melihat orang-orang yang mandi dan mencuci pakaian di pinggiran sungai yang sudah tidak jernih lagi, penuh dengan limbah. Mungkin anda juga pernah membaca sebuah berita di daerah pedalaman, orang-orang untuk mendapatkan air bersih harus berjalan sampai berkilo-kilo jauhnya.
7. Anda masih bisa pergi ke dokter ketika anda sakit.
Tahukah anda 1%* orang di muka bumi ini sedang dalam keadaan sekarat / hampir meninggal.
8. Anda masih bisa berakses ke internet.
Tahukah anda kurang dari 1%* orang di muka bumi ini yang memiliki komputer.
9. Anda bisa membaca.
Tahukah anda 70%* orang di muka bumi ini belum dapat membaca.
Anda dapat menambahkan masing-masing urutan ke 10, 11, dst.
Yang pasti, inti dari semuanya ini adalah anda bisa bersyukur dengan semua hal yang anda miliki dan dapatkan. Anda memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan orang lain.
sumber
istilah istilah yang lazim dipakai pada ibadah haji
Berikut adalah beberapa istailah dalam ibadah haji :
* HAJI
ialah berkunjung ke Baitullah untuk melakukan beberapa amalan thawaf, sa’i dan wukuf di Arafah serta amalan lainnya pada masa tertentu demi memenuhi panggilan Allah SWT dan mengharap ridha Nya.
* UMRAH
ialah berkunjung ke Baitullah untuk melakukan thawaf, sa’i dan cukur demi mengharap ridho Allah.SWT.
* ISTITHA’AH
artinya mampu yaitu mampu melaksanakan ibadah haji/umrah ditinjau dari segi jasmani, rohani dan ekonomi.
* RUKUN HAJI
ialah rangkaian amalan yang harus dilakukan dalam ibadah haji dan tidak dapat diganti dengan yang lain walaupun dengan dam. Jika rukun haji ditinggalkan maka tidak syah hajinya.
* WAJIB HAJI
ialah rangkaian amalan yang harus dikerjakan dalam ibadah haji namun bila tidak dikerjakan karena uzur syar’i sah hajinya akan tetapi harus membayar dam.
* MIQOT ZAMANI
ialah batas waktu melaksanakan haji. Menurut Jumhur ulama miqot zamani mulai tanggal 1 Syawal sampai dengan terbit fajar 10 Zulhijjah.
* MIQOT MAKANI
ialah batas tempat untuk mulai melaksanakan ihram haji atau umroh.
* IHRAM
ialah niat memulai mengerjakan ibadah haji / umrah.
* THAWAF
ialah mengelilingi ka’bah sebanyak 7 kali, dimana ka’bah selalu berada di sebelah kirinya dimulai dan diakhiri di sudut (rukun) sejajar Hajar Aswad.
* THAWAF IFADHAH
ialah thawaf rukun haji yang harus dilaksanakan ( tidak boleh ditinggalkan ) dalam pelaksanaan ibadah haji.
* THAWAF WADA’
ialah thawaf yang dilaksanakan sebagai penghormatan akhir sebelum meninggalkan Makkah. Thawaf wada’ hukumnya wajib dalam pelaksanaan haji.
* THAWAF QUDUM
ialah thawaf yang dilaksanakan sebagai penghormatan pada saat pertama masuk Masjidil Haram. Thawaf qudum hukumnya sunnat. Bagi jamaah haji yang mengambil haji tamattu’ tawaf qudumnya sudah termasuk dalam thawaf umrah.
* SA’I
ialah berjalan dari bukit Safa ke bukit Marwah dan sebaliknya sebanyak 7 kali yang dimulai dari bukit Safa dan berakhir di bukit Marwah.
* WUKUF
ialah keberadaan diri seseorang di Arafah walaupun sejenak dalam waktu antara tergelincirnya matahari tanggal 9 Zulhijjah (hari Arafah) sampai terbit fajar tanggal 10 Zulhijjah (hari Nahar).
* MABIT
ialah bermalam / istirahat . Mabit dibagi 2 yaitu mabit di Muzdalifah tanggal 9 malam 10 Zulhijjah dan mabit di Mina pada malam menjelang tanggal 11, 12, 13 Zulhijjah.
