Tanda-tanda orang Bertaqwa
Adalah mustahil rasanya bercita-cita untuk mendapatkan surganya Allah SWT jika belum memperoleh keampunan dariNya. Disebabkan manusia tidak boleh tidak dan pasti melakukan dosa dan kesalahan baik terhadap Allah juga kepada manusia. Untuk itulah Allah memerintahkan agar segera menggapai ampunannya agar cita-cita atau mimpi untuk masuk surga itu bisa terwujud.
Allah SWT berfirman dalam Surat Ali’Imran Ayat 133-135:
dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa,
Kunci
menuju keampunan Allah dan surga itu diberikan kepada orang-orang yang
bertaqwa, yang ciri-ciri mereka Allah jelaskan pada ayat berikutnya :
134.
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Allah SWT telah menjabarkan berbagai ciri-ciri orang yang benar-benar taqwa. Mereka menafkahkan rizkinya di jalan Allah SWT dalam keadaan lapang maupun sempit. Dengan kata lain, jika mereka memiliki uang sepuluh ribu rupiah diinfaqkannya paling tidak 1000 rupiah, dan jika hanya memiliki seribu rupiah mereka infaqkan seratus rupiah. Menafkahkan rizki di jalan Allah SWT adalah jalan-hidup mereka. Allah SWT (atas kehendakNya) menjauhkan mereka dari kesulitan (bala’) kehidupan lantaran kebajikan yang mereka perbuat ini. Lebih dari itu, seseorang yang suka menolong orang lain tidak akan mengambil atau memakan harta orang lain, malahan ia lebih suka berbuat kebaikan bagi sesamanya. ‘Aisyah RA sekali waktu pernah menginfaqkan sebutir anggur karena pada waktu itu ia tidak memiliki apa-apa lagi. Beberapa muhsinin (orang yang selalu berbuat baik) menginfaqkan sebutir bawang. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“ Selamatkanlah dirimu dari api neraka dengan berinfaq, meskipun hanya dengan sebutir kurma. (Bukhari &Muslim)
Didalam
“Tafsir Kabir” Imam Razi diceritakan bahwa suatu kali Nabi Muhammad SAW
mengajak umatnya untuk berinfaq. Beberapa dari mereka memberikan emas
dan perak. Seseorang datang hanya menyerahkan kulit kurma, “Saya tak
memiliki selain ini.” Seorang lain lagi mengatakan kepada Nabi Muhammad
SAW, “Saya tak punya apapun untuk diinfaqkan. Saya infaqkan harga-diri
saya. Jika ada seseorang menganiaya atau mencaci-maki saya, saya tidak
akan marah.” Demikianlah, kita dapat mengambil pelajaran bahkan orang
miskin pun terbiasa memberikan apapun yang dia miliki untuk menolong
orang lain di masa hidup Rasulullah SAW.
Ayat
diatas tidak menjelaskan apa yang harus diinfaqkan. Berinfaq tidak
hanya berarti sebagian dari hartanya tetapi juga waktu dan keahlian. Ada
kebijaksanaan yang besar dalam penjabaran mengenai mukmin yang shaleh
yang berinfaq dikala lapang maupun sempit. Kebanyakan orang melupakan
Allah SWT ketika berada dalam keadaan sangat lapang. Mereka juga lupa
kepada Allah SWT dikala sempit karena terlalu larut dalam kesedihan
menanggung kesempitannya.
Allah
SWT menyatakan bahwa tanda ketaqwaan mukmin yang ke-dua ialah mereka
dapat mengendalikan amarah. Tanda ke-tiga, selain mengendalikan amarah
mereka juga memaafkan kesalahan orang lain dengan sepenuh hati. Terakhir
(ke-empat), yang tidak kalah pentingnya, mereka bersikap baik terhadap
sesama manusia. Ketika Imam Baihaqi RA menjelaskan ayat ini, ia
mengisahkan sebuah peristiwa. Dikatakannya, “Suatu ketika Ali bin
Hussain RA sedang berwudhu dan pelayannya yang menuangkan air ke
tangannya menggunakan bejana. Bejana terlepas dari pegangan pelayan itu
dan jatuh mengenai Ali. Sang pelayan menangkap kekecewaan di wajah Ali.