* LONTAR JUMROH
ialah melontar atau melemparkan batu kerikil ke dinding (marma) jumrah ( Ula, Wustho dan Aqobah ) pada hari Nahar dan hari tasyrik.
* TAHALLUL
ialah keadaan seseorang yang telah dihalalkan (dibolehkan) melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang selama berihrom.Tahallul ada 2 yaitu Tahallul Awal dan Tahallul Tsani
* DAM
menurut bahasa artinya darah, sedangkan menurut istilah adalah mengalirkan darah (menyembelih ternak kambing, unta atau sapi di tanah haram dalam rangka memenuhi ketentuan manasik ).
* NAFAR
menurut bahasa artinya rombongan,sedangkan menurut istilah adalah keberangkatan jemaah haji meninggalkan Mina pada hari Tasyrik. Nafar ada 2 yaitu Nafar Awal dan Nafar Tsani.
* HARI TARWIYAH
yaitu hari pada tanggal 8 Zulhijjah, dinamakan hari Tarwiyah (perbekalan) karena pada hari itu jamaah haji pada zaman Rasulullah mulai mengisi perbekalan air di Mina pada hari itu untuk perjalanan ke Arafah.
* HARI ARAFAH
yaitu hari tanggal 9 Zulhijjah, dinamakan hari Arafah karena pada hari itu semua jemaah haji harus berada di Arafah untuk melaksanakan wukuf.
* HARI TASYRIK
yaitu hari tanggal 11, 12, 13 Zulhijjah. Pada hari itu semua jemaah haji berada di Mina untuk mabit dan melontar jumroh.
* HAJI TAMATTU’
ialah mengerjakan umrah lebih dahulu baru kemudian mengerjakan haji. Cara haji ini wajib membayar dam.
* HAJI IFRAD
ialah mengerjakan haji saja. Cara haji ini tidak wajib membayar dam.
* HAJI QIRAN
ialah mengerjakan haji dan umrah dalam satu niat dan satu pekerjaan sekaligus. Cara haji ini wajib membayar dam.
Sumber: http://www.haji.depag.com
* Aqabah
Merupakan salah satu tempat pelemparan jumrah, dengan nama jumrah Aqabah. (Tempat pelemparan jumrah lainnya adalah : Ula dan Wustha)
* Arafah
Tempat jamaah haji melakukan Wukuf. Setiap tanggal 9 Zulhijah Arafah didatangi umat Islam seluruh dunia untuk melakukan Wukuf.
* Arbain
Kegiatan shalat wajib (5 waktu setiap hari) yang dilaksanakan berturut-turut selama 8 hari, sehingga total 40 kali sholat wajib di Masjid Nabawi Madinah
* Babus Salam
Nama salah satu pintu masuk ke Masjidil Haram.
* Badar
Perang Badar, yang tetap dikenang sebagai peristiwa penting dalam sejarah Pengembangan Islam.
* Baitullah
Ka’bah disebut juga Baitullah.
* Bier Ali
Merupakan tempat Miqat (mulai memakai ihram). Terletak sekitar 12 kilometer dari kota Madinah.
* Binatang Hadyu
Binatang ternak
* Dam
Denda bagi mereka yang melakukan pelanggaran ketentuan saat menunaikan Ibadah Haji atau Umroh
* Fidyah
Denda yang dikenakan pada umat Muslim yang melakukan pelanggaraan saat ibadah. Dengan cara : Berpuasa, Memberi makan fakir miskin atau Menyembelih binatang kurban
* Green Dome
Merupakan Kubah Hijau yang terletak di area Masjid Nabawi. Di bawah Kubah Hijau ini terletak makam Nabi Muhammad s.a.w.
* Gua Hira
Gua tempat Nabi Muhammad s.a.w menerima wahyu pertama (Surat Al-Alaq, ayat 1-5). Gua ini terletak di Bukit/Jabal Nur.Sekitar 5 km di utara kota Mekah.
* Haji Ifrad
Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dahulu kemudian Ibadah Umroh, dan diselingi Tahallul.
* Haji Qiran
Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dan Ibadah Umroh pada waktu bersamaan, tanpa diselingi Tahallul.
* Haji Tamattu
Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Umroh dahulu kemudian Ibadah Haji, dan diselingi Tahallul.
* Hijir Ismail
Salah satu bagian dari Ka’bah. Hijir Ismail ini berbentuk setengah lingkaran, merupakan makam Nabi Ismail AS. dan juga Siti Hajar (ibunda Nabi Ismail AS).
* Ifrad
Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dahulu kemudian Ibadah Umroh, dan diselingi Tahallul.
* Ihram
Ihram ialah berniat untuk memulai mengerjakan Ibadah Haji atau Umroh, dengan mengucapkan lafazh niat (tidak hanya dalam hati)
* Jamarat
Jamarat, merupakan kata jamak dari Jumroh.(Lihat penjelasan tentang Jumroh) pada kamus istilah di website ini.
* Jumrah
Tempat pelemparan, yang yang didirikan utk memperingati saat Nabi Ibrahim digoda oleh setan agar tidak melaksanakan perintah Allah SWT.
* Kiswah
Penutup Ka’bah. Pada Kiswah dihiasi tulisan ayat suci Al Qu’an yang disulam.
* Lafazh Niat Haji
Labbaik Allahumma Hajjan
* Lafazh Niat Umroh
Labaik Allahumma Umrotan
* Mabit
Bermalam beberapa hari atau berhenti sejenak untuk mempersiapkan pelaksanaan melontar jumroh.Mabit dilakukan di Muzdalifah dan Mina.
* Miqat
Miqat adalah tempat atau waktu untuk memulai berniat ihram.
* Miqat Makani
Miqat berdasarkan peta atau batas geografis.
* Multazam
Multazam adalah dinding yang terletak diantara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah.Merupakan tempat yang sanqat dianjurkan untuk berdoa (Insya Allah do’a yang diminta akan dikabulkan oleh Allah SWT)
* Nafar Awal
Disebut Nafar Awal, jika jama’ah meninggalkan Mina pada tgl 12 Zulhijah. Disebuat Nafar Awal krn jamaah lebih dulu meninggalkan Mina,utk kembali ke Mekah dan hanya melontar jumroh 3 hari.Total kerikil yang dilontar jamaah Nafal Awal adalah 49 butir.
* Nafar Tsani
Disebut Nafar Tsani atau Nafar Akhir jika jamaah melontar jumroh selama 4 hari (tgl : 10,11,12 dan 13 Zulhijah).Sehingga jumlah batu yang dilontar 70 kerikil.Jamaah baru meninggalkan Mina tgl 13 Zulhijah.
* Qiran
Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dan Ibadah Umroh pada waktu bersamaan, tanpa diselingi Tahallul.
* Rukun Haji
Rukun Haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam Ibadah Haji.Jika tidak dikerjakan maka Hajinya tidak syah
* Sa’i
Berjalan kaki atau lari-lari kecil antara Bukit Safa dan Bukit Marwah. Dengan total 7 kali.
* Sunat Haji
Merupakan Sunat (tidak wajib) pada Ibadah Haji.
* Sunat Umroh
Merupakan sunat (tidak wajib) pada Ibadah Umroh.
* Tahallul
Tahallul adalah mencukur seluruh rambut atau memotong sedikit rambut.Dengan tahalul berarti sudah bebas dari larangan-larangan saat ihram ibadah Haji atau Umroh.
* Talang Emas
Merupakan Talang Emas (Mizhab) yang terdapat pada Ka’bah.Posisi Talang Emas ini terletak di atas Hijir Ismail.
* Talbiyah
Bacaan Talbiyah : Labbaik Allahumma labbaik, labbaik laa Syariika laka labbaik, innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syariika lak.
* Tamattu
Tahapan Haji, dimana mendahulukan Ibadah Umroh dahulu, diikuti dengan ibadah haji pada bulan Haji
* Tawaf
Mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 putaran. Dengan posisi Ka’bah berada di sebelah kiri orang yg melakukan Tawaf.Tawaf dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad juga.(Tawaf dilakukan dlm keadaan suci dari hadats dan najis)
* Tawaf Ifadah
Tawaf Ifadah disebut juga Tawaf Rukun.Merupakan salah satu rukun haji yang harus dilaksanakan sendiri.Jika tidak dilaksanakan, hajinya dinyatakan batal.
* Tawaf Qudum
Tawaf Salam atau Tawaf Selamat Datang saat baru tiba di Makkah
* Tawaf Wada
Merupakan Tawaf perpisahan yang dilakukan ketika akan pulang ke tanah air masing-masing.