Dengan cerdiknya sang pelayan membaca ayat diatas kata demi kata. Ketika
sampai pada kalimat ‘orang yang taqwa mengendalikan amarahnya’ Ali RA
menelan amarahnya. Ketika sampai pada ‘mereka memaafkan orang lain’ Ali
RA berkata, “Aku memaafkanmu” Dan ketika dibacakan bahwa Allah SWT
mencintai mereka yang bersikap baik kepada orang yang melakukan
kesalahan, Ali memerdekakannya.
Memaafkan
orang lain adalah merupakan syarat dalam meraih keampunan Allah seperti
yang dijelaskan Allah Dalam Kasus Haditsul Ifki yang termaktub dalam
surat Annur ; 22
dan
janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara
kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum
kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah
pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada.
Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang[1032],
[1032]
Ayat ini berhubungan dengan sumpah Abu Bakar r.a. bahwa Dia tidak akan
memberi apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam
menyiarkan berita bohong tentang diri 'Aisyah (Berita bohong ini
mengenai istri Rasulullah s.a.w. 'Aisyah r.a. Ummul Mu'minin, sehabis
perang dengan Bani Mushtaliq bulan Sya'ban 5 H. Perperangan ini diikuti
oleh kaum munafik, dan turut pula 'Aisyah dengan Nabi berdasarkan undian
yang diadakan antara istri-istri beliau. dalam perjalanan mereka
kembali dari peperangan, mereka berhenti pada suatu tempat. 'Aisyah
keluar dari sekedupnya untuk suatu keperluan, kemudian kembali.
tiba-tiba Dia merasa kalungnya hilang, lalu Dia pergi lagi mencarinya.
Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan bahwa 'Aisyah
masih ada dalam sekedup. setelah 'Aisyah mengetahui, sekedupnya sudah
berangkat Dia duduk di tempatnya dan mengaharapkan sekedup itu akan
kembali menjemputnya. Kebetulan, lewat ditempat itu seorang sahabat
Nabi, Shafwan Ibnu Mu'aththal, diketemukannya seseorang sedang tidur
sendirian dan Dia terkejut seraya mengucapkan: "Inna lillahi wa inna
ilaihi raji'un, isteri Rasul!" 'Aisyah terbangun. lalu Dia dipersilahkan
oleh Shafwan mengendarai untanya. Syafwan berjalan menuntun unta sampai
mereka tiba di Madinah. orang-orang yang melihat mereka membicarakannya
menurut Pendapat masing-masing. mulailah timbul desas-desus. kemudian
kaum munafik membesar- besarkannya, Maka fitnahan atas 'Aisyah r.a.
itupun bertambah luas, sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum
muslimin). Maka turunlah ayat ini melarang beliau melaksanakan
sumpahnya itu dan menyuruh mema'afkan dan berlapang dada terhadap mereka
sesudah mendapat hukuman atas perbuatan mereka itu.
Memaafkan
orang lain akan mendapatkan pahala yang besar di Hari Pembalasan. Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Allah SWT akan memberikan pengumuman di Hari
Pembalasan, barang siapa yang memiliki hak atas Allah SWT agar berdiri
sekarang. Pada saat itu berdirilah orang-orang yang memaafkan
orang-orang kejam yang menganiaya mereka. Nabi Muhammad SAW juga
bersabda, “Barang siapa berharap mendapatkan istana yang megah di surga
dan berada di tingkatan yang tinggi dari surga, hendaknya mereka
mengerjakan hal berikut ini:
• Memaafkan orang-orang yang berbuat aniaya kepada mereka.
• Memberi hadiah kepada orang yang tidak pernah memberi hadiah kepada mereka.
• Jangan menghindari pertemuan dengan orang-orang yang dengan sengaja memutuskan hubungan dengan mereka.
• Memberi hadiah kepada orang yang tidak pernah memberi hadiah kepada mereka.
• Jangan menghindari pertemuan dengan orang-orang yang dengan sengaja memutuskan hubungan dengan mereka.