* Wajib Haji
Wajib Haji adalah kegiatan yang harus dilakukan padaIbadah Haji, jika tidak dikerjakan harus membayar dam (denda)
* Wukuf
Wukuf adalah berdiam di Arafah pada tanggal 9 Zulhijah.Terhitung mulai tergelincir matahari sampai matahari terbenam (maghrib).Wukuf merupakan salah satu rukun haji.Jika wukuf tidak dilaksanakan maka hajinya tidak syah.
* Zam-zam
Air yang berasal dari Mata air Zamzam yang terletak di dekat Ka’bah.
* HAJI
ialah berkunjung ke Baitullah untuk melakukan beberapa amalan thawaf, sa’i dan wukuf di Arafah serta amalan lainnya pada masa tertentu demi memenuhi panggilan Allah SWT dan mengharap ridha Nya.
* UMRAH
ialah berkunjung ke Baitullah untuk melakukan thawaf, sa’i dan cukur demi mengharap ridho Allah.SWT.
* ISTITHA’AH
artinya mampu yaitu mampu melaksanakan ibadah haji/umrah ditinjau dari segi jasmani, rohani dan ekonomi.
* RUKUN HAJI
ialah rangkaian amalan yang harus dilakukan dalam ibadah haji dan tidak dapat diganti dengan yang lain walaupun dengan dam. Jika rukun haji ditinggalkan maka tidak syah hajinya.
* WAJIB HAJI
ialah rangkaian amalan yang harus dikerjakan dalam ibadah haji namun bila tidak dikerjakan karena uzur syar’i sah hajinya akan tetapi harus membayar dam.
* MIQOT ZAMANI
ialah batas waktu melaksanakan haji. Menurut Jumhur ulama miqot zamani mulai tanggal 1 Syawal sampai dengan terbit fajar 10 Zulhijjah.
* MIQOT MAKANI
ialah batas tempat untuk mulai melaksanakan ihram haji atau umroh.
* IHRAM
ialah niat memulai mengerjakan ibadah haji / umrah.
* THAWAF
ialah mengelilingi ka’bah sebanyak 7 kali, dimana ka’bah selalu berada di sebelah kirinya dimulai dan diakhiri di sudut (rukun) sejajar Hajar Aswad.
* THAWAF IFADHAH
ialah thawaf rukun haji yang harus dilaksanakan ( tidak boleh ditinggalkan ) dalam pelaksanaan ibadah haji.
* THAWAF WADA’
ialah thawaf yang dilaksanakan sebagai penghormatan akhir sebelum meninggalkan Makkah. Thawaf wada’ hukumnya wajib dalam pelaksanaan haji.
* THAWAF QUDUM
ialah thawaf yang dilaksanakan sebagai penghormatan pada saat pertama masuk Masjidil Haram. Thawaf qudum hukumnya sunnat. Bagi jamaah haji yang mengambil haji tamattu’ tawaf qudumnya sudah termasuk dalam thawaf umrah.
* SA’I
ialah berjalan dari bukit Safa ke bukit Marwah dan sebaliknya sebanyak 7 kali yang dimulai dari bukit Safa dan berakhir di bukit Marwah.
* WUKUF
ialah keberadaan diri seseorang di Arafah walaupun sejenak dalam waktu antara tergelincirnya matahari tanggal 9 Zulhijjah (hari Arafah) sampai terbit fajar tanggal 10 Zulhijjah (hari Nahar).
* MABIT
ialah bermalam / istirahat . Mabit dibagi 2 yaitu mabit di Muzdalifah tanggal 9 malam 10 Zulhijjah dan mabit di Mina pada malam menjelang tanggal 11, 12, 13 Zulhijjah.
* LONTAR JUMROH
ialah melontar atau melemparkan batu kerikil ke dinding (marma) jumrah ( Ula, Wustho dan Aqobah ) pada hari Nahar dan hari tasyrik.
* TAHALLUL
ialah keadaan seseorang yang telah dihalalkan (dibolehkan) melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang selama berihrom.Tahallul ada 2 yaitu Tahallul Awal dan Tahallul Tsani
* DAM
menurut bahasa artinya darah, sedangkan menurut istilah adalah mengalirkan darah (menyembelih ternak kambing, unta atau sapi di tanah haram dalam rangka memenuhi ketentuan manasik ).