Dalam
kesempatan ini tidaklah salah tempat untuk mengingatkan anda bahwa
sesama Muslim hendaknya saling memberi hadiah sesering mungkin sesuka
mereka. Hal ini hendaklah menjadi kebiasaan, dan janganlah membatasi di
hari-hari spesial sebagaimana yang dilakukan orang-orang yang tidak
beriman pada perayaan Natal dan Pernyataan Syukur (thanksgiving).
Allah SWT memberi petunjuk dengan sangat indah bagaimana hendaknya kita berperilaku terhadap musuh-musuh kita yang paling jahat dalam Surat Fushshilat Ayat 34:
Allah SWT memberi petunjuk dengan sangat indah bagaimana hendaknya kita berperilaku terhadap musuh-musuh kita yang paling jahat dalam Surat Fushshilat Ayat 34:
Tidaklah
sama perbuatan baik dengan perbuatan jahat. Jika kamu membalas
perbuatan jahat dengan kebaikan, maka musuh-musuhmu yang paling keras
akan menjadi teman karib dan sejawatmu.
Suatu ketika, seseorang berbuat kasar dan mencaci-maki Imam Abu Hanifah. Beliau tidak membalas dengan sepatah-katapun padanya. Ia pulang ke rumah dan mengumpulkan beberapa hadiah, lalu pergi mengunjungi orang tersebut. Imam Abu Hanifah memberikan hadiah-hadiah itu kepadanya dan berterimakasih atas perlakuan orang itu kepadanya seraya berkata: “Kamu telah berbuat untukku hal yang sangat aku sukai, yaitu memindahkan catatan perbuatan baikmu menjadi catatan perbuatan baikku dengan cara berlaku kasar seperti tadi kepadaku.”
Lebih
lanjut Allah SWT berfirman didalam Surat Ali’Imran Ayat 135 dan 136,
menambahkan tanda-tanda ketaqwaan orang-orang beriman.
Ketika
mereka (orang-orang beriman) itu terlanjur berbuat jahat atau aniaya,
mereka ingat kepada Allah dan memohon ampun atas dosa-dosa mereka, dan
tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Allah. Dan mereka
tidak tetap berbuat aniaya ketika mereka mengetahui.
Untuk mereka balasannya adalah AMPUNAN dari Tuhan mereka, dan SURGA yang mengalir sungai-sungai, sedangkan mereka kekal didalamnya. Itulah sebaik-baik pahala atas amal-perbuatan mereka.
Untuk mereka balasannya adalah AMPUNAN dari Tuhan mereka, dan SURGA yang mengalir sungai-sungai, sedangkan mereka kekal didalamnya. Itulah sebaik-baik pahala atas amal-perbuatan mereka.
Perhatikanlah
bahwa dalam ayat ini ampunan Allah SWT mendahului balasan masuk surga.
Maka, dari ayat ini jelaslah bahwa untuk masuk surga haruslah melalui
ampunan dan kasih-sayang Allah SWT dan bukan tergantung pada
amal-perbuatan kita saja. Perlu juga kita garis- bawahi, Allah SWT
berfirman bahwa bobot surga itu jauh lebih berharga dari gabungan bumi
dan seluruh langit. Hal ini bisa memberikan pengertian lain dari ayat
ini. Jika lebar surga sama dengan lebar langit dan bumi, bagaimanakah
dengan panjangnya, sedangkan ukuran panjang selalu lebih besar daripada
lebar. Singkat kata, ayat ini memberikan pernyataan bahwa surga itu
telah dipersiapkan bagi orang-orang beriman yang telah mencapai tingkat
taqwa. Menurut beberapa ulama muslim yang termasyhur, surga itu berada
diatas langit ke-tujuh dan jiwa para syuhada telah menikmati surga
sebagai hasil dari perjuangan mereka.
Saya
berdo’a kepada Allah SWT, semoga Dia menjadikan kita mukmin yang
bertaqwa yang selalu mendapatkan keampunanNYA dan masuk kedalam
surgaNYA. Amiin
Posted By : Departemen Agama (Depag) / Kementerian Agama (Kemenag) Kota Binjai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan meninggalkan komentar anda di kolom yang telah kami sediakan.......