* NAFAR
menurut bahasa artinya rombongan,sedangkan menurut istilah adalah keberangkatan jemaah haji meninggalkan Mina pada hari Tasyrik. Nafar ada 2 yaitu Nafar Awal dan Nafar Tsani.
* HARI TARWIYAH
yaitu hari pada tanggal 8 Zulhijjah, dinamakan hari Tarwiyah (perbekalan) karena pada hari itu jamaah haji pada zaman Rasulullah mulai mengisi perbekalan air di Mina pada hari itu untuk perjalanan ke Arafah.
* HARI ARAFAH
yaitu hari tanggal 9 Zulhijjah, dinamakan hari Arafah karena pada hari itu semua jemaah haji harus berada di Arafah untuk melaksanakan wukuf.
* HARI TASYRIK
yaitu hari tanggal 11, 12, 13 Zulhijjah. Pada hari itu semua jemaah haji berada di Mina untuk mabit dan melontar jumroh.
* HAJI TAMATTU’
ialah mengerjakan umrah lebih dahulu baru kemudian mengerjakan haji. Cara haji ini wajib membayar dam.
* HAJI IFRAD
ialah mengerjakan haji saja. Cara haji ini tidak wajib membayar dam.
* HAJI QIRAN
ialah mengerjakan haji dan umrah dalam satu niat dan satu pekerjaan sekaligus. Cara haji ini wajib membayar dam.
Sumber: http://www.haji.depag.com
* Aqabah
Merupakan salah satu tempat pelemparan jumrah, dengan nama jumrah Aqabah. (Tempat pelemparan jumrah lainnya adalah : Ula dan Wustha)
* Arafah
Tempat jamaah haji melakukan Wukuf. Setiap tanggal 9 Zulhijah Arafah didatangi umat Islam seluruh dunia untuk melakukan Wukuf.
* Arbain
Kegiatan shalat wajib (5 waktu setiap hari) yang dilaksanakan berturut-turut selama 8 hari, sehingga total 40 kali sholat wajib di Masjid Nabawi Madinah
* Babus Salam
Nama salah satu pintu masuk ke Masjidil Haram.
* Badar
Perang Badar, yang tetap dikenang sebagai peristiwa penting dalam sejarah Pengembangan Islam.
* Baitullah
Ka’bah disebut juga Baitullah.
* Bier Ali
Merupakan tempat Miqat (mulai memakai ihram). Terletak sekitar 12 kilometer dari kota Madinah.
* Binatang Hadyu
Binatang ternak
* Dam
Denda bagi mereka yang melakukan pelanggaran ketentuan saat menunaikan Ibadah Haji atau Umroh
* Fidyah
Denda yang dikenakan pada umat Muslim yang melakukan pelanggaraan saat ibadah. Dengan cara : Berpuasa, Memberi makan fakir miskin atau Menyembelih binatang kurban
* Green Dome
Merupakan Kubah Hijau yang terletak di area Masjid Nabawi. Di bawah Kubah Hijau ini terletak makam Nabi Muhammad s.a.w.
* Gua Hira
Gua tempat Nabi Muhammad s.a.w menerima wahyu pertama (Surat Al-Alaq, ayat 1-5). Gua ini terletak di Bukit/Jabal Nur.Sekitar 5 km di utara kota Mekah.
* Haji Ifrad
Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dahulu kemudian Ibadah Umroh, dan diselingi Tahallul.
* Haji Qiran
Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dan Ibadah Umroh pada waktu bersamaan, tanpa diselingi Tahallul.
* Haji Tamattu
Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Umroh dahulu kemudian Ibadah Haji, dan diselingi Tahallul.
* Hijir Ismail
Salah satu bagian dari Ka’bah. Hijir Ismail ini berbentuk setengah lingkaran, merupakan makam Nabi Ismail AS. dan juga Siti Hajar (ibunda Nabi Ismail AS).
* Ifrad
Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dahulu kemudian Ibadah Umroh, dan diselingi Tahallul.
* Ihram
Ihram ialah berniat untuk memulai mengerjakan Ibadah Haji atau Umroh, dengan mengucapkan lafazh niat (tidak hanya dalam hati)
* Jamarat
Jamarat, merupakan kata jamak dari Jumroh.(Lihat penjelasan tentang Jumroh) pada kamus istilah di website ini.
* Jumrah
Tempat pelemparan, yang yang didirikan utk memperingati saat Nabi Ibrahim digoda oleh setan agar tidak melaksanakan perintah Allah SWT.
* Kiswah
Penutup Ka’bah. Pada Kiswah dihiasi tulisan ayat suci Al Qu’an yang disulam.
* Lafazh Niat Haji
Labbaik Allahumma Hajjan
* Lafazh Niat Umroh
Labaik Allahumma Umrotan
* Mabit
Bermalam beberapa hari atau berhenti sejenak untuk mempersiapkan pelaksanaan melontar jumroh.Mabit dilakukan di Muzdalifah dan Mina.
* Miqat
Miqat adalah tempat atau waktu untuk memulai berniat ihram.
* Miqat Makani
Miqat berdasarkan peta atau batas geografis.
* Multazam
Multazam adalah dinding yang terletak diantara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah.Merupakan tempat yang sanqat dianjurkan untuk berdoa (Insya Allah do’a yang diminta akan dikabulkan oleh Allah SWT)
* Nafar Awal
Disebut Nafar Awal, jika jama’ah meninggalkan Mina pada tgl 12 Zulhijah. Disebuat Nafar Awal krn jamaah lebih dulu meninggalkan Mina,utk kembali ke Mekah dan hanya melontar jumroh 3 hari.Total kerikil yang dilontar jamaah Nafal Awal adalah 49 butir.
* Nafar Tsani
Disebut Nafar Tsani atau Nafar Akhir jika jamaah melontar jumroh selama 4 hari (tgl : 10,11,12 dan 13 Zulhijah).Sehingga jumlah batu yang dilontar 70 kerikil.Jamaah baru meninggalkan Mina tgl 13 Zulhijah.
* Qiran
Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dan Ibadah Umroh pada waktu bersamaan, tanpa diselingi Tahallul.
* Rukun Haji
Rukun Haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam Ibadah Haji.Jika tidak dikerjakan maka Hajinya tidak syah
* Sa’i
Berjalan kaki atau lari-lari kecil antara Bukit Safa dan Bukit Marwah. Dengan total 7 kali.
* Sunat Haji
Merupakan Sunat (tidak wajib) pada Ibadah Haji.
* Sunat Umroh
Merupakan sunat (tidak wajib) pada Ibadah Umroh.
* Tahallul
Tahallul adalah mencukur seluruh rambut atau memotong sedikit rambut.Dengan tahalul berarti sudah bebas dari larangan-larangan saat ihram ibadah Haji atau Umroh.
* Talang Emas
Merupakan Talang Emas (Mizhab) yang terdapat pada Ka’bah.Posisi Talang Emas ini terletak di atas Hijir Ismail.
* Talbiyah
Bacaan Talbiyah : Labbaik Allahumma labbaik, labbaik laa Syariika laka labbaik, innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syariika lak.
* Tamattu
Tahapan Haji, dimana mendahulukan Ibadah Umroh dahulu, diikuti dengan ibadah haji pada bulan Haji
* Tawaf
Mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 putaran. Dengan posisi Ka’bah berada di sebelah kiri orang yg melakukan Tawaf.Tawaf dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad juga.(Tawaf dilakukan dlm keadaan suci dari hadats dan najis)
* Tawaf Ifadah
Tawaf Ifadah disebut juga Tawaf Rukun.Merupakan salah satu rukun haji yang harus dilaksanakan sendiri.Jika tidak dilaksanakan, hajinya dinyatakan batal.
* Tawaf Qudum
Tawaf Salam atau Tawaf Selamat Datang saat baru tiba di Makkah
* Tawaf Wada
Merupakan Tawaf perpisahan yang dilakukan ketika akan pulang ke tanah air masing-masing.
* Wajib Haji
Wajib Haji adalah kegiatan yang harus dilakukan padaIbadah Haji, jika tidak dikerjakan harus membayar dam (denda)
* Wukuf
Wukuf adalah berdiam di Arafah pada tanggal 9 Zulhijah.Terhitung mulai tergelincir matahari sampai matahari terbenam (maghrib).Wukuf merupakan salah satu rukun haji.Jika wukuf tidak dilaksanakan maka hajinya tidak syah.
* Zam-zam
Air yang berasal dari Mata air Zamzam yang terletak di dekat Ka’bah.
Langganan:
Komentar (Atom)